Seperti yang dikemukakan oleh Jones (dalam Nurgiyantoro,
1968: 33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.
Tokoh utama adalah pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi merupakan
ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang
hidup di alam nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah karya fiksi tokoh hendaknya
dihadirkan secara ilmiah dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” atau
berciri “hidup”, atau memiliki derajat lifelikeness (kesepertian hidup), (Sayuti,
2000:68). Sama halnya dengan manusia yang ada di dunia nyata, bersifat tiga dimensi
maka tokoh dalam fiksipun hendaknya memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan
psikologis. Dimensi fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri
muka dan sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan,
peranan di dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi,
aktifitas sosial, organisasi, bangsa, suku, keturunan dan sebagainya. Dimensi
psikologis meliputi mentalitas, ukuran moral, keinginan dan perasaan pribadi, sikap
dan kelakuan (tempramen) juga intelektualitasnya.
14
Dunia sastra mengenal istilah tokoh dan penokohan juga mengenal istilah
watak dan perwatakan. Istilah tersebut sekilas tampak sama namun sebenarnya
berbeda. Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku cerita sedangkan watak
menunjukan sifat dan sikap para tokoh (Nurgiyantoro, 2000: 165). Penokohan
merupakan cara penggambaran tokoh dalam fiksi sedangkan perwatakan mengarah
pada penempatan watak-watak tertentu pada tokoh-tokoh tertentu. Perwatakan
merupakan orang yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra yang memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti diekspresikan dalam pikiran, ucapan dan
tindakan atau penyajian watak, tokoh dan penciptaan citra tokoh atau kualitas tokoh,
kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan tokoh tersebut dengan tokoh lain.
Setiap tokoh mempunyai perwatakan yang berbeda, maka dari itu berdasarkan
perwatakannya tokoh cerita dapat dibedakan kedalam tokoh sederhana (simple
character) dan tokoh bulat (complex character) (Nurgiyantoro, 2002: 181-182).
Tokoh sederhana adalah tokoh yang memiliki satu kualitas pribadi tertentu,
perwatakan tokoh sederhana yang benar-benar sederhana dapat dirumuskan hanya
dengan sebuah kalimat atau bahkan sebuah frase saja.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2002: 183) Tokoh bulat adalah tokoh
yang memiliki dan diungkap berbagai sisi kemungkinan sisi kehidupannya, sisi
kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat menampilkan watak dan tingkah laku
bermacam-macam dan sulit diduga. Tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan
manusia sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan
tindakan juga sering memberikan kejutan kepada para pembaca. Namun demikian,
15
unsur-unsur kejutan yang ditampilkan tokoh cerita harus dapat
dipertanggungjawabkan. Kejutan yang ditampilkan harus logis sesuai dengan
tuntutan kohesi cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar