Minggu, 26 September 2021

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being (skripsi dan tesis)


Beberapa faktor yang mempengaruhi psychological well-being, antara lain:
a. Dukungan sosial
Menurut Sarafino & Smith (2011) dukungan sosial merujuk pada
kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala bentuk bantuan yang
diterima individu dari orang lain atau kelompok. Hasil penelitian Susilowati
(2007) dimana dukungan sosial yang tinggi dapat membuat individu merasa
diterima, diperhatikan, dihargai dan dicintai, sehingga konsep diri,
kepercayaan diri dan efikasi diri indivisu berkembang.
Penelitian yang dilakukan Pradana & Kustanti (2017) menunjukkan
adanya hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being.
Penelitian lain juga dilakukan oleh tusya’ni & Aliyah (2007) menunjukkan
adanya hubungan positif antara dukungan sosial dengan kesejahteraan
psikologis ibu yang bekerja.
b. Kepribadian
Costa dan McCrae (1980) telah melakukan penelitian mengenai hubungan
antara lima tipe kepribadian dengan dimensi-dimensi psychological wellbeing. Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang termasuk dalam kategori
ekstraversion, conscientiousness, dan low neouroticism mempunyai skor
tinggi pada dimensi penerimaan diri, penguasaan lingkungan, dan tujuan
hidup. Individu yang termasuk dalam kategori openness to experience
mempunyai skor tinggi pada dimensi pertumbuhan pribadi. Individu yang
termasuk dalam kategori agreeableness dan extraversion mempunyai skor
tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan individu yang
termasuk kategori low neouroticism mempunyai skor tinggi pada dimensi
otonomi.
c. Religiusitas
Menurut Glock dan Stark (dalam Subandi, 1988), religiusitas adalah
sebagai kecenderungan individu untuk memandang segala macam bentuk
kehidupan dan peristiwa baik yang positif maupun negatif sebagai suatu
kesatuan dan dihubungkan dengan keseluruhan nilai kehidupan dengan
Tuhan. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa religiusitas memiliki
hubungan positif dengan psychological well-being. Seperti penelitian yang
dilakukan Amawidyati dan Utami (2007), yang menunjukkan adanya
hubungan positif dan signifikan antara religiusitas dengan psychological
well-being.
d. Faktor Demografis
Menurut Ryff & Kayes (1995) faktor-faktor demografis meliputi usia,
jenis kelamin, status sosial ekonomi berpengaruh terhadap psychological
well-being.
1. Usia
Ryff dan Kayes (1995) menemukan bahwa dimensi penguasaan
lingkungan dan dimensi otnomi mengalami peningkatan seiring
bertambahnya usia, terutama dari dewasa muda hingga dewasa madya.
Dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi memperlihatkan
penurunan seiring bertambahnya usia, penurunan ini terutama terjadi pada
dewasa madya hingga dewasa akhir. Namun tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam dimensi penerimaan diri selama usia dewasa muda
hingga akhir.
2. Jenis Kelamin
Wanita cenderung memiliki psychological well-being lebih tinggi
dibandingkan pria. Hal ini dikaitkan dengan pola pikir yang berpengaruh
terhadap strategi koping yang dilakukan, wanita lebih mampu
mengekspresikan emosi dengan bercerita kepada orang lain dan wanita
juga lebih senang menjalin relasi sosial dibanding laki-laki (Ryff & Keyes,
1995).
3. Status Sosial Ekonomi
Penelitian yang dilakukan Ryff & Keyes (1995) menunjukkan bahwa
status sosial ekonomi yang meliputi: tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan keberhasilan pekerjaan memberikan pengaruh tersendiri
pada psychological well-being. Dimana individu dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki pekerjaan yang baik akan
menunjukkan tingkat psychological well-being yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan faktor-faktor
yang mempengaruhi psychological well-being , antara lain dukungan sosial,
kepribadian, religiusitas, dan faktor demografis. Dari beberapa faktor tersebut,
peneliti memilih dukungan sosial dari suami untuk dijadikan faktor yang
mempengaruhi psychological well-being karena, dukungan suami merupakan
sumber dari dukungan sosial. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Pradana & Kustanti (2017) yang menyatakan bahwa dukungan suami dapat
meningkatkan psychological well-being ibu.

Tidak ada komentar: