Kamis, 01 Juli 2021
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beta (skripsi dan tesis)
Beta dapat dijelaskan oleh beberapa variabel keuangan perusahaan
(Hartono:2000), yaitu sebagai berikut :
a). Dividend payout
Hartono (2000) memberikan alasan rasional bahwa perusahaanperusahaan enggan untuk menurunkan deviden. Jika perusahaan
memotong deviden, maka akan dianggap sebagai sinyal buruk karena
dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan
yang mempunyai risiko tinggi cendrung untuk membayar devidend payout lebih kecil supaya nanti tidak memotong deviden jika laba yang
diperoleh turun. Untuk perusahaan berisiko tinggi, probabilitas untuk
mengalami laba yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini,
maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatif antara risiko
dengan dividend payout yaitu risiko tinggi maka devidend payout
rendah. Karena beta merupakan pengukuran risiko, maka dapat juga
dinyatakan bahwa beta dan dividend payout mempunyai hubungan
yang negatif.
b). Asset growth
Variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan tahunan
dari aktiva total (Hartono:2000). Suatu perusahaan yang sedang berada
dalam tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar.
Karena kebutuhan dana makin besar, maka perusahaan akan lebih
cederung menahan sebagian besar pendapatannya. Semakin besar
pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, berarti semakin rendah
deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham. Rendahnya
pembayaran deviden akan menjadikan perusahaan makin kurang
menarik bagi investor. Tingkat pertumbuhan yang cepat
mengidentifikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi.
Kegagalan ekspansi akan meningkatkan beban perusahaan, karena
harus menutup pengembalian biaya ekpansi. Makin besar risiko
kegagalan perusahaan, makin kurang prospektif perusahaaan yang
bersangkutan. Prospek perusahaan ini nantinya akan mempengaruhi
9
harapan atau minat investor. Investor akan cenderumg menjual
sahamnya. Semakin banyak saham yang dijual maka harganya akan
cenderung melemah. Perubahan harga saham berarti perubahan
keuntungan saham. Makin besar perubahan keuntungan saham, maka
makin besar beta saham perusahaan yang bersangkutan.
c). Asset size
Asset size diukur sebagai logaritma daari aktiva total
(Hartono:2000). Variabel ini diprediksikan mempunyai hubungan yang
negatif dari risiko. Watts dan Zimmerman (Hartono:2000) mencoba
membuktikan hipotesa tentang hubungan ini dengan membentuk teori
yang disebut positive accounting theory. Perusahaan yang besar
merupakan subyek dari tekanan politik. Perusahaan besar yang
melaporkan laba berlebihan akan menarik perhatian politikus dan akan
diinvestigasi karena dicurigai melakukan monopili. Watts dan
Zimmerman selanjutnya menghipotesiskan bahwa perusahaan besar
cenderung menginvestasikan dananya pada proyek yang mempunyai
varian rendah dengan beta yang rendah akan menurunkan risiko
perusahaan. Dengan demikian akan dihipotesiskan hubungan antara
ukuran perusahaan dengan beta adalah negatif.
Total asset yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan telah
mencapai tahap maturity atau well estabilished. Pada tahap ini cash
flow sudah positif, tidak banyak lagi kebutuhan untuk investasi.
Semakin kecil kebutuhan dana untuk investasi, semakin besar
9
keuntungan (deviden) yang dapat dibagikan kepada pemegang saham.
Kondisi ini akan mempengaruhi prospek dari perusahaan. Perusahaan
yang mempunyai prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama akan menyebabakan saham perusahaaan tetap menarik bagi
investor, sehingga saham mampu bertahan pada harga yang tinggi
secara relatif stabil. Apabila fluktuasi harganya kecil, berarti
perubahan return saham yang bersangkutan juga kecil. Makin kecil
perubahan return saham, maka makin kecil risiko sismatis perusahaan.
Terkait dengan pengertian bahwa risiko sistematis merupakan
pengukur risiko, maka semakin kecil risiko yang ditanggung investor.
d). Liquidity
Liquidity diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi
dengan hutang lancar (Hartono:2000). Liquidity diprediksikan
mempunyai hubungan yang negatif dengan beta, yaitu secara rasional
diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya.
Likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada kreditur.
Sebaliknya, tingkat likuiditas yang rendah berarti makin kecil total
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan meningkatkan
risiko kegagalan perusahaan untuk dapat memenuhi semua kewajiban
finansial yang segara harus dipenuhi.
9
e). Financial leverage
Financial Laverage merupakan rasio untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Husnan:1993 dalam
Hartono:2000). Jika perusahaan menggunakan hutang semakin banyak,
maka semakin besar beban tetap yang berupa bunga dan anggsuran
pokok pinjaman yang harus dibayar. Ini akan memperbesar
kemungkinan perusahaan menghadapi default akibat kewajiban yang
semakin besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin
besar financial leverage, makin tinggi risiko keuangannya.
f). Earning variability
Earning Variability merupakan deviasi standart dari earning
price ratio (Hartono:2000). EPR diperoleh dengan membagi
keuntungan per lembar saham dengan harga per lembar saham.
Semakin tinggi EPR suatu perusahaan, bila harga saham tetap, berarti
keuntungan per lembar sahamnya semakin tinggi. Dengan sebaliknya
pada EPR yang tinggi, bila keuntungan per lembar sahamnya tetap
berarti harga saham semakin kecil. Dengan demikian, semakin tinggi
variabilitas keuntungan, risiko yang akan ditanggung oleh pemegang
saham juga semakin besar.
g). Accounting beta
Accounting beta merupakan beta yang timbul dari regresi time
series laba perusahaan terhadap rata-rata keuntungan semua (sampel)
perusahaan (Hartono:2000). Dengan kata lain beta menunjukkan koefisien garis regresi antara keuntungan suatu perusahaan (diukur
dengan ROE) dengan keuntungan semua perusahaan. Dalam hal ini,
apabila rata-rata tingkat keuntungan semua perusahaan meningkat,
mak keuntungan atas perusahaan juga akan meningkat, sebesar
koefisien regresinya. Sebaliknya, apabila rata-rata tingkat keuntungan
semua perusahaan menurun, maka keuntungan suatu perusahaan juga
akan mengikutinya. Sehingga semakin besar koefisien regresinya,
maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap laba suatu
perusahaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar