Sabtu, 28 September 2024

Kriteria Pemilihan Influencer


Menurut Backaler terdapat beberapa faktor yang menjadi kunci utama
yang perlu dianalisis oleh perusahaan dalam proses pemilihan influencer
terlepas dari jumlah pengikut atau audiens yang mereka pengaruhi, atau peran
yang mereka lakukan guna menciptakan awareness maupun engagement antara
pengikutnya dengan perusahaan. Konsep ini disebut dengan Influencer’s ABCC
yaitu (Backaler, 2018, p. 28):
a. Authenticity
Kunci utama dari seorang influencer agar dapat sukses adalah memiliki
hubungan yang asli atau otentik dan terpercaya antara influencer itu sendiri
dengan komunitas yang dimilikinya. Hal ini juga akan menjadi salah satu
faktor yang memengaruhi seorang influencer ketika bekerja sama dengan
sebuah merek. Yang menjadi perhatian utama seorang influencer adalah
bagaimana cara menjaga keotentikan dan kepercayaan dari para
pengikutnya.
b. Brand Fit
Bagi influencer konsistensi personal brandingnya juga sangat penting agar
dapat memperoleh “efek pengaruh” yang lebih banyak dari para
pengikutnya. Akan tetapi seorang influencer dan perusahaan memerlukan
keseimbangan antara personal branding dari influencer itu sendiri dengan
citra yang dimiliki oleh perusahaan atau merek sebelum memutuskan untuk
berkolaborasi. Apabila terdapat ketidaksesuaian, hal ini hanya akan
mengakibatkan usaha yang sia-sia bagi kedua pihak.
c. Community (Reach, Resonance, Relevance)
Seorang influencer identik dengan komunitas yang dimilikinya. Komunitas
yang dimaksud dalam hal ini merupakan kumpulan pengikut di media
sosial. Yang menjadi salah satu bentuk analisis untuk mengukur tingkat
kesuksesan dari kolaborasi atau kerja sama dengan influencer adalah
analisis mengenai komunitas yang sudah ditargetkan, dilibatkan, dan
berkembang beriringan dengan influencer tersebut.
Terdapat 3 tahap dalam mengukur kesesuaian komunitas influencer
dengan target audience perusahaan, yakni (Solis, 2012, p. 258):

  1. Reach
    Hal ini merujuk pada jumlah pengikut (followers) dari seorang digital
    influencer. Akan tetapi besarnya jumlah pengikut dari seorang
    influencer tidak selalu menjamin kesuksesan. Mengetahui pengikut dari
    influencer mana yang cocok dengan target audience dari sebuah merek
    merupakan hal yang lebih penting. Aspek inilah yang membedakan satu
    influencer dengan influencer lainnya berdasarkan kategori jumlah
    followers mereka.
  2. Resonance
    Resonance merupakan jumlah engagement yang diberikan oleh follower
    dari seorang influencer terhadap konten yang dibagikan oleh influencer
    tersebut. Faktor inilah yang dapat menentukan apakah sebuah
    komunitas akan aktif untuk meneruskan konten dari influencer tersebut
    serta membagikannya lagi.
  3. Relevance
    Relevance ini menggambarkan tingkat kesesuaian dan kesetaraan antara
    nilai-nilai yang dimiliki oleh influencer dengan brand image sebuah
    merek atau produk. Relevance dapat dilihat dari konten yang dibagikan
    dan dibuat oleh influencer dan apakah influencer tersebut memiliki
    nilai, kultur dan demografis yang serupa dengan target audience dari
    sebuah merek.
    Ketiga aspek di atas akan sangat berpengaruh dalam mengukur
    kesuksesan seorang influencer sebelum perusahaan menentukan akan
    berkolaborasi dengan influencer tersebut.
    d. Content
    Konten merupakan cara yang dilakukan seorang influencer untuk dapat
    meningkatkan nilai dan membangun relasi dengan komunitas yang mereka
    miliki melalui konten-konten yang mereka buat di akun media sosialnya.
    Backaler berpendapat bahwa seorang influencer harus dapat
    mempertimbangkan dan memikirkan bagaimana cara agar dapat membuat
    konten yang konsisten mengenai topik tertentu dan mengemasnya dengan
    sekreatif mungkin sehingga dapat menarik komunitas untuk mengikuti akun
    tersebut (Backaler, 2018, p. 31).
    Hal ini akan memengaruhi tingkat engagement antara influencer dan
    komunitasnya. Terdapat 4C dalam penggunaan media sosial. Peneliti melihat
    bahwa konsep 4C ini cocok digunakan untuk menilai konten yang dibuat oleh
    influencer (Solis, 2012, p. 263). 4C tersebut meliputi:
  4. Context
    Context merupakan bagaimana seseorang mengambil gambaran suatu
    cerita yang ingin disampaikan dan dibagikan di media sosial melalui
    pemilihan bahasa, bentuk visual, serta isi pesan.
  5. Communication
    Communication merupakan cara bagaimana seseorang membagikan dan
    menyampaikan konten yang membuat orang lain tertarik untuk
    melihatnya, mendengarnya, meresponnya, dan yang paling penting
    adalah untuk dapat membagikan pesan tersebut tanpa paksaan kepada
    orang lain.
  6. Collaboration
    Collaboration merupakan bentuk kerja sama antara seseorang yang
    membuat pesan dan menerima pesan. Seperti antara akun dari influencer
    dengan followersnya sehingga pesan dapat disampaikan secara efektif
    dan efisien.
  7. Connection
    Connection merupakan cara yang dilakukan untuk dapat menjalin
    hubungan yang terus berlanjut antara seorang influencer dengan para
    pengikutnya.
    Apabila tidak ada kombinasi dari keempat faktor di atas, dapat
    dikatakan mustahil bagi influencer untuk dapat benar-benar memiliki pengaruh.
    Jika seorang influencer melakukan promosi terhadap bermacam merek yang
    berbeda-beda setiap harinya, maka influencer tersebut berpotensi untuk
    kehilangan pengikutnya (followers) (Backaler, 2018, p. 33). Di samping itu,
    apabila seorang influencer dapat membagikan konten yang menarik namun
    tidak mempunyai komunitas dalam yang dibuatnya, maka terdapat kesalahan
    fatal yang dilakukan oleh seorang influencer tersebut. Kombinasi dari
    keempat faktor ini merupakan hal-hal yang dapat membuat seorang influencer
    memiliki nilai dan berpengaruh bagi komunitas dan pengikutnya melalui
    media digital.

Tidak ada komentar: