Perilaku inovatif didefinisikan sebagai tindakan individu yang
mengarah pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu
yang baru dan menguntungkan (Kleysen dan street, dalam Fajrianthi,
2012). Sesuatu yang menguntungkan meliputi pengembangan ide
produk baru atau teknologi-teknologi, perubahan dalam prosedur
administratif yang bertujuan untuk meningkatkan relasi kerja atau
penerapan dari ide-ide baru atau teknologi-teknologi untuk proses kerja
yang secara signifikan meningkatkan efisiensi dan efektifitas mereka
(Kleysen dan street, dalam Fajrianthi, 2012).
Menurut Wess &Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) perilaku
inovatif adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk
menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal baru,
yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Perilaku inovatif
sering dikaitkan dengan kreatifitas karyawan. Namun, keduanya
memiliki konstruk perilaku yang berbeda (De Jong & Kemp, 2003).
Dimana, kreatifitas dapat dilihat pada tahap pertama dari proses
perilaku inovatif yang dibutuhkan karyawan untuk menghasilkan ideide baru (West, dalam De Jong, 2003). Sedangkan perilaku inovatif
memiliki proses yang lebih kompleks karena ide-ide tersebut akan
sampai pada tahap aplikasi (De Jong & Kemp, 2003).
Menurut James Brian Quinn (2004), salah satu faktor yang
dapat mendukung tercapainya kemampuan berinovasi adalah Iklim
inovasi dan visi dimana Perusahaan memberi dukungannyata untuk
terwujudnya suasana inovasi. Goh (2005) menegaskan bahwa
pengetahuan adalah komponen inti dari inovasi. Karena pengetahuan
14
tertanam pada individu perlu untuk berbagi di antara anggota sehingga
dapat membantu mereka untuk memecahkan masalah mereka (Nonaka,
1994). meningkatkan cara-cara di mana perusahaan menghadapi
lingkungan yang sangat bergejolak dapat memobilisasi basis
pengetahuan mereka dalam rangka untuk memastikan inovasi yang
berkelanjutan (Newell et al., 2009).Ada konsensus bahwa organisasi
hanya bisa menjadi inovatif ketika anggota berbagi pengetahuan
implisit mereka dan mengubahnya menjadi pengetahuan eksplisit
untuk inovasi produk (Von Krogh,1998). Dalam hal ini, sejumlah
penelitian menegaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
knowldege sharing dan inovasi. Misalnya, (Chang dan Lee, 2008)
menemukan bahwa organisasi dengan akumulasi pengetahuan yang
tinggi dapat membantu karyawan untuk memecahkan masalah mereka
dan kemudian mencapai inovasi administrasi dan teknis.
Ketika pengetahuan dibagi dan dipertukarkan antar anggota,
pembelajaran kolektif akan berlangsung, yang mana akan
mengembangkan pengetahuan pada organisasi. Organisasi yang
mendorong karyawan untuk bertukar pengetahuan dalam kelompok
cenderung untuk menciptakan gagasan baru dan mengembangkan
karya baru (Lin, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar