1) Penggolongan Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur
Perkembangan/Kemajuan Belajar Peserta Didik.
a) Tes Seleksi
b) Tes Awal
c) Tes Akhir
d) Tes Diagnostik
e) Tes Sumatif
f) Tes Formatif
2) Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin
Diungkapkan.
a) Tes Intelegensi
b) Tes Kemampuan
c) Tes Sikap
d) Tes Kepribadian
e) Tes Hasil Belajar
3) Penggolongan Lain –lain
a) Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes.
(1)Tes Individual.
(2)Tes Kelompok.
b) Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk
menyelesaikan tes.
(1)Power Test
(2)Speed Test
c) Dilihat dari segi bentuk responnya.
(1)Verbal Test
(2)Nonverbal Test
d) Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawaban.
(1)Tes Tertulis
(2)Tes Lisan
Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 26-39) ada dua teknik
evaluasi, yaitu teknik nontes dan teknik tes.
1) Teknik nontes.
Yang tergolong teknik non tes adalah:
a) Skala bertingkat (rating scale)
b) Kuesioner (questionair)
c) Daftar cocok (check list)
d) Wawancara (interview)
e) Pengamatan (observation)
f) Riwayat hidup
2) Teknik tes.
a) Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa.
(1)Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahankelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang
tepat.
(2)Tes formatif
Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
(3)Tes sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian
sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Di sekolah-sekolah tes formatif biasanya diberikan pada akhir
setiap program dan biasanya dikenal dengan istilah ulangan harian. Tes
ini merupakan tes akhir program atau dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran, sedangkan tes sumatif biasanya dikenal
dengan istilah ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir
catur wulan atau akhir semester.
Tes dapat dibedakan atas beberapa jenis dan pembagian jenis-jenis
tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.
Chabib Thoha (2003:
46-47) membagi jenis tes menjadi sembilan macam yaitu:
1) Tes Penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar yang
dimiliki oleh anak didik, kemampuan tersebut dapat dipakai
meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang,
sehingga peserta didik dapat dibimbing, diarahkan atau ditempatkan
pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.
2) Tes Pembinaan diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup
semua unit pengajaran yang telah diajarkan.
3) Tes Sumatif bertujuan mengukur keberhasilan belajar peserta didik
secara menyeluruh, materi yang diujikan seluruh pokok bahasan dan
tujuan pengajaran dalam satu program tahunan.
4) Tes Diagnostik digunakan untuk mengetahui sebab kegagalan peserta
didik dalam belajar.
5) Tes Standar adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli atau lembaga
yang khusus menyelenggarakan secara profesional.
6) Tes Nonstandar adalah tes yang disusun oleh seorang pendidik yang
belum memiliki keahlian profesional dalam penyusunan tes.
7) Tes Tertulis adalah tes yang soal dan jawaban yang diberikan kepada
siswa berupa bahasa tulisan. Tes tertulis secara umum dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a) Tes Objektif, yaitu tes yang itemnya dapat dijawab dengan memilih
jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan
keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun yang
menjawab salah.
b) Tes Subjektif, yaitu tes yang memberikan kebebasan peserta didik
untuk memilih dan menentukan jawaban. Kebebasan tersebut
mengakibatkan data jawaban bervariasi sehingga mengundang
subjektivitas penilai.
8) Tes Lisan, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
9) Tes Tindakan, yaitu tes di mana respon atau jawaban yang dituntut
dari peserta didik berupa tindakan tingkah laku konkrit.
Dari sekian banyak jenis tes seperti di atas, alat penilaian bukan tes
(nontest) masih jarang digunakan baik dalam menilai hasil belajar maupun dalam menilai proses belajar mengajar. Para guru di sekolah
pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada nontes
mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang
dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil belajar peserta
didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar