Untuk mengembangkan instrumen
yang baik, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah
mengembangkan instrumen baik tes maupun non tes sebagai berikut:
1. Menentukan
tujuan penyusunan instrumen
Pada awal
menyusun instrumen, perlu ditetapkan tujuan penyusunan instrumen. Tujuan
penyusunan ini memandu teori untuk mengkonstruk instrumen, bentuk instrumen,
penyekoran sekaligus pemaknaan hasil penyekoran pada instrumen yang akan
dikembangkan. Tujuan penyusunan instrumen ini perlu disesuaikan dengan tujuan
penelitian
2. Menyusun
butir instrumen
Setelah tujuan
isntrumen ditetapkan selanjutnya perlu dicari teori atau cakupan materi yang
relevan. Teori yang relevan diigunakan untuk membuat kosntruk, apa saja
indikator suatu variabel yang akan diukur. Kaitannya dengan tes, perlu dibatasi
juga cakupan materi apa saja yang menyusun tes. Sebagai contoh pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi, yang akan diukur harus memiliki indikator pemecahan
masalah )problem solving), kebaharuan, kreativitas dan lain-lain. Jika yang
akan diukur anak SMP, cakupan materi apa saja yang akan diukur perlu menjadi
bahan pertimbangan
3. Menyusun
indikator butir instrumen/soal
Indikator soal
ditentukan berdasarkan kajian teori yang relevan oada instrumen non tes.
Adapaun pada instrumen tes, selain mempertimbangkan kajian teori, perlu
dipertimbangkan cakupan dan kedalaman materi. Inidikator dapat disusun menjadi
butir instrumen. Biasanya aspek yangakan diukur dengan idnikatornya disusun
menjadi suatu tabel. Tabe; tersebut kemudian disebut dengan kisi-kisi (blue
print). Penyusunan kisi-kisi ini mempermudah peneliti menyusun butir soal
4. Menyusun
butir instrumen
Langkah
selanjutnya adalah menyusn butir-butir instrumen. Penyusunan butir ini
dilakukan dengan melihat indikator yang sudah disusun pada kisi-kisi. Pada
penyusunan butir ini , peneliti perlu mempertimbangkan bentuknya. Misal untuk
non tes akan menggunakan angket, angke jenis yang mana, menggunakan berapa
skala, penskorannya dan analisa. Jika peneliti menggunakan instrumen berupa
tes, perlu dipikirkan apakan akan menggunakan bentuk objektif atau menggunakan
bentuk uraian (constructed response).
Pada penyusunan butir ini, peneliti telah mempertimbangkan penskoran untuk tiap
butir sehingga memudahkan analisis. Jika perlu, pedoman penskoran disusun
setelah peneliti menyelesaikan penyusunan butir instrumen
5. Validiasi
isi
Setelah
butir-butir soal tersusun, langkah selanjutnya adalah validasi. Validasi ini
dilakukan dengan menyampaikan kisi-kisi, butir instrumen dan lembar diberikan
kepada ahli untuk ditelaah secara kuantitatif maupun kualitatif. Tugas ahli
adalah melihat kesesuaian indikator dengan tujuan pengembangan instrumen,
kesesuaian instrumen dengan indikator butir, melihat kebenaran konsep butir,
melihat ebernaran isi, kebenaran kuni (pada tes), bahasa dan budaya. Proses ini
disebut dengan validai isi dengen mempertimbangkan penilaian ahli (expert
judgment).
Jik validasi isi
akan dikuantifikasi, peneliti dapat meminta ahlu mengisi lembar penilaian
validasi. Paling tidak, ada 3 ahli yang dilibatkan untuk proses validasi
instrumen penelitian. Berdasarkan isian 3 ahli, selanjutnya penelitian
menghitung indeks kesepakatan ahli atau kesepakatan validator dengan
menggunakan indeks Aiken atau indeks Gregory.
6.
Revisi berdasarkan masukan validator
Biasanya validator memberikan masukan.
Masukan-masukan ini kemudian digunakan peneliti untuk merevisinya. Jika perlu,
peneliti perlu mengkonsultasikan lagi hasil perbaikan tersebut, sehingga
diperoleh instrumen yang benar-benar valid
7.
Melakukan uji coba kpada responden yang
bersesuaian untuk memroleh data responden peserta
Setelah revisi,
butir-butir instrumen kemudin disusun lengkap (dirakit) dan siap diujicobakan.
Uji coba ini dilakukan dalam rangka memperoleh bukti secara empiris. Uji coba
ini dilakukan kepada responden yang bersesuaian dengan subjek penelitian.
Peneliti dapat pula menggunakan anggota populasi yang tidak menjadi anggota
sampel.
8.
Melakukan analisis (realibilitas, tingkat
kesulitan dan daya pembeda)
Setelah
melakukan uji coba, peneliti memperoleh data respon peserta uji coba. Dengan
menggunakan respons peserta, peneliti kemudian melakukan penskoran tiap butir.
Selanjutnya hasil penskoran ini digunakan untuk melakukan analisis realibitas
skor perangkat tes dan juga analisis kekteristik butir. Analisis karakteristik
butir dapat dilakukan dengan pendekatan teori tes klasik maupun teori respon
butir. Analisis pada kedua pendekatan ini akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
9.
Merakit instrumen
Setelah
karakteristik butir diketahui, peneiti dapat merakit ulang instrumen. Pemilihan
butir-butir dalam merakit perangkat ini mempertimbangkan karakteritik tertnetu
yang dikehendaki oleh peneliti, misalnya tingkat kesulitas butir. Setelah
diberi instruksi pengerjaan, peneliti kemudian dapat mempergunakan inatrumen
tersebut untuk mengumpulkan data penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar