Jika suatu organisasi menerapkan budaya kuat maka itu akan mendorong
terjadinya peningkatan keefektifan pada organisasi tersebut, menurut Robbins
(2003), budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut
dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan bersama-sama secara luas.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai karateristik yang merupakan nilai
inti dari organisasi yang dapat membantu terciptanya budaya yang kuat. Dimana
karateristik tersebutlah yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi
lainnya. Menurut Robbins, dalam Umar (2010), untuk menilai kualitas budaya
suatu organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama, yaitu sebagai
berikut:
1)
Inisiatif
individu, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi yang
dipunyai individu.
2)
Toleransi
terhadap tindakan beresiko, yaitu sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk
bertindak agresif, inovatif dan berani mengambil resiko
3)
Arah, yaitu
sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan
mengenai organisasi.
4)
Integrasi, yaitu
tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan
cara yang terkoordinasi.
5)
Dukungan
manajemen, yaitu tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang
jelas, bantuan serta dukungan terhadap bawahan mereka.
6)
Kontrol, yaitu
jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan
mengendalikan perilaku pegawai.
7)
Indentitas,
yaitu tingkat sejauh mana para anggota teridentifikasi dirinya secara
keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok kerja tertentu atau
dengan bidang keahlian professional.
8)
Sistem imbalan,
yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi) didasarkan
atas criteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, pilih kasih,
dan sebagainya.
9)
Toleransi
terhadap konflik, yaitu tingkat sejauh mana para pegawai diberikan kebebasan
untuk mengemukakan masalah yang ada dan memberikan kritik secara terbuka.
10)
Pola-pola
komunikasi, yaitu tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh
hierarki kewenangan yang formal.
Menurut Schein (2009), budaya organisasi adalah pola asumsi bersama yang
dipelajari oleh suatu kelompok dalam memecahkan masalah melalui adaptasi
eksternal dan integrasi internal. Integrasi internal meliputi visi, misi,
teknologi, dan struktur organisasi. Dimana dalam hal ini para karyawan
mengembangkan identitas kolektif dan
tahu bagaimana bekerja sama secara efektif. Inilah budaya yang menuntun
hubungan kerja sehari-hari dan menentukan bagaimana karyawan didorong untuk
bekerja dengan cara yang terstruktur dalam hal penyampaian informasi dari
bawahan ke atasan, maupun dari atasan ke bawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar