Menurut Hasibuan
(2005) Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan suatu organisasi, di antaranya :
1. Tujuan
dan kemampuan
Tujuan dan
kemampuan ini mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan
dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang dibebankan kepada
karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan agar karyawan
tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. Akan
tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh di bawah kemampuannya
maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah. Disinilah letak pentingnya
axas the right man in the right place and the right man in the right job.
2. Teladan
pimpinan
Teladan pimpinan
sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinanan
dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi
contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai dengan perbuatan.
Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik. Jika
teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang
disiplin. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia
sendiri kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan
dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan
mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahan pun mempunyai disiplin yang
baik pula
3. Balas
Jasa
Balas jasa atau kompensasi,
kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena balas jasa akan
memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan. Jika kecintaan
karyawan semakin tinggi terhadap pekerjaan kedisiplinan akan semakin baik.
Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik perusahaan harus memberikan
balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila
balas jaasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa barperan penting untuk menciptakan
kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin baik
kedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisplinan
karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan
primernya tidak terpenuhi dengan baik.
4. Keadilan
Keadilan ikut
mendorong terwujudnya kedisplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang
selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama ddengan manusia
lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa
atau hukuman akan tercipta kedisiplinan yang baik. Manajer yang baik dalam
memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua karyawan. Dengan keadilan
yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
5. Waskat
(pengawasan melekat)
Waskat adalah
tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan
perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengatasi
perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya.
6. Sanksi
hukuman
Sanksi hukuman
berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman
yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan
perusahaan. Berat atau ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut
mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan
akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan, pimpinan harus berani dan
tegas bertindak untuk memberikan sanksi sesuai dengan yang telah ditetapkan
perusahaan sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan dapat memelihara
kedisiplinan karyawan perusahaan.
8. Hubungan
kemanusiaan
Hubungan
kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer harus berusaha
menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi baik diantara semua
karyawan. Kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan
dalam organisasi tersebut baik.
Saydam (2000),
menyatakan bahwa aspek – aspek kedisiplinan kerja meliputi;
a.
Aspek keteraturan jam masuk, pulang
kerja dan istirahat.
b.
Aspek cara berpakaian, dan bertingkah
laku dalam pekerjaan,
c.
Aspek cara kerja
d.
Aspek keteraturan terhadap apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan.
Aspek-aspek
pengukuran disiplin kerja oleh Natsir (dalam Astuti, 1997) yaitu:
a. Aspek
keteraturan dan ketepatan waktu kerja yaitu datang dan pulang kerja dengan
teratur dan tepat waktu.
b. Aspek
penggunaan pakaian kerja yaitu berpakaian rapi dan lengkap ditempat kerja.
c. Aspek
penggunaan bahan dan alat perlengkapan kerja yaitu menggunakan alat bahan dan
alat perlengkapan dengan hati-hati.
d. Aspek
penggunaan waktu kerja, yaitu menggunakan waktu kerja yang sepenuhnya dan
seefisien mungkin.
e. Aspek
cara kerja yaitu mengikuti cara kerja seperti yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
f. Aspek
kepatuhan terhadap peraturan kerja yaitu tidak melakukan hal-hal yang telah
menjadi larangan perusahaan.
Amriyani (2004),
menyimpulkan bahwa aspek kedisiplinan kerja mencakup aspek-aspek:
a. Kepatuhan
terhadap perintah. Kepatuhan terjadi jika seseorang melakukan apa yang
dikatakan kepadanya.
b. Waktu
kerja. Waktu kerja sebagai jangka waktu saat pekerja yang bersangkutan harus
hadir untuk memulai pekerjaan dan ia dapat meninggalkan pekerjaan.
c. Kepatuhan
terhadap peraturan. Serangkaian aturan-aturan yang dimiliki kelompok dalam
organisasi boleh jadi merupakan tekanan bagi seseorang atau karyawan agar
patuh.
d. Pemakaian
seragam atau alat kerja dengan hati-hati. Setiap karyawan terutama di
lingkungan kerja menerima seragam tiap dua tahun sekali.
Aspek disiplin kerja juga dikemukakan oleh
Lateiner & Levine (Amriany, 2004) dan Strauss & Sayles (1990). Aspek
disiplin kerja yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
a. Kehadiaran
tepat waktu
b. Memakai
pakaian yang baik di tempat kerja
c. Penggunaan
barang-barang dan perlengkapan kantor
d. Kualitas
pekerjaan
e. Cara kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar