Senin, 21 Oktober 2019

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial (skripsi dan tesis)


Brigham (dalam Dayakisni, 2009) menyebutkan faktor yang menentukan tindakan prososial adalah : a. Faktor personal Faktor-faktor personal yang mempengaruhi pembentukan perilaku prososial yaitu faktor kepribadian. Salah satu alasan mengapa orang-orang tertentu yang mudah tergerak hatinya untuk bertindak prososial adalah faktor kepribadian. Faturrochman (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah individu yang mempunyai latar belakang kepribadian baik. Dengan adanya kematangan emosi yang dimiliki oleh individu, maka akan menghasilkan kepribadian yang baik. Individu yang mempunyai latar belakang kepribadian yang baik, cenderung mempunyai orientasi sosial yang tinggi sehingga lebih mudah memberi pertolongan, demikian juga orang yang memiliki tanggung jawab sosial tinggi. Emosi sangat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kepribadian. Secara langsung, emosi mempengaruhi fungsi fisik dan mental, suatu sikap, minat dan nilai-nilai individu. Sementara efek tidak langsungnya berasal dari penilaian orang lain terhadap individu yang berperilaku emosional, perlakuan yang diberikan dan hubungan emosional yang dapat dibina dengan individu tersebut.
b. Faktor situasional
Penelitian Darley dan Latane (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009) menunjukkan bahwa orang akan lebih suka memberi pertolongan apabila mereka sendirian, karena dalam situasi kebersamaan, seseorang mengalami kekaburan tanggung jawab. Namun demikian, hal yang berbeda ditemukan Staub (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009) adalah justru individu yang berpasangan atau bersama orang lain, lebih suka bertindak prososial dibanding bila individu seorang diri. Sebab dengan kehadiran orang lain, akan mendorong individu untuk lebih mematuhi norma-norma sosial yang dimotivasi oleh harapan untuk mendapat pujian.
1). Pengorbanan yang harus dikeluarkan Meskipun calon penolong tidak mengalami kekaburan tanggung jawab, tetapi bila pengorbanan (misalnya: uang, tenaga, waktu, resiko terluka fisik) diantisipasikan terlalu banyak, maka kecil kemungkinan bagi seseorang untuk  bertindak prososial. Sebaliknya kalau pengorbanan rendah dengan pengukuh kuat, orang akan lebih siap memberi bantuan.
2). Pengalaman dan suasana hati Seseorang akan lebih suka memberikan pertolongan pada orang lain, bila sebelumnya mengalami kesuksesan, sedangkan pengalaman gagal akan menguranginya. Demikian pula orang yang mengalami suasana hati yang gembira akan lebih suka menolong. Sedangkan dalam suasana hati yang sedih, orang akan kurang suka memberikan pertolongan, karena suasana hati dapat mempengaruhi seseorang untuk membantu orang lain.
 3). Kejelasan stimulus Semakin jelas stimulus dari situasi darurat akan meningkatkan kesiapan calon penolong untuk bereaksi. Sebaliknya situasi darurat yang sifatnya samar- samar akan membingungkan individu dan membuat individu ragu-ragu, sehingga ada kemungkinan besar individu akan mengurungkan niatnya untuk memberikan pertolongan.
 4). Adanya norma-norma sosial Norma sosial yang berkaitan dengan tindakan prososial adalah norma resiprokal (timbal balik) dan norma tanggung jawab sosial. Biasanya dalam masyarakat berlaku norma bahwa kita harus menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Masing-masing orang memiliki tanggung jawab sosial untuk menolong mereka yang lemah.
5). Hubungan antara calon si penolong dengan yang ditolong Makin jelas dan dekat hubungan antara calon penolong dengan calon penerima bantuan akan memberi dorongan yang cukup besar pada diri calon penolong untuk melakukan tindakan pertolongan. Kedekatan hubungan ini dapat terjadi karena ada pertalian keluarga, kesamaan latar belakang atau ras

Tidak ada komentar: