Secara lengkapnya faktor-faktor
yang mempengaruhi rework ini dapat dilihat sebagai berikut:
1.
Faktor yang berkaitan dengan
disain dan dokumentasinya.
Disain merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang sering mengakibatkan rework.
Berikut adalah kesalahan dan perubahan yang dapat terjadi pada disain
dandokumentasinya, beserta penjelasannya:
a.
Kesalahan disain
Kesalahan disain bisa terjadi jika
arsitek, drafter, konsultan, ataupun kontraktor menggambarkan sesuatu kondisi /
bagian dari proyek tidak sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, yang
pada akhirnya gambar itu telah diturunkan di lapangan dan dikerjakan. Hal ini
akan menyebabkan komplain dari pihak pemilik yang akhirnya menghasilkan rework.
b.
Perubahan disain
Perubahan disain biasanya
dilakukan untuk memenuhi permintaan dari salah satu konsumen,(Love et al, 2002)
diantaranya adalah pemilik, dengan tujuan untuk memenuhi keinginan mereka atas
misalnya: operasional dari fasilitas yang dibangun, atau untuk menjaga agar
proyek tetap berada dalam jangkauan anggaran. Selain oleh pemilik sebenarnya
perubahan disain dapat juga disebabkan oleh:
1)
Kontraktor – untuk meningkatkan constructability
dari fasilitas.
2)
Suplier – untuk memungkinkan pemakaian produk yang
sudah ada (standard) atau untuk memudahkan mobilisasi dari material baik ketika
menuju proyek atauppun ketika didalam proyek.
3)
Desainer – untuk memenuhi modifikasi disain.
4)
Sub–kontraktor – untuk menghilangkan konflik dalam
pengaturan pekerjaan.
Bagaimanapun juga perubahan
tidak selalu mengakibatkan rework, disini yang dimaksudkan perubahan adalah
perubahan yang tidak dimaksudkan. Jika muncul perubahan selama konstruksi,
perubahan tersebut dapat menghasilkan rework atau perubahan manajerial
tergantung dari keputusan manajerial (Park, 2003). Perubahan menyebabkan rework
jika dilakukan upaya untuk mengikuti disain awal dan menghilangkan perubahan
yang tejadi tadi, baik dengan mengadakan penambahan atau pengurangan. Sedangkan
jika perubahan yang tidak dimaksudkan ini akhirnya diikuti dengan perubahan
manajerial yang memutuskan mengubah disain awal mengikuti perubahan yang
terjadi maka tidak terjadi rework meskipun pada akhirnya terjadi pengubahan
ataupun pengurangan.
c.
Disain yang tidak jelas
Disain yang tidak jelas sering
membuat mandor/pekerja mempunyai pengertian yang berbeda dari yang dimaksudkan
oleh disainer. Hal ini akhirnya mengakibatkan kesalahan yang menyebabkan
rework, contohnya : pengaturan kembali servis karena bentrokan dari buruknya
informasi yang diberikan dalam gambar. Disini rework dapat berupa klaim karena
variasi jika secara langsung mempengaruhi jalannya proyek dan menyebabkan
gangguan. (Love et al,
2002).
d.
Lack of constructability
Seringkali disain yang
dikeluarkan tidak memperhatikan kemudahan pelaksanaan dilapangan. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya rework karena oleh pekerja dilapangan akhirnya gambar
tadi dikerjakan sebisanya dan akhirnya mengakibatkan terjadinya kesalahan yang
bisa menyebabkan terjadinya rework. Hal ini serring disebabkan karena kurangnya
pengetahuan disainer mengenai konstruksi. Banyak kasus dimana kontraktor
mengeluh karena disain yang sulit atau bahkan mustahil untuk dikerjakan (Andi
et al, 2003)
e.
Kurangnya pengetahuan terhadap karakter bahan
Dalam penggunaan bahan-bahan
bangunan juga perlu diperhatikan karakteristik dari bahan yang dipakai. Karena
kadang ada bahan yang tidak bisa dipakai secara bersamaan karena ketidakcocokan
karaktersitik kedua bahan tersebut.
f.
Keadaan di gambar dan di lapangan tidak sesuai.
Hal ini sering diakibatkan
kurangnya penyelidikan mengenai keadaan lapangan. Terutama sering terjadi pada
pengerjaan pondasi.
g.
Buruknya koordinasi disain dan dokumentasi.
Dalam proyek sering ditemui
adanya ketidakcocokan antara gambar struktur dan gambar arsitektur, selain itu
juga koordinasi antara gambar konsrtuksi dan gambar dari bagian lain seperti
bagian instalasi listrik maupun plumbing. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan
dalam pengerjaan karena gambar-gambar tadi saling berbentrokan satu sama lain
dalam pelaksanaannya.
Hal ini mengakibatkan perlunya
dilakukan pembongkaran untuk memperbaiki kesalahan tadi agar dapat dibuat
sesuai dengan keinginan gambar dan hal ini adalah termasuk rework.
2.
Faktor yang Berkaitan Dengan
Manajerial
a.
Jadwal yang terlalu padat atau tekanan oleh waktu
Tekanan oleh waktu adalah salah
satu dasar penyebab terjadinya kesalahan dan dikemukakan oleh Petroski (1985),
Brown dan Xiaochen Yin (1988) dan Rollings and Rollings (1991). The Commission
of Inquiry menemukan bahwa kebakaran di Semerland pada tahun 1974 (menyebabkan
kematian lebih dari 50 orang) dan dituliskan oleh Turner (1978) waktu yang
telah ditentukan dan tekanan pekerjaan untuk memenuhi awal musim wisata sebagai
penyebab dari kesalahan itu. Hal ini juga berlaku dalam dunia konstruksi dimana
pelaksanaan yang terburu-buru dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang dapat
mengakibatkan terjadinya rework.
b.
Kurangnya kontrol dalam pekerjaan
Kurangnya pengontrolan oleh
kontraktor dalam pengerjaan dapat mengakibatkan kualitas/hasil dari pekerjaan
yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal ini bisa terjadi klaim
dari owner dan akhirnya menimbulkan rework
c.
Kurangnya kerjasama antara pemilik, disainer,
kontraktor, supplier dan pihak pihak lain yang terkait.
Masalah utama yang terdeteksi
dalam fase disain ini adalah kecilnya interaksi antara disainer dan kontraktor
dan diantara specialist (listrik, plumbing, AC dan lainnya), situasi ini
memaksa fase berikutnya untuk berjalan dalam disain yang tidak lengkap.
Konsekuensinya adalah solusi yang tidak optimal, lack of constructability, dan
change order dalam jumlah besar (baik dalam disain dan rework) (Alarcon dan
Mardones, 1998).
d.
Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan
Kurangnya informasi
mengenai keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu dan bisa juga
menimbulkan rework. Contohnya adalah ketika pemancangan pondasi tiang ternyata
didalam tanah ada pondasi dari bangunan yang terdahulu, sehingga pemancangan
gagal dan terjadilah rework karena harus mengulangi pemancangan ditempat tadi.
e.
Kurangnya antisipasi terhadap perubahan keadaan
eksternal (alam).
Misalnya pada saat proses
pengecoran tiba-tiba hujan dn pada saat itu tidak tersedia terpal untuk menutupi
cor-coran sehingga menjadi rusak.
f.
Spesifikasi yang terkirim oleh supplier tidak sesuai
Jika bahan yang tidak sesuai
dengan permintaan tadi terlanjur dipasang maka perlu dilakukan pembongkaran
untuk memperbaikinya hal ini disebut rework.
g.
Pengiriman yang terlambat atau tidak tepat waktu
Misalnya pada proses pengecoran
beton. 2 truk pengangkut telah tiba terlebih dahulu dan diadakan pengecoran,
lalu truk berikutnya terlambat datang sehingga menyebabkan beton terlanjur
setting. Hal ini akan membuat perlunya diadakan proses lebih lanjut untuk bisa
melanjutkan pengecoran pada bagian yang belum selesai karena sebagian telah
terlanjur setting.
h.
Jeleknya alur informasi baik formal ataupun informal
(Atkinson, 1998)
Mengenai alur informasi
contohnya adalah sebagai berikut: masalah dalam konstruksi West Gate Bridge,
Victoria, Australia, yang mengakibatkan robohnya pada tahun 1976: ‘ tidak ada
yang memberitahu (tim Konstruksi) bahwa komponen (box girder) tidak boleh
dipaksa untuk tersambung. Bila mereka tidak bisa tersambung atau tidak cocok
mereka harus dimodifikasi.
Konsultan tidak berusaha untuk
memastikan bahwa kontraktor mengerti filosofi disain dan bahwa metode
konstruksi yang lama tidak dapat digunakan. Mereka juga tidak memeriksa
konstruksinya untuk melihat apakah telah dikerjakan dengan benar.
3.
Faktor yang berkaitan
dengan sumber daya (resource)
a.
Kurangnya pengalaman dari pekerja
Pengalaman yang kurang biasanya
menghasilkan pekerjaan yang kurang baik dan memerlukan perbaikan untuk mencapai
kualitas yang diharapkan.
b.
Kurangnya pengetahuan pekerja
Pengetahuan pekerja yang kurang
mengenai apa yang dikerjakannya dapat menyebabkan kesalahan dalam pekerjaannya,
contoh: kurangnya pengetahuan mengenai pemakaian alat penggetar beton
(digunakan untuk meratakan cor- coran) dapat menyebabkan kualitas beton yang
dihasilkan jelek.
c.
Jumlah kerja lembur yang terlalu banyak
Dengan banyaknya jam kerja
lembur akan mengakibatkan pekerja mengalami kelelahan. Kelelahan ini dapat
menyebabkan kualitas pekerjaan seseorang berkurang dan akibatnya sering terjadi
kesalahan dalam bekerja yang mengakibatkan rework. Dua laporan mengenai
kegagalan balok pada sebuah bangunan lapangan terbang dari Engineering News
Record (Korman, 1991a,b) mencatat faktor dari kerja yang berlebihan dan tekanan
untuk memproduksi.
d.
Bekerja tidak sesuai prosedur
Pengerjaan yang tidak sesuai
prosedur tentu saja akan menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang lebih
buruk, dan hal ini seringkali memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang
diharapkan.
e.
Pertimbangan yang salah dalam lokasi proyek
Seringkali jika dihadapkan pada
situasi yang mendesak, misalnya karena jadwal yang padat, pekerja lapangan
harus mengambil keputusan sendiri mengenai apa yang mereka kerjakan. Terkadang
keputusan mereka itu salah dan mengakibatkan hasil yang berbeda dari keinginan
disainer ataupun kontraktor.
f.
Kurangnya QA/QC
Pekerjaan yang kurang
memperhatikan QA/ QC akan dapat mengakibatkan didapatnya hasil dengan kualitas
yang tidak sesuai dengan keinginan sehingga perlu diusahakan usaha lebih lanjut
untuk memperbaiki kualitas dari hasil tadi agar tercapai hasil dengan kualitas
yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan terjadinya rework.
g.
Kurang memadainya perlengkapan ataupun peralatan
Demikianlah hal-hal yang
merupakan penyebab terjadinya rework. Bagaimanapun juga dapat diketahui bahwa
meskipun telah dikelompokkan menjadi 3 bagian, beberapa penyebab itu saling
berhubungan. Sebuah penyebab yang termasuk salah satu kelompok dapat
mengakibatkan terjadinya penyebab di kelompok yang lain. Hubungan ini disebabkan
karena kompleksnya operasi konstruksi (Love et al,1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar