Kamis, 13 April 2023

Agency Theory(Teori Keagenan)

Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent) yang terjalin karenaadanyakontrak.Pemegangsahamberkedudukansebagaipemilik perusahaan sedangkan manajer sebagai pengelola perusahaan.Pencetus teori agensi adalah M. C. Jensen dan W. H. Mecklingpada tahun 1976.Menurutnya hubungan antara agen dan prinsipal timbul akibat dari adanya kontrak antara principal yang mempekerjakan agen untuk melakukan suatu jasa dan juga menyerahkan pengambilan keputusan kepada agen, dan pada akhirnya menimbulkan masalah keagenan Ozili, 2017).Teori keagenan (Agency theory) merupakan teori dasar yang dipakai dalam praktik bisnis perusahaan. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi Ozili, 2019). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama Ozili, 2019)Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual
 antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuanbersama.Scott (2015) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yangada.Konflik kepentingan (agency problem) menyebabkan agen atau manajer menjalankan roda perusahaan bukan dengan tujuan untuk
 memakmurkan prinsipal, tetapi untuk memakmurkan kepentingan dari agen itu sendiri. Diperlukan tambahan biaya (agency cost) untuk mengurangi dan meminimalisir konflik kepentingan ini. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2016).

Tidak ada komentar: