Teori peran (role theory) dikemukakan oleh Khan et al. (1964).
Menurut Khan et al. (1964), teori peran merupakan penekanan sifat
individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku yang sesuai
dengan posisi yang ditempati di masyarakat. Lingkungan seseorang terdiri
dari organisasi formal atau kelompok dan kehidupan dari individu dapat
digambarkan oleh susunan peran yang individu mainkan dalam organisasi
atau kelompok ini (Jones et al., 2010). Peran merupakan sebuah bagian yang
dijalankan orang ketika berinteraksi dengan orang lain. Setiap peran memiliki
identitas yang melekat padanya, yang mendefinisi pemegang peran, siapa
dirinya, dan bagaimana dia harus berperilaku dalam situasi tertentu. Menurut
teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter,
dosen, walikota, dan lain sebagainya, diharapkan berperilaku sesuai dengan
peran yang dijalaninya.
Peran yang dimainkan oleh seseorang dapat menjadi faktor penyebab
stres karena seseorang dalam kehidupannya tidak hanya memainkan satu
peran. Harapan dari lingkungan di sekitar individu atas peran yang
dijalankannya, akan memberikan tekanan-tekanan yang dapat memengaruhi
bagaimana individu bertindak. Stres dapat terjadi jika individu sulit
menginterpretasikan harapan-harapan tersebut, terdapat ketidakjelasan
harapan atas peran yang dijalankannya, atau terdapat konflik antara harapan
atas peran yang satu dengan peran yang lainnya. Teori peran juga
9
10
menyatakan bahwa ketika perilaku yang diharapkan oleh individu tidak
konsisten, maka mereka dapat mengalami stres, depresi, merasa tidak
puas, dan kinerja mereka akan kurang efektif daripada jika pada harapan
tersebut tidak mengandung konflik (Hutami dan Chariri, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar