Kazemak (dalam Stott dan Walker, 1995),menyatakan bahwa ada beberapa
aspek yang digunakan untuk membangun tim yang efektif yaitu, sebagai berikut:
a. Memiliki tujuan yang sama; teamwork yang efektif memiliki tujuan dan
semua anggota tim tahu benar tujuan yang hendak dicapai organisasi.
b. Antusiasme yang tinggi; antusiasme tinggi bisa dibangkitkan jika kondisi
kerja juga menyenangkan. Anggota tim tidak merasa takut menyatakan
pendapat, mereka juga diberi kesempatan untuk menunjukkan keahlian
mereka dengan menjadi diri sendiri sehingga kontribusi yang mereka
berikan juga bisa optimal.
c. Peran dan tanggung jawab yang jelas; setiap anggota tim harus mempunyai
peran dan tanggung jawab masing-masing yang jelas.
d. Komunikasi yang efektif; dalam proses meraih tujuan harus ada komunikasi
yang efektif antar anggota tim.
e. Resolusi konflik; dalam mencapai tujuan mungkin saja ada konflik, jangan
didiamkan ataupun dihindari tapi perlu segera dikendalikan.
f. Shared Power; tiap anggota tim perlu diberikan kesempatan untuk menjadi
“pemimpin”, menunjukkan kekuasaannya di bidang yang menjadi keahlian
dan tanggung jawab mereka masing-masing sehingga mereka merasa ikut
bertanggung jawab untuk kesuksesan tercapainya tujuan bersama.
37
g. Keahlian; tim yang terdiri dari anggota-anggota dengan berbagai keahlian
yang saling menunjang akan lebih mudah bekerjasama mencapai tujuan.
Berbagai keahlian yang berbeda tersebut dapat saling menunjang sehingga
pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan.
h. Evaluasi; bagaimana sebuah tim bias mengetahui sudah sedekat apa mereka
dari tujuan, jika mereka tidak menyediakan waktu sejenak untuk melakukan
evaluasi? Evaluasi yang dilakukan secara periodic selama proses pencapaian
tujuan masih berlangsung bias membantu mendeteksi lebih dini
penyimpangan yang terjadi, sehingga bias segera diperbaiki. Evaluasi juga
bisa dilakukan tidak sekadar untuk koreksi, tetapi untuk mencari cara yang
lebih baik. Evaluasi bisa dilakukan dalam berbagai cara: observasi, riset
pelanggan, riset karyawan, interview, evaluasi diri, evaluasi keluhan
pelanggan yang masuk, atau sekedar polling pendapat pada saat meeting.
Menurut Johnson dan Johnson (2000) dan Robbins (2003), untuk
menyesuaikan tujuan dan masalah spesifik yang dihadapi tim, aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan dalam team building adalah menekankan pada aktivitasaktivitas tertentu saja atau keseluruhan dari aktivitas berikut:
a. Penyusunan sasaran yang ditujukan untuk mengatasi perbedaan persepsi
tujuan tim, mengevaluasi efektivitas tim dalam menyusun prioritas dan
mencapai sasaran, mengidentifikasi area yang berpotensi menjadi masalah.
b. Membangun hubungan interpersonal antar anggota tim. Dalam Logan dan
Stokes (2004), kompetensi yang dibutuhkan adalah empati, komunikasi
efektif, kesadaran sosial, membangun hubungan, kepemimpinan dan
kolaborasi.
38
c. Analisis peran yang bertujuan untuk mengklarifikasi dan mengidentifikasi
peran setiap anggota tim, memikirkan kembali mengenai pekerjaan mereka
yang sesungguhnya, dan tugas spesifik yang mereka harapkan untuk
dikerjakan.
d. Analisis proses tim dilakukan dengan menganalisis proses kunci yang
terjadi dalam tim untuk mengidentifikasikan cara kerja dan bagaimana
proses ini dapat diperbaiki untuk membuat tim lebih efektif.
e. Kemampuan beradaptasi dengan kondisi dan tuntutan yang berubah.
Menurut Logan dan Stokes (2004), kompetensi yang dibutuhkan antara lain
adalah fleksibilitas dan kemampuan tim dalam memecahkan masalah secara
terstruktur atau dengan mengikuti format berpikir kritis.
Walaupun memiliki tujuan dan cara yang beragam, Buller (1986, dalam
Spector, 2000) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik dari team building, yaitu:
a. Team building merupakan aktivitas terencana yang terdiri dari satu atau
lebih latihan atau pengalaman yang dirancang untuk mencapai sasaran
tertentu.
b. Team building biasanya difasilitasi oleh konsultan atau trainer yang
berkualitas, dan akan sulit bagi tim untuk melaksanakannya jika trainer
adalah bagian dari pengalaman.
c. Team building biasanya melibatkan tim dimana anggota timnya memiliki
keterlibatan dalam pekerjaan masing-masing.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
dimensi tim kerja yang efektif yaitu antara lain: adanya tujuan yang sama,
antusiasme yang tinggi, peran dan tanggung jawab yang jelas, komunikasi yang
39
efektif, resolusi konflik, shared power, keahlian, dan evaluasi.Team building juga
sebagai aktifitas analisis peran yang bertujuan untuk mengklarifikasi dan
mengidentifikasi peran setiap anggota tim, memikirkan kembali mengenai
pekerjaan mereka yang sesungguhnya, dan tugas spesifik yang mereka harapkan
untuk dikerjakan.
Para ahli dibidang team building lebih memilih menggunakan metode yang
bersifat aktif yaitu pembelajaran eksperimental. Teknik ini cocok diterapkan pada
training yang memiliki tujuan untuk meningkatkan perilaku dan afeksi individu
(Kreitner dan Kinicki, 2008). Sesuai dengan tujuan intervensi dari penelitian ini
yaitu untuk meningkatkan perilaku inovatif maka peneliti memilih menerapkan
tekhnik pembelajaran eksperimental.
Menurut Silberman (2006), teknik pelatihan
pembelajaran eksperimental memiliki pendekatan yaitu bermain peran, permainan
dan simulasi, observasi, mental imajeri, tugas menulis dan action learning.
Rancangan pelatihan yang digunakan dalam penelitian ini lebih menekankan
pada metode permainan dan simulasi supaya peserta dapat merasakan langsung
manfaat dari kegiatan yang dilakukan jika diterapkan di tempat kerja dan
mendapatkan pemahaman melalui pengalaman secara langsung. Suatu permainan
menurut Newstorm dan Scanell (dalam Ratnasari Deasi, 2013) merupakan salah
satu metode yang dapat mencegah kebosanan karena permainan meliputi variasi
aktifitas yang beragam, latihan yang dapat membuat team building training menjadi
lebih menyenangkan, dapat membangkitkan semangat diantara anggota tim serta
dapat menunjukkan emosi dan perasaan anggota tim.
Menurut Silberman (2006) salah satu keuntungan dari metode permainan
dan simulasi adalah partisipan didorong untuk berhadapan langsung dengan sikap dan nilai-nilai yang dianut oleh dirinya. Selain itu metode permainan dapat
membantu partisipan untuk fokus pada cara-cara mereka bertindak di lingkungan
mereka sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan individu yang baru
mereka kenal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa team building
adalah aktivitas dalam proses membangun suatu tim yang handal seperti kerjasama
yang baik antara masing-masing anggota tim untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya yakni peningkatan operasi kerja tim. Dengan demikian,
maka yang dimaksud dengan pelatihan team building adalah suatu metode pelatihan
yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kesolidan atau kohesivitas tim
dengan membentuk dan mendukung sinergi tim untuk mampu bekerja secara
mandiri dalam mencapai tujuan timnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar