Senin, 04 November 2019

Landasan Penilaian Kelayakan (skripsi dan tesis)

Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan dianalisa. Aspek-aspek tersebut terdiri dari: Aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan operasi, aspek ligkunganm aspek legal dan ekonomi finansialnya. (Umar, 2007,11).
Dalam prakteknya, penilaian kelayakan usaha oleh pihak perencana (investor) lebih banyak didasarkan pada analisis finansial setelah analisis sistem informasi manajemen yang direncanakan dirasakan layak. Di sisi lain tim penilai kelayakan usaha (instansi terkait dan atau evaluator lain) relatif mengalami kesulitan untuk menilai kelayakan proyek tanpa adanya prosedur dan sistem penilaian yang relatif baku dan dapat dikuantifikasi. (Soetrisno, 2000)
Prosedur yang banyak dilembangkan adalah prosedur yang terdiri dari tiga kriteria terboboti, yakni kemampuan dipasarkan (40%), kelayakan teknis (30%), dan profitabilitas (30%). Jadi untuk menentukan potensi komersialisasi, maka harus dilakukan tiga tipe evaluasi yakni evaluasi pemasaran untuk menentukan potensi permintaan komersial; evaluasi kelayakan teknis untuk menentukan kinerja teknologis; dan evaluasi profitabilitas untuk menentukan keuntungan finansial dan ekonomis (Umar, 2007,11).
  1. Evaluasi Pemasaran (Kelayakan Kebutuhan)
Aspek pemasaran merupakan aspek pertama yang harus dievaluasi. Evaluasi terhadap semua aspek lain (teknis dan profitabilitas) tidak akan bermanfaat jika tidak ada permintaan akan produk. Membaca pasar secara akurat merupakan langkah sangat penting sebelum merilis produk secara komersial.
Analisis pemasaran bertujuan mengevaluasi respon lingkungan eksternal terhadap produk dengan menganalisa karakteristik-karakteristik konsumen dan lingkungan kompetisi. Melalui analisis ini akan dapat ditentukan permintaan produk, akan dapat dinilai lingkungan kompetisi atas produk-produk alternatif, dan akan dapat diestimasi pangsa pasar potensial yang dapat diambil. Selain itu informasi demikian membantu perusahaan untuk mendesain strategi perolehan bahan baku dan pemrosesan, serta membuat rencana pemasaran secara menyeluruh.
  1. Evaluasi Teknis/ Kelayakan Teknis
Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika performa teknisnya dapat diterima dan dapat diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat kepada kelayakan teknis teknologi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi ini melihat kepada apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja sesuai desain dan kapasitas penggunaannya.
Kesesuaian teknologi yang dipilih dengan lingkungan juga dinilai di sini. Sekecil apapun skala usaha dan sesederhana apapun teknologi yang dipilih oleh sebuah proyek agroindustri, kehadiran limbah merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Persoalannya adalah bagaimana memilih teknologi yang tepat guna, relatif murah, dan dampak terhadap lingkungan seminimal mungkin.
  1. Evaluasi Finansial dan Ekonomi
Kriteria profitabilitas melihat kepada keuntungan finansial yang dapat diperoleh investor dan juga keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh masyarakat, daerah, atau negara. Evaluasi finansial menggunakan rasio-rasio finansial dasar yang umum digunakan dalam menentukan profitabilitas finansial. Parameter-parameter tersebut adalah a). net present value (NPV), b). internal rate of return (IRR), c). return on investment (ROI), dan d). payback period (PP).(Sutrisno, 2000)
  1. a) Net Present Value (NPV)
Metoda NPV digunakan untuk menentukan nilai net cash flow pada masa yang akan datang, kemudian diperhitungkan menjadi nilai sekarang dengan menggunakan tingkat bunga tertentu. Selanjutnya nilai tersebut dikurangi dengan investasi awal.

  1. b) Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat bunga dimana bila digunakan untuk mendiskonto seluruh selisih kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Pada dasarnya IRR menggambarkan persentase laba senyatanya yang dapat dihasilkan oleh proyek. Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai faktor diskonto (discount rate) yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif.
Return on investment (ROI) menyatakan prosentase dari investasi awal yang dihasilkan dari usaha. Nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan profit dan bunga pinjaman yang digunakan untuk membiayai asset tetap, dibagi dengan total asset, dinyatakan dalam prosentase.
Alasan menambahkan bunga pinjaman ke dalam profit adalah bahwa ROI bertujuan untuk mengukur tingkat pengembalian terhadap investasi total tanpa mempertimbangkan bagaimana investasi tersebut dibiayai. Bunga pinjaman merupakan pengeluaran yang menurunkan profit, namun di satu sisi bunga pinjaman juga merupakan bagian pengembalian modal yang dibayarkan kepada kreditor (bukannya kepada pemilik bisnis).
  1. d) Payback Period (PP)
Payback period (PP)  adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya kecuali biaya penyusutan. Periode pengembalian ini dirumuskan sebagai berikut :
  1. d) Break Even Point (BEP)
    • Pendekatan Grafik
Salah satu pendekatan penentuan titik break even adalah dengan menggabarkan unsr-unsur biaya dan penghasilan ke dalam suatu gambar grafik. Pada grafik tersebut nampak garis-garis biaya variabel, biaya tetap, total biaya, dan garis total penghasilan.
  • Metode Pendekatan Matematik
 Dalam perhitungan BEP dengan pendekatan matematik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) atas dasar unit dan (2) atas dasar rupiah. Seperti pada pengertian BEP bahwa:
  • Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi
  • Total penghasilan sama dengan total biaya
  • Laba sama dengan nol

         Evaluasi ekonomi diukur menggunakan parameter penciptaan peluang kerja dan pendapatan bagi masyarakat serta pemasukan pajak penghasilan bagi pemerintah. Selain itu perlu dipertimbangkan pula di sini indikator-indikator sosial dan lingkungan seperti pembentukan dan atau penguatan kelembagaan dan kemungkinan dampak lingkungan yang timbul dengan kehadiran proyek agroindustri.

  1. Aspek Lingkungan
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), terdapat aspek lain dalam melakukan studi kelayakan bisnis yaitu aspk lingkungan,  lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun dampak positif.
Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya, seperti perubahan fisik, kimia, biologi, atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap flora, fauna maupun manusia itu sendiri. Dengan adanya kegiatan investasi atau usaha maka komponen lingkungan hidup secara otomatis akan berubah dengan menimbulkan dampak terutama dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif akan timbul timbul pada : tanah dan kehutanan, air, udara, dan manusia.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) Rona lingkungan hidup pada umumnya sangat beraneka ragam dalam bentuk, ukuran, tujuan sasaran dan sebagainya. Rona lingkungan hidup juga berbeda menurut geografi, keaneka ragaman faktor lingkungan hidup dan pengaruh manusia. karenaitu kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun berbeda-beda sesuai dengan rona lingkungan yang ada. Berikut adalah beberapa komponen lingkungan hidup yang dapat diteliti dalam aspek lingkungan:
Komponen fisika kimia
  • Iklim, Kualitas udara, kebisingan
  • Fisiografi
  • Hidrologi
  • Hidrooseanografi
  • Ruang, lahan dan tanah
Komponen Sosial
  • Demografi
  • Ekonomi
  • Budaya
  • Kesehatan Masyarakat
Komponen Biologi
  • Flora
  • Fauna
Aspek lingkungan merupakan elemen kegiatan, produk dan jasa dari suatu organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi oleh seluruh atau sebagian kegiatan, produk atau jasa organisasi tersebut dapat menyebabkan perubahan terhadap lingkungan (dampak lingkungan), apakah perubahan yang merugikan (negatif) atau yang menguntungkan (positif). Hubungan antara aspek lingkungan dan dampak lingkungan merupakan suatu “hubungan sebab dan akibat”. Aspek lingkungan dapat positif atau negatif. Aspek lingkungan merupakan masukan (input), sedangkan dampak lingkungan merupakan keluaran (output). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa identifikasi aspek lingkungan merupakan suatu proses kompilasi dari inventarisasi input dan output.

Tidak ada komentar: