Sabtu, 13 Juli 2019

Dinamika Hubungan Antara Harga Diri Dan Narsisme (skripsi dan tesis)


Steinberg (2009) mengatakan bahwa harga diri merupakan konstruk yang penting dalam kehidupan sehari-hari juga berperan serta dalam menentukan tingkah laku seseorang. Seseorang dengan harga diri yang baik akan mampu menghargai dirinya sendiri. Menurut Dariyo dan Ling (2012) bahwa harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu itu meyakinkan diri sendiri bahwa dia mampu, penting, berhasil, dan berharga. Dengan kata lain harga diri merupakan suatu penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang diekspresikan di dalam sikap-sikap yang dipegang oleh individu tersebut. Hal ini mengarahkan bahwa pengertian dari harga diri adalah adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap orang terhadap dirinya sendiri. Dimana dimensi dalam harga diri sendiri adalah Perasaan diterima (Felling Of Belonging), Perasaan Mampu (Felling Of Competence), Perasaan Berharga ( Felling Of Worth ).
Khera (2012) menyebutkan beberapa manfaat dari harga diri yang tinggi, yaitu membentuk pendirian yang kuat, membangkitkan kemauan untuk menerima tanggung jawab, membentuk sikap optimistik, meningkatkan hubungan dan hidup lebih berarti, membuat seseorang lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan mengembangkan sikap saling mengasihi, memotivasi diri dan berambisi, membuat seseorang bersikap terbuka terhadap peluang dan tantangan baru, memperbaiki kinerja dan meningkatkan kemampuan mengambil resiko, membantu seseorang dalam memberi dan menerima kritik dan penghargaan dengan bijaksana dan mudah. Sebaliknya harga diri yang rendah akan berpikir buruk tentang diri sendiri,tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, cenderung pesimis tentang masa depan, mengingat masa lalu mereka lebih negatif dan berkubang dalam suasana hati negatif mereka dan lebih rentan terhadap depresi ketika mereka menghadapi stress (Taylor, Peplau dan Sears 2009).
Harga diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku narsis. Dalam penelitian Bakti (2016) serta Kartika (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara harga diri dengan kecenderungan narsisme. Hal ini sesuai dengan penelitian Clarke (2014) menyebutkan bahwa banyak alasan yang melatarbelakangi narsis yakni harga diri, depresi, kecemasan dan perkembangan superego. Penelitian Drestya (2013) menemukan jawaban pengguna media sosial adalah untuk eksis atau menunjukan identitas diri. Dimana identitas diri berhubungan dengan harga diri seseorang. Dengan demikian seseorang dengan harga diri yang tinggi akan memiliki kemampuan mengendalikan penggunaan media sosial.
Menurut Maulina (2017) bahwa remaja dengan harga diri tinggi akan mampu mengontrol penggunaan akun. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan  mengembangkan tanggungjawab sosial, mempunyai kreativitas dalam melakukan aktivitas dengan menampilkan diri sesuai dengan realitas, dapat mengaktualisasi diri dengan baik dan mampu menyaring informasi yang ada di media jejaring sosial.
Pengertian dari narsisme sendiri adalah perilaku yang ditandai dengan kecenderungan untuk memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian, selain itu tertanam dalam dirinya perasaan paling mampu, paling unik (beda sendiri) dan merasa khusus dibandingkan dengan orang lain. Perilaku yang ditunjukkan oleh individu narsisme yaitu suka memamerkan tentang komentar dari orang lain yang mengakui keunikannya, keberhasilannya ataupun idealisme yang dijunjung tinggi oleh dirinya. Hal tersebut dilakukan ketika individu narsisme merasa harga dirinya mulai terancam saat menerima masukan atau kritikan yang mengoreksi kebiasaan atau pola pikirnya. Serta tuntutan akan perhatian yang terus menerus bukan berasal dari keegoisannya namun dari kebutuhannya untuk menyingkirkan perasaan tidak adekuat () Dimana dimensi dalam narsisme yaitu meliputi Leadership (autority)  Superiority (arogance), Self absorption (self admiration), dan Exploitiveness (entitle ment)

Tidak ada komentar: