Minggu, 18 Juni 2023

Manajemen Kurikulum

 


Manajemen kurikulum merupakan suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik
dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam
pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai
dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi
pendidikan dalam sekolah untuk mengelola kurikulum secara mandiri
dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi
dan misi sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah
ditetapkan.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen
kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum
berjalan efektif, efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagai
sumber belajar, pengalaman belajar maupun komponen kurikulum.
Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansi antara kurikulum
nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan
daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum
tersebut merupakan kurikulum integritas dengan peserta didik maupun
dengan lingkungan dimana sekolah itu berada. Atau dengan perkataan
lain, jika sekolah tersebut menyelenggarakan sekolah bertaraf
internasional maka sekolah menambahkan sifat keinternasionalan
kurikulum dari negara maju / Negara OECD.
Ada beberapa fungsi Manajemen Kurikulum diantaranya
sebagai berikut.
a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
b. Meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat
dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakulikuler,
tetapi juga melalui kegiatan ekstrakulikuler yang dikelola secara
integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
c. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta
didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan
kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan sekitar.
d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang
professional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada
kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
e. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar,
proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat
konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian
antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Disamping
itu, guru dan siswa selalu termotivasi untuk melakukan
pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan
positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara
profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi
bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan cirri khas
dan kebutuhan pembangunan daerah setempat (Rusman, 2009: 4).
Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah
Daerah mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan
demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan dari sentralistik menjadi
desentralistik. Desentralisasi pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu substansi
yang disentralisasi dalam dunia pendidikan adalah desentralisasi
kurikulum.
Paradigma baru pendidikan tersebut berpengaruh terhadap
tatanan manajemen kurikulum, khususnya pada kegiatan implementasi
kurikulum. Secara garis besar beberapa kegiatan berkenaan dengan
fungsi-fungsi manajemen kurikulum dapat dikemukakan sebagai
berikut.
a. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa
kearah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sampai
mana perubahan-perubahn telah terjadi pada diri siswa. Didalam
perencanaan kurikulum minimal terdapat lima hal yang
mempengaruhi perencanaan dan pembuatan keputusan, yaitu
filosofis, konten/materi, manajemen pembelajaran, pelatihan guru
dan sistem pembelajaran.
Perencanaan kurikulum mencakup pengumpulan,
pembentukan, sintesis, menyeleksi informasi yang relevan dari
berbagai sumber. Kemudian informasi yang didapat digunakan
untuk mendesain pengalaman belajar sehingga siswa dapat
memperoleh tujuan kurikulum yang diharapkan. Tujuan
perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka
teori dan penelitian terhadap kekuatan sosial, pengembangan
masyarakat, kebutuhan dan gaya belajar siswa. Beberapa keputusan
harus dibuat ketika merencanakan kurikulum dan keputusan
tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan kriteria.
Perencanaan kurikulum ini berfungsi sebagai pedoman atau
alat manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber
individu yang diperlukan, media pembelajaran yang digunakan,
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga dan
sarana yang diperlukan, sistem monitoring dan evaluasi, peran
unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen
lembaga pendidikan. Disamping itu, perencanaan kurikulum
berfungsi sebagai pendorong untuk melaksanakan sistem
pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. (Rusman, 2009:
10)
1) Perumusan Tujuan Pendidikan
Kurikulum aims merupakan rumusan yang
menggambarkan outcomes yang diharapkan berdasarkan
beberapa skema nilai diambil dari kaidah filosofis. Aims ini
tidak berhubungan langsung terhadap tujuan sekolah dan
tujuan pembelajaran. Goals merupakan outcomes sekolah yang
dapat dirumuskan secara institusional oleh sekolah atau
jenjang pendidikan tertentu sebagai suatu sistem. Objectives
merupakan outcomes yang diharapakan dapat tercapai dalam
jangka waktu pendek, segera setelah proses pembelajaran
dikelas berakhir, dapat dinilai setidaknya secara teoritis dalam
jangka waktu tertentu. Terdapat tiga sumber yang mendasari
perumusan tujuan kurikulum (aims, goals, and objectives),
yaitu sumber empiris yang berkaitan dengan tuntutan
kehidupan masa kini dan karakteristik siswa sebagai individu
yang sedang berkembang, sumber filosofis yang berkaitan
dengan analisis, pengambilan keputusan dan merumuskan hasil
yang diharapkan dari proses pembelajaran, dan sumber bahan
belajar merupakan sumber yang digunakan dalam
merumuskan aims, goals dan objectives dalam kurikulum
sekolah. (Rusman, 2009: 11)
2) Landasan Perencanaan Kurikulum
Menurut Rusman (2009: 18) Perencanaan kurikulum
pendidikan harus mengasimilasi dan mengorganisasi informasi
dan data secara intensif yang berhubungan dengan
pengembangan program sekolah. Informasi dan data yang
menjadi area utama adalah sebagai berikut.
a) Kekuatan sosial
Perubahan sistem pendidikan di Indonesia sangatlah
dinamis. Pendidikan kita menggunakan sistem terbuka
sehingga harus selalu menyesuaikan dengan perubahan
dan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik itu
sistem politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
b) Perlakuan pengetahuan
Pertimbangan lainnya untuk perencanaan kurikulum
yang berhubungan dengan perlakuan pengetahuan adalah
dimana individu belajar aktif untuk mengumpulkan dan
mengolah informasi, mencari fakta dan data, berusaha
belajar tentang sikap, emosi, perasaan terhadap
pembelajaran, proses informasi, memanipulasi,
menyimpan dan mengambil kembali informasi tersebut
untuk dikembangkan dan digunakan dalam merancang
kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
c) Pertumbuhan dan perkembangan manusia
Informasi yang berhubungan dengan perkembangan
manusia digunakan untuk merencanakan kurikulum atau
program pembelajaran yang berkenaan dengan kebutuhan
dan perkembangan siswa. Interprestasi tentang
pengetahuan perkembangan dasar manusia untuk
membedakan dalam teori pembelajaran yang dikemukakan
oleh para perencana kurikulum.
3) Perumusan Isi Kurikulum
Menurut Saylor dan Alexander dalam Rusman (2009:
27) isi kurikulum adalah “fakta, obsevasi, persepsi, ketajaman,
sensibilitas, desain dan solusi yang tergambarkan dari apa yang
dipikirkan oleh seseorang yang secara keseluruhan diperoleh
dari pengalaman dan semua itu merupakan komponen yang
menyusun pikiran yang mereorganisasi dan menyusun kembali
hasil pengalaman tersebut kedalam adat dan pengetahuan, ide,
konsep, generalisasi, prinsip, rencana dan solusi”. Sedangkan
menurut Hayman dalam buku Rusman (2009: 27), isi
kurikulum adalah “pengetahuan (fakta, penjelasan, prinsip,
definisi), ketrampilan dan proses (membaca menulis,
menghitung, dansa, membuat keputusan berlandaskan cara
berpikir kritis, mengkomunikasikan) dan nilai (yaitu percaya
terhadap hal-hal yang baik dan buruk, benar dan salah, indah
dan jelek)”.
a) Organisasi Isi Kurikulum
Organisasi kurikulum ini harus mempertimbangkan
dua hal, yaitu berguna bagi siswa sebagai individu yang
dididik dan isi kurikulum tersebut siap untuk dipelajari
oleh siswa. Isi dapat berbentuk data, konsep, generalisasi
dan materi pelajaran sekolah dan logis diorganisasikan ke
dalam struktur ilmu pengetahuan atau disiplin sebagai
sumber yang diyakini kebenarannya. Organisasi isi
kurikulum ditandai oleh landasan logis (prinsip, proporsi
dan konsep yang diorganisasikan secara rasional sehingga
membentuk urutan yang saling menyokong antara satu
dengan yang lainnya) dan landasan psikologis (perhatian
terhadap kebutuhan, minat dan aktivitas siswa untuk
menentukan dari mana belajar akan dimulai dan kemudian
bergerak secara deduktif menuju sesuatu yang bersifat
lebih abstrak) (Rusman, 2009: 31).
b) Ruang Lingkup Isi Kurikulum
Ruang lingkup isi kurikulum meliputi beberapa hal,
yaitu:
(1) Isi yang bersifat umum, berlaku untuk semua siswa
yang berguna dalam proses interaksi dan
pengembangan tingkat berpikir, mengasah perasaan,
dan berbagai pendekatan untuk saling memahami
satu sama lain, yang menegaskan posisi setiap siswa
sebagai anggota dan hidup dalam lingkungan
masyarakat.
(2) Isi yang bersifat khusus, berlaku untuk program
tertentu, siswa yang mempunyai kebutuhan berbeda
atau mempunyai kemampuan “istimewa” dibanding
siswa yang lainnya, yang membutuhkan perlakuan
yang berbeda untuk dapat mengaktualisasikan
seluruh potensi yang dimilikinya (Rusman, 2009:
35).
c) Urutan Isi Kurikulum
Dilihat dari urutan mana yang harus ditampilkan
dalam kurikulum, Zais dalam buku Rusman (2008: 36)
mengemukakan bahwa urutan dapat disajikan tergantung
dari sudut pandang seseorang terhadap struktur materi
pelajaran yang akan disajikan atau teori psikologis yang
melandasi orang tersebut. Smith, Stanley dan Shores
dalam Rusman (2009: 36) mengidentifikasi empat prinsip
yang mendasari cara penyajian urutan materi dalam
kurikulum, yaitu dari yang sederhana menuju hal yang
lebih kompleks, pelajaran persyaratan, secara keseluruhan
dan kronologis atau kejadian.
d) Kriteria Pemilihan Isi Kurikulum
Kriteria mendasar yang digunakan untuk menyeleksi
isi kurikulum adalah rumusan aims, goals dan objectives
kurikulum. Namun, hal lain yang perlu diperhatikan oleh
pengembang kurikulum adalah bagaimana kurikulum aims
tersebut dapat dibawakan secara efektif dan efisien. Untuk
itu, perlu adanya pertimbangan prioritas terhadap isi
kurikulum yang didasari oleh empat hal, yaitu signifikasi,
kegunaan, ketertarikan dan pengembangan manusia
(Rusman, 2009: 39).
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan
menetapkan isi kurikulum adalah tingkat kematangan
siswa, tingkat pengalaman anak dan taraf kesulitan materi.
b. Organisasi Kurikulum
Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan
kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi
kurikulum. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain
bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa melakukan
kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif. Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan
bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang
menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai
budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
organisasi kurikulum, diantaranya:
1) Ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran.
2) Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum berkaitan
dengan substansi bahan yang dipelajari siswa. Pendekatan
spiral merupakan upaya yang digunakan untuk menerapkan
faktor kontinuitas, karena materi yang dipelajari siswa semakin
lama semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan
keluasan secara vertical maupun horizontal.
3) Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbangkan dalam
organisasi kurikulum. Ada dua aspek yaitu keseimbangan
terhadap substansi bahan atau isi kurikulum dan keseimbangan
yang berkaitan dengan cara atau proses belajar.
4) Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus
menjadi bahan pertimbangan dalam organisasi kurikulum
(Rusman, 2009: 59).
c. Implementasi Kurikulum
Pembelajaran di dalam kelas merupakan tempat untuk
melaksanakan dan menguji kurikulum. Dalam kegiatan
pembelajaran semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode,
alat dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan
mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata. Perwujudan konsep
prinsip dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak
pada kemampuan guru sebagai implementator kurikulum.
Menurut Hasan (1984: 12) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu “karakteristik
kurikulum, strategi implementasi, karakteristik penilaian,
pengetahuan guru tentang kurikulum, sikap tehadap kurikulum dan
ketrampilan mengarahkan. Sedangkan menurut Mars dalam
Rusman (2002: 22):
“Terdapat lima elemen yang mempengaruhi implementasi
kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan
sejawat guru, dukungan dari siswa, dukungan dari orang tua
dan dukungan dari dalam diri guru unsur yang utama”.
Menurut Nana Syaodih (2001), untuk mengimplementasikan
kurikulum sesuai dengan rancangan, dibutuhkan beberapa
kesiapan, terutama kesiapan pelaksana. Sebagus apapun desain atau
rancangan kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya sangat
tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhana pun apabila
gurunya memiliki kemampuan, semangat dan dedikasi yang tinggi
hasilnya akan lebih baik daripada desain kurikulum yang hebat
tetapi kemampuan gurunya rendah.
1) Kemampuan Guru dalam Implementasi Kurikulum
Kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai guru
dalam mengimplementasikan kurikulum diantaranya yaitu:
a) Pemahaman esensi dari tujuan yang ingin dicapai dalam
kurikulum.
b) Kemampuan untuk menjabarkan tujuan kurikulum yang
masih bersifat umum menjadi tujuan yang lebih spesifik.
c) Kemampuan untuk menterjemahkan tujuan khusus kepada
kegiatan pembelajaran. Konsep atau aplikasi konsep perlu
diterjemahkan ke dalam aktivitas belajar, metode
pembelajaran atau mengembangkan kemampuan
menerapkan konsep (Rusman, 2009: 75)
2) Model Implementasi Kurikulum
Berkenaan dengan model implementasi kurikulum,
Miller dan Seller didalam buku Rusman (2009: 76)
menggolongkan model dalam implementasi kurikulum, yaitu:
a) The Concern-Based Adaption Model (CBAM)
Ini adalah sebuah model deskriptif yang
dikembangkan melalui pengidentifikasian tingkat
kepedulian guru terhadap inovasi kurikulum. Perubahan
dalam inovasi ini ada dua dimensi, yakni tingkatantingkatan kepedulian terhadap inovasi serta tingkatan
penggunaan inovasi.
b) Model Leithwood
Model ini memfokuskan pada guru. Asumsi yang
mendasari model ini adalah setiap guru mempunyai
kesiapan berbeda, implementasi merupakan proses timbal
balik serta pertumbuhan dan perkembangan dimungkinkan
adanya tahap-tahap individu untuk diidentifikasi. Inti dari
model ini adalah membolehkan guru dan pengembang
kurikulum mengembangkan profil yang merupakan
hambatan untuk perubahan dan bagaimana guru dapat
mengatasi hambatan tersebut. Model ini juga menawarkan
cara dan strategi kepada guru dalam
mengimplementasikan hambatan yang dihadapinya
tersebut.
c) Model TORI
Model TORI dimaksudkan untuk menggugah
masyarakat dalam mengadakan perubahan. Esensi dari
model ini adalah menumbuhkan kepercayaan diri,
menumbuhkan dan membuka keinginan, mewujudkan
yang diartikan setiap orang bebas berbuat dan
mewujudkan keinginannya untuk perbaikan dan saling
ketergantungan dengan lingkungan. Inti dari Model TORI
adalah memfokuskan pada perubahan personal dan
perubahan sosial (Rusman, 2009: 77)

Tidak ada komentar: