Tiap-tiap unsur pembangun novel itu hanya akan bermakna jika
berkaitan dengan keseluruhannya. Dengan kata lain, dalam keadaan terisolasi,
terpisah dari totalitasnya, unsur-unsur tersebut tidak ada artinya atau tidak berfungsi
(Nurgiyantoro, 2000: 30-31). Secara umum, unsur-unsur pembangun sebuah novel
terdiri dari dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur yang (secara langsung) turut serta membangun
cerita. Unsur-unsur tersebut meliputi peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar,
sudut pandang peneritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Unsur-unsur inilah
yang akan menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Sebagai unsur yang
membangun sebuah karya sastra, kehadiran unsur intrinsik sangat diperlukan.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang secara tidak langsung mempengaruhi
bangunan atau sistem organisme karya sastra, misalnya keadaan kejiwaan pengarang
dan keadaan lingkungan pengarang seperti geografi, sosial, ekonomi dan politik.
Walaupun secara tidak langsung, unsur ekstrinsik ini tetap mempunyai peranan yang
besar dalam proses terbentuknya karya sastra.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2002: 25) membedakan unsur
pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian, yaitu fakta, tema, dan sarana
10
pengucapan (sastra). Fakta (fact) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh
cerita), plot, dan setting. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Sarana
pengucapan sastra atau sarana kesastraan (literary devices) adalah teknik yang
dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detail-detail cerita
(peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang bermakna”. Menurut Nurgiyantoro (2002:
25-26) “setiap novel memiliki tiga unsur pokok yang sekaligus merupakan unsur
terpenting, yaitu tokoh utama, konflik utama, dan tema utama. Ketiga unsur utama itu
saling berkaitan erat dan membentuk satu kesatuan yang terpadu, kesatuan organisme
cerita”, ketiga unsur itu yang terutama membentuk dan menunjukkkan sosok cerita
dalam fiksi
Kamis, 05 September 2019
Hakikat Novel (skripsi dan tesis)
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model
kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui unsur
intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, dan penokohan, latar, sudut pandang dan
lain-lain yang bersifat imajinatif. Walaupun bersifat noneksistensial, karena dengan
sengaja dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan atau dianalogikan
dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya, sehingga
tampak seperti sungguh ada dan terjadi, akan tetapi semuanya itu berjalan dengan
sistem koherensinya sendiri (Nurgiyantoro, 2000: 4). Novel merupakan hasil karya
sastra yang berisi tentang karya-karya para pengarang yang mengkerasikan daya
imajinasinya dengan menjadikan manusia sebagai model dalam proses penciptaan
karya sastra.
Sugihastuti dan Suharto (2005: 43) menjelaskan bahwa novel merupakan struktur
yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang
menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari
unsur yang terpadu. Oleh karena itu, untuk mengetahui makna-makna atau pikiran
tersebut, karya sastra harus dianalisis.
Menurut Nurgiyantoro (2000: 22) sebuah novel yang dikreasikan oleh pengarang
sehingga hadir ke hadapan pembaca merupakan sebuah totalitas, yakni suatu
9
kemenyeluruhan yang bersifat artisitik. Sebuah karya sastra, novel dibangun dari
sejumlah unsur, dan setiap unsur akan saling berhubungan secara erat dan
menentukan, semua itu akan menjadikan novel menjadi sebuah karya sastra yang
bermakna dan hidup.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar