a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari tujuh aspek yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi. Seperti yang
diungkapkan Anas Sudijono (2011: 49) “Ranah kognitif adalah ranah
yang mencakup kegiatan mental (otak)”.
Menurut Bloom dalam Asmi (2010: 2), segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Pada
awalnya Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi
(apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation)
dalam satu dimensi, akan tetapi Anderson dan Kratwohl merevisinya
menjadi dua dimensi, yaitu proses dan isi/jenis.
Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember),
memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze),
menilai (evaluate), dan berkreasi (create). Pada dimensi isinya terdiri
atas pengetahuan faktual (factual knowlwdge), pengetahuan konseptual
(conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Ranah afektif merupakan internalisasi sikap
yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta
didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil
sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku.
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya apabila telah memiliki penguasaan yang
tinggi pada ranah kognitifnya. Hasil belajar afektif tampak pada siswa
dalam berbagi tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan
belajar, dan hubungan sosial.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar
seperti yang dikemukakan Nana Sudjana (2006: 30). Kategorinya dimulai
dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks,
meliputi:
1) Menerima (receiving), yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gejala, dll.
2) Menjawab (responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Penilaian (valuing) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus tadi.
4) Organisasi (organization), yakni pengembangan dari nilai ke dalam
suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai
lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai (characterization by a value
or value complex), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan kemampuan peserta didik yang
berkaitan dengan gerak tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan
sederhana sampai gerakan yang kompleks. Ranah psikomotoris
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni:
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak disadari).
2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dll.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada ketrampilan kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
(Nana Sudjana, 2006: 23)
Menurut Anas Sudijono (2011: 57) ranah psikomotor adalah ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif dan afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil
belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kognitif dan ranah afektif.
Penilaian psikomotor memang lebih sulit dan subjektif
dibandingkan dalam aspek kognitif karena penilaian psikomotorik
memerlukan pengamatan dengan keterandalan yang tinggi terhadap
dimensi-dimensi yang akan diukur. Apabila pengukuran dalam aspek
psikomotor ini tidak dilakukan secara cermat maka aspek subjektivitas
akan lebih dominan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar