Jumat, 22 November 2019

Pengertian Subjective Well-Being (skripsi dan tesis)


Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang (pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna, atau bisa juga merasakan kebermaknaan (contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being sebagai istilah dari kebahagiaan (happiness) itu sendiri. Konsep well-being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis secara optimal. Menurut Pasha (dalam Lestari, 2008) kebahagiaan adalah seni atau kemampuan seseorang dalam menikmati apa yang ada padanya, atau apa yang dimiliki. Kebahagiaan adalah keterpesonaan pada segala sesuatu yang indah dan memalingkan diri dari kemuraman.Kebahagiaan adalah kemampuan diri meraih segala sisi keindahan. Kebahagiaan bukan hanya memiliki, tetapi kebahagiaan adalah kemampuan menggunakan apa yang kita miliki dengan baik. Menurut Pasha kebahagiaan ditentukan oleh pikiran sendiri. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh manusia dalam jiwanya berupa ketentraman jiwa, ketenangan hati, kelapangan dada dan kedamaian nurani. Kebahagiaan adalah sesuatu yang tumbuh dari dalam diri manusia, akan tetapi tidak datang dari luar. Jika diibaratkan sebagai tumbuhan, maka akar kebahagiaan itu adalah jiwa dan hati yang jernih. 2 Menurut Ryan dan Deci (dalam Primasani, 2005) ada dua pendekatan dalam menjelaskan mengenai well-being, yaitu pendekatan eudaimonic dan hedonic. Pendekatan Eudaimonic memandang well-being tidak hanya sebagai pencapaian kesenangan, tetapi juga realisasi potensi diri seorang individu dalam mencapai kesesuaian tujuannya yang melibatkan pemenuhan dan pengidentifikasian diri individu yang sebenarnya. Konsep yang banyak dipakai pada penelitian dengan pandangan ini adalah konsep psychological well-being (PWB).
Pendekatan Hedonic memandang well-being tersusun atas kebahagiaan subjektif dan berfokus pada pengalaman yang mendatangkan kenikmatan. Pandangan hedonic memperhatikan pengalaman menyenangkan versus tidak menyenangkan yang didapatkan dari penilaian baik buruknya hal-hal yang ada dalam kehidupan seseorang. Konsep yang dipakai dengan pandangan ini biasanya adalah konsep subjective well-being. Diener, Kahneman, dan Schwarz (dalam Ed Diener & Scollon, 2003) subjective well-being adalah evaluasi subjektif masyarakat terhadap hidup individu, yang meliputi konsep seperti kepuasan hidup, emosi yang menyenangkan, perasaan pemenuhan, kepuasan dengan domain seperti perkawinan, pekerjaan dan tinggi rendahnya situasi emosi. Dengan demikian subjective well-being merupakan istilah umum yang mencakup berbagai konsep yang terkait pada bagaimana orang merasakan dan berfikir tentang kehidupan mereka. Diener (dalam Veenhoven, 2008), subjective well-being merupakan suatu produk penilaian keseluruhan kehidupan yang menyeimbangkan baik dan buruk. Tidak membatasi diri dengan perasaan tertentu dan tidak mencampur pengalaman 3 subjektif dengan penyebab konseptualisasi. Menurut Veenhoven (2008), subjective well-being adalah suatu perbedaan antara penilaian kognitif dan afektif pada kehidupan. Diener (dalam Ariati, 2010) subjective well-being adalah teori evaluasi akan kejadian yang telah terjadi atau dialami dalam kehidupan. Yang ini melibatkan proses afektif dan kognitif yang aktif karena menentukan bagaimana informasi tersebut akan diatur. Evaluasi kognitif dilakukan saat seseorang memberikan evaluasi secara sadar dan menilai kepuasan mereka terhadap kehidupan secara keseluruhan atau penilaian evaluatif mengenai aspek-aspek khusus dalam kehidupan, seperti kepuasan kerja, minat, dan hubungan. Reaksi afektif dalam subjective well-being (SWB) yang dimaksud adalah reaksi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak menyenangkan

Tidak ada komentar: