Kepuasan kerja bisa didefinisikan sebagai sikap yang positif dari pegawai terkait penyesuaian dirinya terhadap situasi dan kondisi kerja, termasuk permasalahan upah, kondisi sosial, kondisi phisik, serta kondisi psikologi (Anoraga, 2006; Wibowo, 2007). Dengan demikian, kepuasan kerja mengacu pada sikap umum karyawan atas pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan respon emosional yang dimiliki pegawai terhadap berbagai aspek pekerjaan (Robbins & Judge, 2008; Wexley & Yukl, 2005). Persepsi pegawai yang bisa diperoleh dari hasil evaluasi individu ataupun kelompok di dalam lingkungan
organisasinya membuat mereka merasakan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan beserta segala aspeknya merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan kepuasan kerja bagi seorang pegawai. Kepuasan kerja individu adalah selisih antara harapannya dan apa yang telah tercapai di dalam pekerjaan menurut persepsi miliknya. Apabila individu tersebut merasakan tidak ada perbedaan antara harapan dan perolehan dirinya dari pekerjaan atau bahwa yang diperolehnya dari pekerjaan melebihi dari apa yang diharapkannya,
maka individu yang bersangkutan akan merasakan kepuasan kerja (job satisfaction). Sebaliknya, apabila individu tersebut merasakan bahwa apa-apa yang diharapkannya dipersepsikan tidak diperoleh dari pekerjaan yang dilakukannya, maka individu yang bersangkutan merasakan ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction). Menurut George dan Jones (2008), kepuasan kerja individu meliputi empat elemen utama. Elemen pertama adalah kepribadian (personality), yaitu cara pandang seseorang yang terbentuk karena perasaan, pikiran dan keyakinannya, seperti pemanfaatan kemampuan, prestasi kerja, kreativitas kerja, serta kemandirian dalam melaksanakan tugas. Elemen kedua adalah nilai (value), yaitu nilai-nilai kerja seseorang yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik, yang meliputi imbalan, pengakuan, tanggungjawab, jaminan kerja dan layanan sosial. Elemen ketiga adalah situasi pekerjaan (work situation), yaitu situasi kerja yang terbentuk karena pekerjaan itu sendiri, rekan kerja, supervisor, bawahan dan kondisi phisik. Elemen terakhir adalah pengaruh lingkungan sosial (social influence), yaitu pengaruh yang terbentuk karena kelompok dan budaya organisasi, seperti aktivitas atau kegiatan, kebijakan perusahaan, nilai moral dan status.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar