Hakikatnya setiap orang menginginkan kehidupan yang bermakna dan penuh dengan rasa syukur kepada Allah Swt. Dalam penelitian ini dikhususkan kepada makna hidup yang dimiliki oleh seorang pensiunan. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang menetap seperti yang pernah didapatkan ketika masih bekerja. Kebutuhan-kebutuhan jika diuraikan tidak akan pernah ada habisnya untuk memuaskan diri pribadi. Pemenuhan kebutuhan baik itu kebutuhan berbentuk barang fisik, kekayaan, dan untuk batin diri sendiri setiap individu akan mempengaruhi bagaimana memaknai hidup. Dibutuhkan juga penghayatan yang dimiliki setiap individu untuk mampu memaknai dirinya sendiri dan dengan mampu memaknai dirinya sendiri maka seseorang itu akan mampu untuk mensyukuri apa yang sudah didapatkan dan dimiliki oleh setiap individu itu saat ini. Frankl (2003) mengemukakan bahwa kebermaknaan hidup dapat dicapai melalui pengalaman spiritual.
Pengalaman spiritual dalam penelitiaan ini lebih dikerucutkan lagi yaitu pengalaman ketika ia mampu untuk bersyukur, bersyukur memiliki kaitan erat hubungannya dengan Allah Swt karena mampu bersyukur dengan apa yang dimiliki baik 24 itu status, harta, tahta dan sebagainya. Bersyukur merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh orang-orang yang berharap mendapatkan kebaikan untuk dirinya sendiri serta memprioritaskan keselamatan dan kebahagiaan (Al-Munajjid, 2006). Melalui bersyukur seorang pensiunan akan mampu menyadari nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah sehingga ia akan menemukan makna kehidpannya dan tidak diliputi oleh perasaan kecewa dengan apa yang dimiliki olehnya saat ini. Menurut Al-Munajjid syukur itu memiliki 3 aspek, antara lain mengenal nikmat, menerima nikmat, dan memuji atas pemberian nikmat. Mengenal nikmat adalah mengetahui bahwa pemberian dari Allah dalam bentuk apapun itu merupakan pemberian dari Allah dan hal itu adalah berupa nikmat bukan menilai sebagai hal yang lain. Menyadari hal-hal yang dimiliki sekarang tidak semata-mata didapatkan sendiri dan tidak ada manfaatnya dan kebaikan untuk diri sendiri. Seorang pensiun yang bersyukur maka akan mampu mengenal nikmat yang pensiunan peroleh, seperti jabatan yang selama pensiunan tersebut jalankan, keluarga yang bersamanya hingga saat ini, harta yang pensiunan miliki dan lain sebagainya semua pensiuan peroleh dan dapatkan tidak begitu saja melainkan berupa nikmat yang Allah berikan kepadanya.
Dengan mengenal nikmat yang diberikan oleh Allah maka akan mampu membuat seorang pensiunan menjadi bersyukur sehingga mampu membuatnya dirinya menjadi lebih bermakna. Aspek selanjutnya adalah menerima nikmat. Menerima nikmat adalah mensyukuri apapun yang didapatkan baik itu hal yang baik ataupun buruk menurut manusia tetapi tetap berkeyakinan bahwa itulah yang terbaik yang diberikan oleh Allah swt kepada diri kita. Pensiun yang menerima nikmat adalah ketika pensiunan mampu menjalankan dan menerima dengan lapang dada semua yang sudah tidak pensiunan dapatkan lagi ketika masih bekerja dan memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan tempat dulu ia bekerja. Pensiunan mampu memahami dan menerima bahwa itu adalah hal terbaik yang diberikan oleh Allah swt untuknya, karena dengan begitu ia menyadari bahwa memang sudah saatnya untuk tidak lagi aktif bekerja dan bisa menggunakan waktu yang ada sekarang untuk melakukan kegiatan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, dan juga menganggap pensiun adalah momen terbaik yang didapatkan setelah sekian lama mengabdi untuk perusahaan dan mencari nafkah dari orang lain untuk keluarga. Menerima nikmat tidak mencaci dan menghujat apa yang sudah Allah berikan kepada kita. Memperlihatkan dengan segala kerendahan hati dan kefakiran kepada yang telah memberikan nikmat dan hajat kita kepada-Nya, dan berlangsungnya semua nikmat yang diterima itu bukan karena keberhakan kita mendapatkannya, karena sesungguhnya Allah memberi manusia banyak nikmat hanyalah sebagai karunia dan kemurahan dariNya semata. Menerima nikmat dapat berupa terpenuhinya kebutuhan psikologis dasar pensiunan, yaitu baik itu terpenuhinya kebutuhan dasar seperti maka, tempat tinggal dan rasa aman yang merupakan sumber utama dari makna hidup menurut Reker dan Wong (Macdonald, dkk, 2011). Aspek yang terakhir adalah memuji Allah atas pemberian nikmat, pujian yang berkaitan dengan nikmat itu ada dua macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan memujiNya karena sifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberianNya, sedangkan yang kedua bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan olehNya. Seorang pensiun yang bersyukur akan selalu mengingat apa-apa saja kenikmatan yang telah diperoleh dan diberikan oleh Tuhannya, dengan cara memuji dan mengucapkan syukur. Menurut Al-Munajjid (2006), bersyukur dengan kalbu ialah dengan menyakini bahwa Allah yang memberikan segala macam nikmat, dan bersyukur dengan anggota badan ialah dengan menggunakan anggota tubuh untuk mengerjakan amal shalih. Memuji Allah atas pemberian nikmat merupakan bentuk dari rasa syukur kita sebagai 26 umat beragama yang merupakan salah satu sumber utama dari makna hidup menurut Reker dan Wong (Macdonald, dkk, 2011). Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya rasa syukur dalam diri seorang individu, mampu menuntun dirinya untuk menjadi bermakna dan memiliki makna hidup
Pengalaman spiritual dalam penelitiaan ini lebih dikerucutkan lagi yaitu pengalaman ketika ia mampu untuk bersyukur, bersyukur memiliki kaitan erat hubungannya dengan Allah Swt karena mampu bersyukur dengan apa yang dimiliki baik 24 itu status, harta, tahta dan sebagainya. Bersyukur merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh orang-orang yang berharap mendapatkan kebaikan untuk dirinya sendiri serta memprioritaskan keselamatan dan kebahagiaan (Al-Munajjid, 2006). Melalui bersyukur seorang pensiunan akan mampu menyadari nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah sehingga ia akan menemukan makna kehidpannya dan tidak diliputi oleh perasaan kecewa dengan apa yang dimiliki olehnya saat ini. Menurut Al-Munajjid syukur itu memiliki 3 aspek, antara lain mengenal nikmat, menerima nikmat, dan memuji atas pemberian nikmat. Mengenal nikmat adalah mengetahui bahwa pemberian dari Allah dalam bentuk apapun itu merupakan pemberian dari Allah dan hal itu adalah berupa nikmat bukan menilai sebagai hal yang lain. Menyadari hal-hal yang dimiliki sekarang tidak semata-mata didapatkan sendiri dan tidak ada manfaatnya dan kebaikan untuk diri sendiri. Seorang pensiun yang bersyukur maka akan mampu mengenal nikmat yang pensiunan peroleh, seperti jabatan yang selama pensiunan tersebut jalankan, keluarga yang bersamanya hingga saat ini, harta yang pensiunan miliki dan lain sebagainya semua pensiuan peroleh dan dapatkan tidak begitu saja melainkan berupa nikmat yang Allah berikan kepadanya.
Dengan mengenal nikmat yang diberikan oleh Allah maka akan mampu membuat seorang pensiunan menjadi bersyukur sehingga mampu membuatnya dirinya menjadi lebih bermakna. Aspek selanjutnya adalah menerima nikmat. Menerima nikmat adalah mensyukuri apapun yang didapatkan baik itu hal yang baik ataupun buruk menurut manusia tetapi tetap berkeyakinan bahwa itulah yang terbaik yang diberikan oleh Allah swt kepada diri kita. Pensiun yang menerima nikmat adalah ketika pensiunan mampu menjalankan dan menerima dengan lapang dada semua yang sudah tidak pensiunan dapatkan lagi ketika masih bekerja dan memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan tempat dulu ia bekerja. Pensiunan mampu memahami dan menerima bahwa itu adalah hal terbaik yang diberikan oleh Allah swt untuknya, karena dengan begitu ia menyadari bahwa memang sudah saatnya untuk tidak lagi aktif bekerja dan bisa menggunakan waktu yang ada sekarang untuk melakukan kegiatan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, dan juga menganggap pensiun adalah momen terbaik yang didapatkan setelah sekian lama mengabdi untuk perusahaan dan mencari nafkah dari orang lain untuk keluarga. Menerima nikmat tidak mencaci dan menghujat apa yang sudah Allah berikan kepada kita. Memperlihatkan dengan segala kerendahan hati dan kefakiran kepada yang telah memberikan nikmat dan hajat kita kepada-Nya, dan berlangsungnya semua nikmat yang diterima itu bukan karena keberhakan kita mendapatkannya, karena sesungguhnya Allah memberi manusia banyak nikmat hanyalah sebagai karunia dan kemurahan dariNya semata. Menerima nikmat dapat berupa terpenuhinya kebutuhan psikologis dasar pensiunan, yaitu baik itu terpenuhinya kebutuhan dasar seperti maka, tempat tinggal dan rasa aman yang merupakan sumber utama dari makna hidup menurut Reker dan Wong (Macdonald, dkk, 2011). Aspek yang terakhir adalah memuji Allah atas pemberian nikmat, pujian yang berkaitan dengan nikmat itu ada dua macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan memujiNya karena sifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberianNya, sedangkan yang kedua bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan olehNya. Seorang pensiun yang bersyukur akan selalu mengingat apa-apa saja kenikmatan yang telah diperoleh dan diberikan oleh Tuhannya, dengan cara memuji dan mengucapkan syukur. Menurut Al-Munajjid (2006), bersyukur dengan kalbu ialah dengan menyakini bahwa Allah yang memberikan segala macam nikmat, dan bersyukur dengan anggota badan ialah dengan menggunakan anggota tubuh untuk mengerjakan amal shalih. Memuji Allah atas pemberian nikmat merupakan bentuk dari rasa syukur kita sebagai 26 umat beragama yang merupakan salah satu sumber utama dari makna hidup menurut Reker dan Wong (Macdonald, dkk, 2011). Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya rasa syukur dalam diri seorang individu, mampu menuntun dirinya untuk menjadi bermakna dan memiliki makna hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar