Dari beberapa literatur dan hasil penelitian terdahulu, ditemukan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi Kesejahteraan subjektif, di antaranya :
1. Perangai/watak
Perangai biasanya diinterpretasikan sebagai sifat dasar dan universal dari
kepribadian, dianggap menjadi yang paling dapat diturunkan, dan ditunjukkan
sebagai faktor yang stabil di dalam kepribadian seseorang. Dengan memiliki
perangai yang baik akan membuat individu lebih merasa mudah dalam
mengekspresikan emosi positif dalam dirinya sehingga kesejahteraanya akan baik.
2. Sifat
Sifat ekstrovert berada pada tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi karena
mempunyai kepekaan yang lebih besar terhadap imbalan yang positif atau
mempunyai reaksi yang lebih kuat terhadap peristiwa yang menyenangkan.
Dengan memiliki sifat ekstrovert individu akan lebih mudah merasa bahagia dan
puas dengan kehidupan yang dijalani saat ini sehingga kesejahteraanya pun akan
menjadi baik.
3. Karakter pribadi lain
Karakter pribadi lain seperti optimisme dan percaya diri berhubungan dengan
kesejahteraan subjektif. Orang yang lebih optimis tentang masa depannya
dilaporkan merasa lebih bahagia dan puas atas hidupnya dibandingkan dengan
orang pesimis yang mudah menyerah dan putus asa jika suatu hal terjadi tidak
sesuai dengan keinginannya. Karakter pribadi yang optimis akan membuat
kesejahteraannya akan menjadi baik.
4. Hubungan sosial
Hubungan yang positif dengan orang lain berkaitan dengan kesejahteraan
subjektif, karena dengan adanya hubungan yang positif tersebut akan mendapat
dukungan sosial dan kedekatan emosional. Pada dasarnya kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain merupakan suatu kebutuhan bawaan. Dengan
memiliki hubungan social yang positif maka akan membuat individu bahagia dan
kesejahteraanya akan meningkat.
5. Pendapatan
Dari survei diketahui, 96% orang mengakui bahwa kepuasan hidup bertambah
seiring meningkatnya pendapatan pribadi maupun negara bersangkutan. Meski
begitu, ketimbang uang, perasaan bahagia lebih banyak dipengaruhi faktor lain
seperti merasa dihormati, kemandirian, keberadaaan teman serta memiliki
pekerjaan yang memuaskan. Dengan pendapatan yang baik akan membuat
individu merasa puas dan akan membuat kesejahteraanya meningkat.
6. Pengangguran
Adanya masa pengangguran dapat menyebabkan berkurangnya kesejahteraan
subjektif, walaupun akhirnya orang tersebut dapat bekerja kembali. Pengangguran
adalah penyebab besar adanya ketidakbahagiaan, namun perlu diperhatikan bahwa
tidak semua pengangguran mengalami ketidakbahagiaan.
7. Pengaruh sosial/budaya
Pengaruh masyarakat bahwa perbedaan kesejahteraan subjektif dapat timbul
karena perbedaan kekayaan Negara. Ia menerangkan lebih lanjut bahwa kekayaan
negara dapat menimbulkan kesejahteraan subjektif yang tinggi karena biasanya
Negara yang kaya menghargai hak asasi manusia, memungkinkan orang yang
hidup disitu untuk berumur panjang dan memberikan demokrasi.
8. Job Crafting
Job Crafting dapat menghasilkan sejumlah hasil positif bagi para karyawan,
seperti peningkatan makna dan keterlibatan di tempat kerja. Peningkatan
keterlibatan kerja dan keberagaman psikologis dapat memberikan manfaat positif
bagi pekerjaan, sehingga menyoroti peran penting job crafting. Job crafting
memiliki kemampuan untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan subjektif, yang
terdiri dari faktor-faktor yang membuat orang bahagia. Martin Seligman (2002)
dari University of Pennsylvania mendefinisikan kebahagiaan keseluruhan pada
Kebahagiaan Otak sebagai kesenangan, pertunangan (juga dikenal sebagai aliran),
dan makna. Kesenangan mencakup pengalaman menyenangkan melalui indra
(seperti makanan enak) dan kesenangan yang lebih tinggi (seperti kenyamanan
dan kesenangan).
9. Syukur
Menurut Emmons dan McCullough (2004), syukur akan membuat seseorang lebih
bijaksana dalam menyikapi lingkungannya. Sedangkan jika seseorang kurang
memiliki syukur dalam dirinya, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap
keharmonisan lingkungan yang telah ada. Disisi lain, hasil penelitian Froh,
Kashdan, Ozimkowski, dan Miller (2009) yang menyatakan bahwa syukur
berkorelasi positif pada kesejahteraan subjektif, dukungan sosial, dan perilaku
prososial remaja, seperti kepuasan hidup, optimisme, dan kontrol emosi.
10. Totalitas Kerja
Istilah work engagement dari Shaleh (2016) yang mengemukakan istilah totalitas
kerja. Totalitas kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif. Menurut Maslach, et al. (2001) tingkat totalitas kerja yang
tinggi dapat dianggap mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Bakker dan
Oerlemans (2011) berpendapat bahwa totalitas kerja adalah bagian dari sebuah
taksonomi kesejahteraan yang lebih komprehensif yang terdiri dari dua dimensi
independen, yakni pleasure atau kesenangan dan aktivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar