Senin, 04 November 2019

Hubungan Iklim Organisasi dan Kesiapan Berubah (skripsi dan tesis)


Kesiapan untuk berubah (readiness for change) adalah keyakinan, sikap dan intensi anggota organisasi terkait sejauh mana perubahan dibutuhkan oleh organisasi dan kapasitas organisasi untuk melakukan perubahan tersebut dengan sukses (Armenakis., 1993). Konsep kesiapan untuk berubah dilandaskan pada tiga model perubahan dari Lewin yang menyiratkan perlunya upaya aktif Pelaku Perubahan untuk secara efektif mengarahkan perubahan ketika berada dalam tahap unfreezing (Stevens, 2013). Sesuai dengan konsep tersebut, menurut (Armenakis, 1993) upaya menciptakan kesiapan anggota organisasi untuk berubah merupakan proses proaktif organisasi dalam menghadapi perubahan. Holt, Armenakis, Feild & Harris (2007) mendefinisikan kesiapan individu untuk berubah sebagai sikap komprehensif yang secara simultan dipengaruhi oleh isi (apa yang berubah), proses (bagaimana perubahan diimplementasikan), konteks (bagaimana lingkungan kerja mempengaruhi), dan individu (karakteristik individu yang diminta untuk berubah) yang terlibat di dalam suatu perubahan.
 Menurut Cunningham (2002), terdapat dua faktor yang mempengaruhi kesiapan untuk berubah, yaitu faktor individu meliputi self-efficacy dan faktor lingkungan organisasi, meliputi pekerjaan dan dukungan sosial. Iklim Organisasi di tempat kerja dipandang sebagai salah satu faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi sikap kerja individu. Iklim Organisasi merupakan variabel yang dapat memprediksi kesiapan untuk berubah. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian Periantalo dan Mansoer (2008), yang menunjukkan bahwa iklim organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan untuk berubah pada level Individu. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Rafferty (2013) mengidentifikasi beberapa anteseden kesiapan untuk berubah pada level individu. Anteseden tersebut terutama berasal dari konteks internal organisasi, yaitu persepsi individu terhadap konteks-konteks lingkungan organisasional (komunikasi, dukungan organisasi, keselarasan nilai dan nilai-nilai organisasi). Hanpachern (1998) dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara kesiapan untuk berubah dengan hubungan sosial dalam tempat kerja, budaya dan iklim organisasi dan hubungan manajemenkepemimpinan. Hal ini Juga didukung oleh penelitian Madsen, Miller & John (2005) bahwa persepsi dari adanya iklim organisasi yang positif juga berkaitan secara positif dengan kesiapan terhadap perubahan organisasi. Dalam penelitian Madsen (2005) juga ditemukan bahwa hubungan sosial, keterlibatan serta loyalitas terhadap organisasi berkaitan secara positif dengan kesiapan terhadap perubahan organisasi. Beberapa peneliti juga menemukan ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi kesiapan karyawan untuk berubah diantaranya, iklim organisasi, komitmen organisasi (Madson, 2005), keadilan organisasi, dukungan organisasi (Krause, 2008).
Iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya Lussier (2005). Sedangkan Brown dan Leigh, (1996) mendifinisikan bahwa Iklim Organisasi (psychological climate) adalah bagaimana lingkungan organisasi dipersepsikan dan diinterpretasikan oleh individu. Persepsi individu mengenai lingkungan organisasi memegaruhi sikap individu. Individu dapat bersikap dari sangat positif sampai sangat negatif mengenai iklim organisasinya. Menurut Martin, dalam Periantalo dan Mansoer (2008), pegawai yang Mempersepsikan Organisasi dan lingkungan kerja secara positif akan lebih mudah mengikuti perubahan organisas

Tidak ada komentar: