Setiap investor mempertimbangkan
investasi sebagai kombinasi dalam portfolio
yang menawarkan ekspektasi pengembalian
investasi yang lebih tinggi pada tingkat risiko
yang diinginkan (Markowitz, 1952). Kombinasi investasi dalam portfolio mensyaratkan
investor memikirkan diversifikasi dan mempertimbangkan tiga karakteristik penting dari
tiap investasi, yaitu parameter pengembalian
investsi yang diperkirakan dan serta tingkat
risiko, pengujian risiko dan pengembalian
investasi, dan korelasi antar pengembalian
7
investasi dari tiap investasi. Hal ini menunjukkan individu membuat keputusan rasional
untuk memaksimalkan kesejahteraan dalam
ketidakpastian (Nofsinger, 2005).
Pengembalian investasi merupakan
hasil yang diperoleh dari investasi (Hartono,
2008). Pengembalian investasi dapat berupa
pengembalian investasi realisasi yang sudah
terjadi, atau pengembalian investasi ekspektasi
yang belum terjadi tetapi yang diharapkan
akan terjadi di masa mendatang. Dibawah
asumsi pasar modal efisien bebas dari
borrowing dan lending, subyektifitas pengembalian investasi diukur sama dengan tingkat
bunga pasar setelah pajak. Hal ini terjadi
karena ketidaksesuaian antara tingkat bunga
pinjaman dengan simpanan yang menyebabkan kesempatan yang berubah-ubah bagi
konsumen.
Pertimbangan pokok investor adalah
bagaimana mengelola penghasilan serta membelanjakannya (Wahlund dan Gunnarsson
dalam Altman, 2006). Ketidakseimbangan
tersebut akan membawa perilaku investor
untuk menabung, investasi, ataupun meminjam uang guna memperoleh manfaat yang
optimal atas penghasilan. Sikap investor yang
menahan konsumsi saat ini mengharapkan
menerima pengembalian investasi yang lebih
besar di masa datang. Sebaliknya, investor
yang melakukan konsumsi atau investasi
melebihi penghasilan sekarang harus
mengembalikannya di masa datang dengan
jumlah uang yang lebih besar. Bila pembayaran dimasa datang tidak menentu, investor akan mensyaratkan pengembalian investasi
yang lebih besar dari discounted interest rate
ditambah tingkat inflasi saat itu.
Subyektifitas mengarah pada pandangan individu yang melibatkan pengetahuan
sebelumnya dalam memperoleh dan menginterpretasikan stimulus melalui pancaindra.
Subyektifitas berkaitan dengan investasi
saham merupakan keinginan individu berdasarkan analisis yang sahih memperoleh
pengembalian investasi yang optimal baik
yang berasal dari capital gain, deviden, atau
keduanya (Nofsinger, 2005). Sehingga,
subyektifitas pengembalian investasi merupakan harapan individu untuk memperoleh
pengembalian investasi pada setiap investasi.
Harapan tersebut diperoleh dari keputusan
investasi yang dibuat investor atau hasil
rekomendasi dan nasehat analis keuangan
dalam suatu pemilihan saham berdasarkan
preferensi investor (Snelbecker, dkk., 1990)
untuk memaksimalkan utilitasnya (Scott,
2009). Karena bersifat rasional, maka setiap
pengambilan keputusan investasi melakukan
pemilihan dari berbagai alternatif, pertimbangan preferensi pengembalian investasi, dan
melakukan pengambilan keputusan untuk
maksimalisasi utilitas. Subyektif pengembalian investasi yang diinginkan investor
dapat dicapai pada perbedaan kapasitas
pemahaman dan gaya pengambilan keputusan
investasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar