Dalam prosesnya peneliti melakukan penelitian dengan mempergunakan teori psikologi
sastra melalui pendekatan psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Freud
meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga
tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau
dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan
sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan atau dipenuhi. Dimensi jiwa adalah dimensi
yang ada dalam diri manusia. Ini berarti segala aktivitas manusia tidak terlepas dari dimensi
tersebut.
Segala aspek kehidupan, tidak terkecuali ilmu jiwa atau psikologi. Penelitian yang
menggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan
penafsiran karya sastra dari sisi psikologi. Alasan ini didorong karena tokoh-tokoh dalam karya
sastra dimanusiakan, mereka semua diberi jiwa, mempunyai raga bahkan untuk manusia yang
disebut pengarang mungkin memiliki penjiwaan yang lebih bila dibandingkan dengan manusia
lainnya terutama dalam hal penghayatan mengenai hidup dan kehidupan (Hardjana, 1985).
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan
memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis
tokoh, baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2009:350).
Menurut Hardjana (1991:60) pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara
analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu
saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam
menghayati dan menyikapi kehidupan. Fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan
penjelajahan ke dalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam
karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan
responnya terhadap tindakan lainnya.
Endraswara berpendapat dalam bukunya (2008:99) bahwa meskipun karya sastra bersifat
kreatif dan imajiner, pencipta tetap memanfaatkan hukum-hukum psikologi yang menghidupkan
karakter tokoh-tokohnya. Pencipta sadar atau tidak telah menerapkan teori psikologi secara
diam-diam.
Kemudian Ratna (2004:343) yang mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dapat
dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra yaitu:
a)memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis,
b) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksi
dalam karya sastra, dan
c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar