Terdapat empat macam teori feminisme yang paling utama, yaitu (1) feminisme liberal. Dalam pandangan ini
maka peran wanita diletakkan dalam partisipasi dalam ranah publik. Ini berarti
bahwa perempuan, sama halnya seperti kaum laki-laki memiliki hak untuk ikut
serta dalam ranah publik seperti ikut dalam pemilihan umum dan ikut dalam debat
mengenai isu politik, sosial, dan moral daripada hanya sekedar berdiam diri di
rumah untuk mengurus rumah dan keluarga. [1]
(2) feminisme marxis, hampir memiliki kesamaan dengan teori feminism
liberal yaitu tuntutan akan hilangnya diskriminasi namun yang membuat keduanya
berbeda adalah menurut penganut feminisme marxis, terciptanya persamaan hak
tidak akan mewujudkan emansipasi wanita atau menghilangkan pertidaksamaan atas
kaum wanita karena sistem kapitalisme secara terus menerus menciptakan bentuk
subordinasi dan pertidaksamaan baru. (3) feminisme essensial merupakan kajian
dimana dengan menyusun pengetahuan sosial dari sudut pandang pengalaman nyata
wanita akan membuat peran wanita sebagai subjek dalam ilmu Hubungan
Internasional yang awalnya hanya berawal dari bawah menjadi subjek sentral. [2]
(4) feminisme poststrukturalis memiliki perbedaan dibandingkan dengan
tiga teori sebelumnya. Feminisme postukturalis dibangun dari pemahaman akan
nilai-nilai lokal setempat yang mempengaruhi peran wanita. Judith Butler
berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada ‘pengalaman wanita’ atau ‘perspektif
wanita’ yang digunakan untuk menyusun pemahaman akan bidang sosial dan politik
karena kehidupan perempuan pada dasarnya melekat pada budaya tertentu. Apa yang
orang katakan sebagai maskulin dan feminin sebenarnya dibangun melalui bahasa,
simbol, dan kisah yang disatukan dan dianyam menjadi ‘kain tenun’ kehidupan
sehari-hari di masyarakat yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar