1) Teori
Bunga dari Aliran Klasik
Dalam Indra Darmawan (1992) bahwa Prof.
Marget dari London of School of Economics, teori bunga aliran klasik dinamakan
”the pure theory of interest”. Menurut teori itu, tinggi rendahnya
tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jadi bunga
modal terlalu dianggap sebagai harga barang-barang dan jasa-jasa, tinggi
rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi
rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal.
Dasarnya adalah ”price determined by
supply and demand”.
2) Teori
Bunga dari Aliran Neo Klasik
Berdasarkan
Indra Darmawan , bahwa teori
ini dikemukakan oleh Roberson dan dinamakan
“The Loanable fund theory of interest”.
Dasar teori ini hampir sama dengan
teori bunga aliran klasik. Perbedaannya terletak pada suatu perbaikan kearah
segi penawaran akan modal saja, menurut aliran klasik, saving (supply of capital) hanya berbentuk
simpanan saja.
Sedangkan menurut teori Loanable Fund Saving itu terdiri dari atas simpanan, penciptaan
uang baru, dan saldo uang yang diaktifkan (actived
idle balance). Maka dari itu supply
of capital menurut teori ini akan lebih besar dari pada menurut teori
klasik. Oleh karena dasar teori tersebut sama dengan teori klasik, maka kritik
dari J.M Keynes adalah sama, yaitu bahwa tingkat bunga tidak dapat ditentukan begitu
saja karena tidak diketahui tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi saving,
maka tingkat bunga pun tidak diketahui. Menurut Keynes tingkat bunga dapat
ditentukan tinggi rendahnya jika tingkat pendapatan telah diketahui dan tetap
tidak berubah.
3) Teori
Bunga Keynes
Permintaan
akan uang yang menurut Keynes disebut liquid
of preference (permintaan uang) tergantung dari tingkat bunga. Pada grafik
dibawah sumbu horizontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu
vertikal untuk tingkat bunga.
Permintaan
akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Keynes menyatakan
bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adalah suatu keyakinan bahwa ada tingkat
bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, makin
banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ketingkat normal (yakin
bahwa bunga akan naik diwaktu akan datang). Jika mereka memengang surat
berharga diwaktu bunga naik, maka harga nya akan turun, dan mereka akan
menderita kerugian (capital loss).
Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang
dipengangnya, dengan sendirinya akan menambah uang kas yang dipengang, pada
tingkat bunga naik.
Hubungan
permintaan uang negatif dengan tingkat bunga juga berkaitan dengan ongkos
memegang uang kas (opportunity cost of
holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos
memengang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena
kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas), sehingga keinginan memengang uang
kas juga akan turun. Sebaliknya jika tingkat bunga turun, berarti ongkos
memengang uang kas juga makin rendah, sehingga permintaan uang kas akan
bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar