Pendefinisian validitas tes dapat diawali dengan melihat secara etimologi, validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang
memiliki validitas rendah (Azwar, 2000).
Masih menurut Azwar (2000), dalam teori skor-murni klasikal, pengertian validitas dapat
dinyatakan sebagai sejauhmana skor tampak atau skor perolehan mendekati besar skor murni.
Skor tampak tidak akan sama dengan skor murni kecuali alat ukur yang bersangkutan mempunyai
validitas yang sempurna. Semakin skor perolehan mendekati skor murni maka semakin tinggi
validitasnya, dan sebaliknya semakin rendah validitas maka semakin besar perbedaan skor
perolehan dan skor murni.
Secara umum validitas tes terbagi kedalam tiga jenis yaitu validitas isi (content validity),
validitas berdasar kriteria (criterion-related validity), dan validitas konstruk (construct validity)
(Singh, 1986; Thorndike, 1997; Azwar, 2000; Suryabrata, 2000).
Validitas konstruk merujuk kepada kualitas alat ukur yang dipergunakan apakah sudah
benar-benar menggambarkan konstruk teoritis yang digunakan sebagai dasar operasionalisasi
ataukah belum. Secara singkat, validitas konstruk adalah penilaian tentang seberapa baik seorang
peneliti menerjemahkan teori yang dipergunakan ke dalam alat ukur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar