Istilah Orangutan diambil dari bahasa Indonesia dan/atau bahasa Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan. Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pedek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor. Orangutan berukuran 1-1,4m untuk jantan, yaiu 2/3 kali ukuran seekor Gorila. Tubuh Orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi. Orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk. Mereka mempunyai indera yang sama dengan manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba. Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari panjang ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia (Wikipedia, 2006).
Menurut WWF Indonesia (2003), uraian fisik Orangutan Borneo adalah sebagai berikut:
a. Rambut di wajah Orangutan Borneo lebih sedikit ketimbang Orangutan sanak mereka di Sumatera.
b. Memiliki tangan yang sangat panjang yang dapat mencapai 2 m panjangnya.
c. Kakinya relatif pendek dan lemah, tetapi lengan dan tangannya sanga kuat.
d. Merupakan mamalia pemanjat pohon terbesar, yang bergerak dari satu pohon ke pohon lain, dimana mereka tidak mau menuruni pohon untuk ssampai di tanah.
e. Jantan dewasa dibedakan karena ukurannya yang besar, kantong tenggorokan dan bantalan pipi di setiap sisi wajahnya.
f. Bergerak dengan tangan yang mengepal di tanah.
g. Panjang tubuh lebih kurang 1,25 sampai dengan 1,5 m.
h. Berat dewasa 30 sampai 50 kg untuk betina dan 50 sampai dengan 90 kg untuk jantan.
i. Bulunya berwarna coklat keerahan (tengguli).
Identifikasi di lapangan, pola warna pada umumnya tengguli, bervariasi dari jingga sampai tengguli tua pada individu jantan. Sering terdeteksi melalui suara jeritan yang berbunyi seperti suara sendawa panjang yang dikeluarkan oleh jantan dewasa. Bersifta diurnal dan biasanya arboreal juga termasuk hewan yang soliter (Payne J. dkk., 2000).
Secara morfologi, Orang utan Sumatera (Pongo abelii) dan Orang utan Sumatera (Pongo pygmeus) sangat serupa, sekalipun kedua spesies tersebut kerapkali dapat dibedakan berdasarkan warna bulunya (Napier dan Napier, 1967 dalam Galdikas, 1984). Orang utan Kalimantan khususnya bila telah dewasa mengarah kepada warna coklat kemerah – merahan. Sedangkan Orang utan Sumatera berwarna lebih pucat. Perbedaan warna bulu ini dapat digunakan sebagai penuntun kasar. Orang utan Sumatera kadang – kadang mempunyai bulu putih pada bagian muka. Selain itu bulu Orang utan Sumatera lebih lembut dan lemas, sedangkan bulu Orang utan Kalimantan jarang–jarang dan terasa kasar (Galdikas, 1984). Orangutan (atau Orang utan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kmerahan, kadang scokelat, yang hidup di Indonesia dan Malaysia. Primata ini memiliki 3 kerabat lain yang termasuk dalam suku Pongidae atau Kera Besar (Great ape), yaitu Gorila, Simpanse, dan Bonobo, dan ketiganya hanya terdapat di Benua Afrika. Orangutan di Indonesia dibagi ke dalam 2 spesies yang berbeda, yaitu Pongo abelii yang trdapat di pulau Kalimantan dan Malaysia atau sering disebut Pulau Borneo. Di Pulau Borneo sendiri, spesies Pongo pygmaeus sendiri terbagi lagi ke dalam tiga subspesies, yaitu Pongo pygmaeus wurmbii, Pongo pygmaeus morio dan Pongo pygmaeus pygmaeus.
Ukuran tubuh Orang utan yaitu tinggi tubuh 4,5 kaki dan rentangan kedua lengannya sepanjang 92 inchi. Orang utan betina umumnya bertubuh lebih pendek daripada Orang utan jantan (Walker, 1954). Tangannya lebih panjang daripada kakinya dan memiliki genggaman yang kuat. Telapak tangannya yang memanjang dengan ibu jari yang pendek digunakan sebagai pengait saat mereka bergelantungan di pepohonan (villee et al., 1968).
Berat badan antara kedua sub spesies Orang utan tersebut tidak ada perbedaan yang nyata. Berat badan Orang utan Sumatera maupun Orang utan Kalimantan betina rata–rata adalah 37 kg, sedangkan berat badan Orang utan Sumatera yang jantan rata–rata 66 kg dan Orang utan Kalimantan 73 kg (Galdikas, 1984).
Orangutan memiliki rentang lengan yang sangat besar. Orangutan jantan dewasa meregangkan tangannya hingga sekitar 7 kaki (2 meter) dari ujung jari ke ujung jari, jangkauan ini lebih panjang dibandingkan dengan tinggi orangutan berdiri, yaitu sekitar 5 kaki (1,5 meter). Ketika orangutan dalam posisi berdiri, tangan mereka hampir menyentuh tanah. Lengan orangutan sangat cocok untuk pola hidup mereka, karena orangutan menghabiskan banyak waktu mereka di atas pohon (arboreal). Orangutan lebih soliter daripada kera lainnya. Laki-laki penyendiri. Ketika mereka bergerak melalui hutan mereka membuat banyak gemuruh, melolong panggilan untuk memastikan bahwa mereka tetap keluar dari jalan masing-masing. The "long call" dapat didengar 1,2 mil (2 kilometer) jauhnya.
Berdasarkan analisis DNA Orangutan memiliki 97% kesamaan genetic dengan manusia. Kesamaan genetiknya dengan manusia menyebabkan mudah terjadi penularan penyakit dari Orangutan ke manusia maupun sebaliknya (zoonosis), di antaranya hepatitis (A,B,C), tuberkulosis, herpes, malaria, dan tifus. Di Indonesia telah ditemukan beberapa Orangutan sdengan SIV (Simian Immunodeficiency Virus) yang sangat mirip dengan HIV. Penularan penyakit zoonosis ini bisa terjadi apaila kita memakan daging Orangutan, kontak langsung melalui air liur, cairan tubuh lain, kotoran dan udara, terutama sapabila kita memelihara Orangutan. Hampir lebih dari 70% Orangutan liar yang dieselamatkan dari hutan di sekitar perkebunan kelapa sawit diketahui terinfeksi parasit cacing “strongloides” (cacing pari-paru) yang larvanya dapat membunuh satwa dan mmenginfeksi manusia melalui pori-pori kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar