Kamis, 24 Juni 2021

Pengertian Reverse Logistic (skripsi dan tesis)

Ada dua jenis utama dari supply chain yang berkaitan dengan segala jenis kegiatan distribusi yaitu aliran maju (forward) dan aliran mundur (Reverse). Reverse logitics merupakan bentuk logistik baru yang aliran barangnya berbalik dari pelanggan atau distributor ke produsen dan bertengtangan dengan tradisional logistik. Menurut Jayamaran et al, (2003) reverse logistics adalah aliran dimana produk atau komponen kembali setelah digunakan untuk tujuan perbaikan, daur ulang atau pengerjaan kembali. Hampir sama dengan pendapatan sebelumnya Rogers dan Tibben-Lembke (1999) menyatakan reverse logistics adalah proses perencanaan, implementasi, dan pengendalian secara efisien dan efektif aliran barang (bahan baku, sediaan dalam proses, atau barang jadi) dan informasi yang terkait, dari titik konsumsi balik ke titik asal. Selain itu Rogers dan Tibben-Lembke juga menjelaskan bahwa tujuan reverse logistics adalah menangkap atau menciptakan kembali nilai atau untuk pembuangan barang-barang yang mengalir baik. Secara sederhana reverse logistics bertujuan untuk recapture value atau melakukan proses disposal yang tepat dari barang yang sudah habis masa pakainya baik disebabkan karena kadaluwarsa, rusak atau produk gagal. Ada take-back activity disini, dimana konsumen (yang dulunya bertindak sebagai konsumen) bertindak sebagai supplier. Sedangkan konsumen dari aktifitas reverse logistics ini bisa jadi adalah manufakturer atau pihak lain yang butuh barang bekas yang masih layak pakai baik dalam kondisi sebenarnya atau setelah pengolahan. Pada dasarnya aktifitas ini sudah ada sejak lama dan lazim dilakukan oleh manufakturer. Konsep lama dari reverse logistics, yaitu penarikan barang dari market, baik karena produk sudah obsolete (kadaluwarsa) atau produk bermasalah. Hal seperti ini yang menyebabkan kerugian pada manufakturer karena ada lost sales dan biaya lainnya terkait dengan produk yang tidak dapat dijual. Biasanya barang-barang tersebut setelah kembali ke manufaktur kemudian diberlakukan prosedur scrapping atau biasa disebut pemusnahan atau disposal. Beberapa penjelasan lain tentang reverse logistics oleh para ahli diantaranya: 1. Reverse logistics adalah suatu proses yang meliputi kegiatan logistik sepanjang jalan dari produk yang sudah tidak digunakan oleh pengguna untuk dibuat menajdi produk kembali yang bisa digunakan di pasar. Fleischman et al. (1997) 2. Reverse logistics adalah kemampuan dari manajemen logistik dan aktivitas yang meliputi mengurangi, mengatur, dan membuang bagian yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya. Termasuk di dalamnya distribusi reverse, yang menyebabkan barang dan informasi berjalan berbalik arah dari aktivitas logistik normal pada umumnya. Kroon (1995) 3. Reverse logistics adalah pengumpulan, transportasi, penyimpanan dan proses dari barang rusak. Krikke (1998) 4. Reverse logistics adalah proses dimana sistem dari manufaktur menerima barang atau bagian dari barang konsumsi untuk kemungkinan di daur ulang, dibuat kembali, atau dibuang. Dowlatshahi (2000) 5. Reverse logistics sebagai sebuah cara untuk memperbaiki produk yang gagal seperti pada pengemasan dan pengiriman barang-barang dan mengembalikan barang tersebut kepada titik utama pengumpulan untuk di daur ulang atau diperbaiki. Guide et al (2000). Terdapat beberapa kesamaan dari beberapa persamaan diatas yaitu reverse logistics yang merupakan bagian dari stratgei manajemen logistik dengan arus berbalik dari sistem supply chain pada umumnya yang membuat barang kembali kepada ritel dari konsumen untuk diserahkan kepada pabrik atau perusahaan asal untuk dibuang, diperbaiki, atau bahkan di daur ulang. Saat ini, reverse logistics memiliki konsep yang lebih luas. Sebagaimana disebutkan oleh Moritz Fleischman, aktifitas ini berupaya untuk memperbaharui value barang. Dengan demikian, barang yang ditarik tidak hanya dari market (distributor, retailer), tapi juga dari end-user bahkan tempat sampah dan gudang barang bekas konsumen. Barang yang ditarik, kemudian diolah, baik oleh manufakturer aslinya ataupun oleh pihak ketiga, untuk ditingkatkan value-nya atau bahkan dikembalikan value-nya seperti semula. Proses pengolahannya pun bermacam-macam, tergantung pada sejauh apa barang bekas bisa diolah dan dikembalikan valuenya. Dari beberapa literatur yang berhubungan dengan reverse logistics, pada dasarnya ada 4 hal yang menjadi motif reverse logistics : 1. Aspek Ekonomis, dimana orang atau perusahaan bermaksud untuk mendapatkan kembali keuntungan dari barang bekas. 2. Aspek Lingkungan, dimana orang atau perusahaan melakukan reverse logistics untuk mengurangi dampak negatif produk buangan terhadap lingkungan. Selain itu penggunaan kembali material bekas dapat mengurangi eksploitasi virgin material. 3. Aspek legal, biasanya terjadi di negara maju, dimana pemerintah memaksa perusahaan penghasil produk untuk melakukan aktifitas ini. 4. Extended responsibility, motif ini dilakukan oleh perusahaan yang memiliki kesadaran sendiri untuk melakukan reverse logistics sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya akibat produk yang dihasilkannya.

Tidak ada komentar: