Indikator etos
kerja yang professional menurut Sinamo (2011) antara lain:
1. Kerja
adalah rahmat
Etos kerja
pertama adalah percaya pada paradigma bahwa kerja adalah rahmat, dan karena itu
harus disyukuri paling sedikit karena 5 (lima) alasan :
a.
Pekerjaan itu sendiri secara hakiki
adalah berkat Tuhan. Lewat pekerjaan Tuhan memelihara manusia. Dengan upah yang
diterima karyawan dapat menyediakan sandang, pangan untuk keluarganya.
b.
Karyawan selain menerima upah finansial
juga menerima banyak faktor plus, misalnya jabatan, fasilitas, berbagai
tunjangan dan kemudahan.
c.
Talenta yang menjadi basis keahlian juga
merupakan rahmat yang diberikan Tuhan kepada manusia.
d.
Bahan baku yang dipakai dan diolah dalam
bekerja juga telah tersedia karena rahmat Tuhan.
b.
Di dalam pekerjaan semua individu
terlibat dalam sebuah jaringan antar manusia yang fungsional, hirarkis, dan
sinergis yang membentuk kelompok kerja, profesi, korps, dan komunitas.
2. Kerja
adalah amanah
Etos amanah
lahir dari proses dialektika dan reflesi batin tatkala manusia berhadapan
dengan kenyataan buruk di lapangan yang diperhadapkan dengan tuntutan moral dan
idealisme di pihak lain. Dalam proses ini terjadi penyentakan-penyentakan
perasaan, kejutan-kejutan kejiwaan, dan pencerahan-pencerahan batin yang
kemudian mentransformasikan kesadaran manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan
selanjutnya melahirkan etos amanah. Dari kesadaran amanah ini lahirlah
kewajiban moral yaitu tanggungjawab yang kemudian menumbuhkan keberanian moral
dan keinginan kuat untuk :
a.
Bekerja sesuai dengan job description
dan mencapai target-target kerja yang ditetapkan.
b.
Tidak menyalahgunakan fasilitas
organisasi
c.
Tidak membuat dan mendistribusikan
laporan fiktif.
d.
Tidak menggunakan jam kerja untuk
kepentingan pribadi
e.
Mematuhi semua aturan dan peraturan
organisasi.
3.
Kerja adalah panggilan
Kerja sebagai
panggilan adalah sebuah konsep yang sangat tua. Dalam tradisi Hinduisme dan
Buddhisme konsep panggilan ini disebut darma, yaitu panggilan suci, kewajiban
suci, tugas sakral untuk mengerjakan sesuatu.
Tujuan panggilan yang terpenting adalah agar manusia dapat bekerja
tuntas dan selalu mengedepankan integritas :
a.
Setiap orang lahir ke dunia dengan
panggilan khusus, yang dilakoni oleh setiap orang terutama melalui
pekerjaannya.
b.
Agar panggilan berhasil terselesaikan
sampai tuntas, diperlukan integritas yang kuat, komitmen, kejujuran, keberanian
mendengarkan nurani dan memenuhi tuntutan profesi dengan segenap hati, pikiran,
dan tenaga.
c.
Integritas adalah komitmen, janji yang
harus ditepati, untuk menunaikan darma hingga tuntas, tidak pura-pura lupa pada
tugas atau ingkar pada tanggungjawab.
d.
Integritas berarti memenuhi tuntutan
darma dan profesi dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap tenaga
secara total, utuh, dan menyeluruh.
b.
Integritas berarti bersikap jujur kepada
diri sendiri dan berkehendak baik, tidak memanipulasi, tetapi mengutamakan
kejujuran dalam berkarya.
c.
Integritas berarti bersikap sesuai
tuntutan nurani, memenuhi panggilan hati untuk bertindak dan berbuat yang benar
dengan mengikuti aturan dan prinsip sehingga bebas dari konflik kepentingan.
4.
Kerja adalah aktualisasi
Aktualisasi diri
atau pengembangan potensi insani dapat terlaksana melalui pekerjaan, karena
bekerja adalah pengerahan energi biologis, psikologis, dan spritual yang selain
membentuk karakter dan kompetensi manusia. Tujuan aktualisasi yang terpenting adalah agar
manusia biasa bekerja keras dan selalu tuntas :
a. Kerja
keras tak lain adalah melangkah satu demi satu secara teratur menuju impian
yang diidamkan.
b. Tidak
berkecil hati karena menjumpai halangan, karena bahkan batu penghalangpun bisa
menjadi batu loncatan menuju keberhasilan.
c. Manusia
tak akan pernah memperoleh sesuatu yang besar kecuali ia mencobanya dengan
kerja keras penuh semangat.
5.
Kerja adalah ibadah
Kerja itu
ibadah, yang intinya adalah tindakan memberi atau membaktikan harta, waktu,
hati, dan pikiran Melalui pekerjaan, manusia dapat memiliki kepribadian,
karakter, dan mental yang berkembang, dapat memperkaya hubungan silaturahmi
yang saling mengasihi dan menyayangi, membangun rasa kesatuan antar manusia,
menghasilkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan.
6.
Kerja adalah seni
Kerja sebagai
seni yang mendatangkan kesukaan dan gairah kerja bersumber pada
aktivitas-aktivitas kreatif, artistik, dan interaktif. Aktivitas seni menuntut
penggunaan potensi kreatif dalam diri manusia, baik untuk menyelesaikan masalah-masalah kerja yang timbul maupun
untuk menggagas hal-hal baru. Pekerjaan yang dihayati sebagai seni terutama
terlihat dari kemampuan manusia berpikir tertib, sistematik, dan konseptual, kreatif
memecahkan masalah, imajinatif menemukan solusi, inovatif
mengimplementasikannya, dan cerdas saat menjual.
7.
Kerja adalah kehormatan
Kerja sebagai
kehormatan memiliki sejumlah dimensi yang sangat kaya, yaitu :
a.
Secara okupasional, pemberi kerja menghormati
kemampuan karyawan sehingga seseorang itu layak memangku jabatan atau
melaksanakan tugas tersebut.
b.
Secara psikologis, pekerjaan memang
menyediakan rasa hormat dan kesadaran dalam diri individu bahwa ia memiliki
kemampuan dan mampu dibuktikan dengan prestasi-prestasi yang diraihnya.
b.
Secara sosial, kerja memberikan
kehormatan karena berkarya dengan kemampuan diri sendiri adalah kebajikan.
c.
Secara finansial, pekerjaan memampukan
manusia menjadi mandiri secara ekonomis.
d.
Secara moral, kehormatan berarti
kemampuan menjaga perilaku etis dan
e.
menjauhi perilaku nista. f. Secara
personal, jika pengertian moral di atas dapat dipenuhi, maka kehormatan juga
bermakna ketepercayaan (trustworthiness) yang lahir dari bersatunya kata dan
perbuatan.
f.
Secara profesional, kehormatan berarti
prestasi unggul (superior performance).
8.
Kerja adalah pelayanan.
Tujuan pelayanan
yang terpenting adalah agar manusia selalu bekerja paripurna dengan tetap
rendah hati. Di dunis bisnis, melayani adalah ikhtiar tiada henti untuk memuaskan
pelanggan dengan menyajikan karya-karya yang mengesankan dan produk-produk
unggulan. Apabila semua orang bekerja sesuai dengan hakikat profesi dan
pekerjaannya, melayani dengan sempurna penuh kerendahan hati, maka setiap
orang, dan pada gilirannya seluruh masyarakat, akan bergerak ke tingkat
kemuliaan yang lebih tinggi.
Aspek pengukuran dalam etos kerja menurut
Reksohadiprojo dan Handoko (2003) yaitu :
a. Aspek
dari dalam, merupakan aspek penggerak atau pembagi semangat dari dalam diri
individu, minat yang timbul disini merupakan dorongan yang berasal dari dalam
karena kebutuhan biologis, misalnya keinginan untuk bekerja akan memotivasi
aktivitas mencari kerja.
b. Aspek
motif sosial, yaitu aspek yang timbul dari luar manusia, aspek ini bisa
berwujud suatu objek kegiatan seseorang yang ada di ruang lingkup pergaulan
manusia. Pada aspek sosial ini peran human relation akan tampak dan diperlukan
dalam usaha untuk meningkatkan etos kerja karyawan.
c. Aspek
persepsi, adalah aspek yang berhubungan dengan suatu yang ada pada diri
seseorang yang berhubungan dengan perasaan, misalnya dengan rasa senang, rasa
simpati, rasa cemburu, serta perasaan lain yang timbul dalam diri individu.
Aspek ini akan berfungsi sebagai kekuatan yang menyebabkan karyawan memberikan perhatian
atas persepsi pada sistem budaya organisasi dan aktifitas kerjanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar