Kepemimpinan dalam suatu organisasi
merupakan suatu faktor yang menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi
atau perusahaan. Dalam arti luas, kepemimpin dapat dipergunakan setiap orang
dan tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Kepemimpinan mengandung arti kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh
aturan-aturan atau tata krama birokrasi karena kepemimpinan tidak harus diikat
dalam suatu organisasi dan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang
menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya
suatu tujuan tertentu (Rivai, 2002).
Thoha (2003) menjelaskan perilaku gaya
dasar kepemimpinan dalam mengambil keputusan, terbagi atas empat gaya
kepemimpinan yaitu:
a. Instruksi
Perilaku pemimpin yang tinggi
pengarahan dan rendah dukungan, yang dicirikan oleh komunikasi satu arah,
pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang
mekanisme pelaksanaan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan proses
pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin.
b. Konsultatif
Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin
yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan, masih banyak memberikan pengarahan
dan pengambilan keputusan, tetapi diikuti dengan meningkatkan banyaknya
komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan mendengar perasaan pengikut,
baik berupa ide maupun saran mereka tentang keputusan yang dibuat.
c. Partisipatif
Perilaku pemimpin yang tinggi dan
rendah pengarahan, dalam hal ini posisi kontrol atas pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan di pegang secara bergantian. Komunikasi dua arah
ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar. Tanggung jawab dan
pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut.
d. Delegatif
Perilaku pemimpin yang rendah dukungan
dan rendah pengarahan, pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan
bawahan, sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian
proses pembuatan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
Pada teori kepemimpinan situasional, terdapat
empat gaya kepemimpinan, yang dapat digunakan pemimpin didalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah berikut (Likert dalam Wahjosumidjo,
1987):
a. Gaya kepemimpinan direktif, yang
dicirikan oleh:
1) Pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan berkaitan dengan seluruh pekerjaan menjadi tanggung jawab pemimpin
dan ia hanya memberikan perintah kepada bawahannya untuk melaksanakannya.
2) Pemimpin menentukan semua standar
bagaimana bawahan menjalankan tugas.
3) Konsultatif Pemimpin melakukan
pengawasan kerja yang ketat.
4) Pemimpin memberikan ancaman dan
hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah
ditentukan.
5) Hubungan dengan bawahan rendah tidak
memberikan motivasi kepada bawahannya untuk dapat mengembangkan dirinya secara
optimal, karena pemimpin kurang percaya terhadap kemampuan bawahannya.
b. Gaya kepemimpinan konsultatif, yang
dicirikan oleh:
1) Pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan keluhan dari bawahan.
2) Pemimpin menentukan tujuan dan
mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum setelah melalui proses
diskusi dan konsultasi dengan para bawahan.
3) Penghargaan dan hukuman diberikan
kepada bawahan dalam rangka memberikan motivasi kepada bawahan.
4) Hubungan dengan bawahan baik.
c. Gaya kepemimpinan partisipatif, yang
dicirikan oleh:
1) Pemimpin dan bawahan sama-sama
terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah atau dengan kata
lain apabila pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah adanya saran
dan pendapat dari bawahan.
2) Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk
melaksanakan pekerjaan.
3) Hubungan dengan bawahan terjalin
dengan baik dan dalam suasana yang penuh persahabatan dan saling mempercayai.
4) Motivasi yang diberikan kepada bawahan
tidak hanya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga
didasarkan atas pentingnya peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
d. Gaya kepemimpinan delegatif, yang
dicirikan oleh:
1) Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah
yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah dengan bawahan.
2) Bawahan mempunyai hak untuk menentukan
langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan dan hubungan dengan bawahan
rendah.
Masing-masing pemimpin dapat memiliki
gaya yang berbeda. Menurut Wahjosumidjo (1993), gaya kepemimpinan adalah
sebagai berikut:
1)
Gaya
kepemimpinan yang berorientasi tugas:
a.
Pemimpin
selalu memberikan petunjuk-petunjuk kepada orang yang dipimpin
b.
Pemimpin
selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap orang yang dipimpin.
c.
Pemimpin
meyakinkan kepada orang yang dipimpin bahwa tugas-tugas harus dapat
dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin.
2)
Gaya
kepemimpinan yang berorientasi kepada orang yang dipimpin:
a.
Pemimpin
lebih memberikan motivasi daripada mengadakan pengawasan terhadap orang yang
dipimpin.
b.
Pemimpin
melibatkan orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan.
c.
Pemimpin
lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerjasama yang saling
menghormati diantara sesama anggota kelompok.
Mengenai ukuran-ukuran gaya
kepemimpinan, Fiedler dalam Siagian (2003) mendefinisikan atas dasar tiga
orientasi yang dapat diukur, yaitu:
a. Position power (kekuasaan posisi);
kemampuan untuk mencapai produktifitas yang tinggi melalui kerja sama.
b. Task structure (struktur tugas); suatu
gaya yang mengutamakan adanya kehendak atau keinginan untuk senantiasa
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya.
c. Leader member relations (hubungan
pemimpin dengan bawahan); suatu gaya yang menunjukkan perhatian yang
mengutamakan hubungan dengan faktor manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar