Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor
penyebab terjadinya bullying antara lain:
a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari
keluarga yang bermasalah : orang tua
yang sering menghukum anaknya secara
berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan
mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi
pada orang tua mereka, dan kemudian
menirunya terhadap teman-temannya.
Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari
lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia akan belajar bahwa
“mereka yang memiliki
kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku
agresif, dan perilaku agresif itu dapat
meningkatkan status dan kekuasaan
seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying;
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan
keberadaan bullying ini. Akibatnya, anakanak sebagai pelaku bullying akan
mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan
intimidasi terhadap anak lain. Bullying
berkembang dengan pesat dalam
lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya
berupa hukuman yang tidak membangun
sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar
sesama anggota sekolah;
c. Faktor Kelompok Sebaya.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam
sekolah dan dengan teman di sekitar
rumah, kadang kala terdorong untuk
melakukan bullying. Beberapa anak
melakukan bullying dalam usaha untuk
membuktikan bahwa mereka bisa masuk
dalam kelompok tertentu, meskipun
mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
d. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula
menjadi penyebab timbulnya perilaku
bullying. Salah satu faktor lingkungan
social yang menyebabkan tindakan
bullying adalah kemiskinan. Mereka yang
hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa
saja demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga tidak heran jika di
lingkungan sekolah sering terjadi
pemalakan antar siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk
pola perilaku bullying dari segi tayangan
yang mereka tampilkan. Survey yang
dilakukan kompas (Saripah, 2006)
memperlihatkan bahwa 56,9% anak
meniru adegan-adegan film yang
ditontonnya, umumnya mereka meniru
geraknya (64%) dan kata-katanya (43%)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar