Menurut Robbins (2001) mengemukakan 3 kategori dampak yang timbul akibat stress kerja:
1. Gejala Fisiologis
Kebanyakan perhatian dini atas stress diarahkan pada gejala fisiologis terutama karena topik itu diteliti oleh spesialis dari ilmu kesehatan medis. Riset ini memandu pada kesimpulan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolism, peningkatan laju detak jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2. Gejala Psikologi
Stress dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stress yang berkaitan dengan pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan. Itulah efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stress. Selain itu stress juga dapat muncul dalam keadaan psikologis lain misalnya berupa kegelisahan, kebosanan, agresif, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, mudah marah dan suka menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala Perilaku
Gejala stress yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, gelisah dan sulit tidur.
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengakaji ulang beberapa kasus stress pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stress pada individu.
a. Gejala psikologis Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stress pekerjaan:
1. Kecemasan, ketegangan, bingung, dan mudah tersinggung;
2. Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam;
3. Sensitif dan hyperreactivity;
4. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi;
5. Komunikasi yang tidak efektif;
6. Perasaan terkucil dan terasing;
7. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja;
8. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi;
9. Kehilangan spontanitas dan kreativitas;
10. Menurunnya rasa percaya diri.
b. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stress kerja adalah:
1. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecendrungan mengalami penyakit kardiovaskular;
2. Meningkatnya sekresi dari hormone stress (contoh: adrenalin dan noradrenalin);
3. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung);
4. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan;
5. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis;
6. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada;
7. Gangguan pada kulit;
8. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot;
9. Gangguan tidur;
10. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.
c. Gejala perilaku Gejala-gejala perilaku yang utama dari stress kerja adalah:
1. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan;
2. Menurunnya prestasi dan produktivitas;
3. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan;
4. Perilaku sabotase dalam pekerjaan;
5. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas;
6. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi;
7. Meningkatnya kecendrungan berperilaku berisiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi;
8. Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas;
9. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman;
10. Kecendrungan untuk melakukan bunuh diri.
1. Gejala Fisiologis
Kebanyakan perhatian dini atas stress diarahkan pada gejala fisiologis terutama karena topik itu diteliti oleh spesialis dari ilmu kesehatan medis. Riset ini memandu pada kesimpulan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolism, peningkatan laju detak jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2. Gejala Psikologi
Stress dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stress yang berkaitan dengan pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan. Itulah efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stress. Selain itu stress juga dapat muncul dalam keadaan psikologis lain misalnya berupa kegelisahan, kebosanan, agresif, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, mudah marah dan suka menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala Perilaku
Gejala stress yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, gelisah dan sulit tidur.
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengakaji ulang beberapa kasus stress pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stress pada individu.
a. Gejala psikologis Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stress pekerjaan:
1. Kecemasan, ketegangan, bingung, dan mudah tersinggung;
2. Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam;
3. Sensitif dan hyperreactivity;
4. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi;
5. Komunikasi yang tidak efektif;
6. Perasaan terkucil dan terasing;
7. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja;
8. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi;
9. Kehilangan spontanitas dan kreativitas;
10. Menurunnya rasa percaya diri.
b. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stress kerja adalah:
1. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecendrungan mengalami penyakit kardiovaskular;
2. Meningkatnya sekresi dari hormone stress (contoh: adrenalin dan noradrenalin);
3. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung);
4. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan;
5. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis;
6. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada;
7. Gangguan pada kulit;
8. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot;
9. Gangguan tidur;
10. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.
c. Gejala perilaku Gejala-gejala perilaku yang utama dari stress kerja adalah:
1. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan;
2. Menurunnya prestasi dan produktivitas;
3. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan;
4. Perilaku sabotase dalam pekerjaan;
5. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas;
6. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi;
7. Meningkatnya kecendrungan berperilaku berisiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi;
8. Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas;
9. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman;
10. Kecendrungan untuk melakukan bunuh diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar