Minggu, 25 Agustus 2019
Pemikiran Fenomenologi Alfred Schutz (skripsi dan tesis)
Schutz memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain, akan tetapi ia hidup dalam aliran kesadaaran diri sendiri. Persefektif yang digunakan oleh Schutz untuk memahami kesadaran itu dengan konsep intersubyektif. Yang dimaksud dengan dunia intersubyektif ini adalah kehidupan dunia (life-word) atau dunia kehidupan sehari-hari (Ritzer & Douglas 2007: 94). Menurut Schutz, manusia mengkonstruksi makna diluar arus utaman pengalaman melalui proses “tipikasi”. Hubungan antarmakna pun diorganisasikan melalui proses ini, atau biasa disebut stock of knowledge. Jadi kumpulan pengetahuan memiliki kegunaan praktis dari dunia itu sendiri, bukan sekedar pengetahuan tentang dunia. Inti dari pemikiran Schutz (Kuswarno, 2013: 18) adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implicit. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengamil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Schutz mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga terefleksi dalam tingkah laku. Schutz (Kuswarno, 2013: 19) mengawali pemikirannya dengan mengatakan bahwa objek penelitian ilmu sosial pada dasarnya berhubungan dengan dengan interpretasi terhadap realitas. Orang-orang saling terikat ketika membuat interpretasi ini. Peneliti berusaha untuk menyamakan persepsi dengan informan. Persamaan persepsi dapat terbentuk apabila adanya komunikasi yang terus menerus sehingga peneliti dapat menemukan makna dari informan sebagai objek penelitian. Peneliti harus menggunakan metode interpretasi yang sama dengan orang yang diamati, sehingga peneliti bisa masuk kedalam dunia interpretasi dunia orang yang dijadikan objek penelitian. Menurut Schutz, tindakan manusia adalah bagian dari posisinya dalam masyarakat (Kuswarno, 2013: 38). Ada dua aspek yang dibahas dalam teori fenomenologi, berdasarkan pemikiran Schutz (Kuswarno, 2013: 109-111).yaitu : 1) Aspek intersubyektif, yakni makna subjektif yang terbentuk dalam dunia sosial oleh aktor berupa sebuah “kesamaan dan kebersamaan”. Pembentukan makna dapat dihasilkan dari proses berbagi makna antarindividu. . 2) Aspek historis, yaitu tindakan yang beriorentasi pada waktu. Ada dua hal yang dilihat dari aspek historis, yaitu motif tujuan (in order motive) dan motif alasan (because motive). Motif tujuan merupakan motif yang dimiliki oleh informan untuk mencapai tujuan tertentu ketika mereka menafsirkan dan melakukan sebuah tindakan. Motif alasan merupakan pijakan atau pemahaman yang melatarbelakangi informan sehingga membentuk pemahaman tersendiri dalam penafsiran tindakan tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar