Kamis, 21 November 2019

Definisi Pembelian Kompulsif (skripsi dan tesis)


Bagi sebagian besar orang, membeli sesuatu atau berbelanja merupakankegiatan yang normal dan dilakukan sehari - hari. Namun bagi individu-individuyang memiliki kecenderungan sebagai pembeli yang kompulsif (compulsivebuyer), ketidakmampuan mengendalikan hasrat untuk membeli sesuatu akanmendorong mereka untuk melakukan apa saja asalkan hasrat tersebut dapatterpenuhi. Faber dan O’Guinn (1989) mendefinisikan compulsive buying sebagaisuatu kondisi kronis, yaitu seseorang yang melakukan aktivitas pembelianberulang sebagai akibat dari adanya peristiwa yang tidak menyenangkan ataupunperasaan yang negatif. Tindakan demikian yang dilakukan secara berulang-ulangmenimbulkan suatu perilaku yang diberi nama perilaku pembelian kompulsif. Jikaseseorang memiliki perilaku compulsive buying, maka pada saat menghadapisuatu peristiwa yang tidak menyenangkan atau negatif dia akan melakukanaktivitas pembelian atau berbelanja untuk mengurangi perasaan yang tidakmenyenangkan atau negatif tersebut. Jadi bisa dikatakan perilaku compulsivebuying itu adalah obat untuk menghilangkan perasaan yang tidak menyenangkanatau negatif.Compulsive buying merupakan salah satu bentuk pembelian yangmenyimpang. Lambat laun, tendensi demikian menyiratkan konsekuensi-konsekuensi ekonomis dan psikologis yang negatif (O’Guinn dan Faber 1989).Perilaku pembelian kompulsif merupakan salah satu bagian dari konsumsi kompulsif yang merupakan sisi negatif dari sebuah perilaku konsumsi (Mowen dan Minor, 2002). 
Konsep dasar perilaku pembelian kompulsif adalah konsumsiyang berlebihan pada suatu barang (Stones IV, 2001 dalam Shoham dan Brencic,2003). Definisi ini juga diperkuat oleh Kwak et.al(2003), compulsive buying yaitusuatu perilaku pembelian yang tidak terkontrol yang merupakan respon atas suatukejadian atau perasaan yang negatif. Tujuan utamanya adalah mencari kesenanganpada proses pembeliannya bukan pada produknya. O’Guinn dan Faber (1992)seperti yang dikutip oleh Park dan Burns (2005) menyatakan bahwa, biasanyapembelanja kompulsif adalah seseorang yang tidak dapat mengendalikan ataumengatasi dorongan untuk membeli sesuatu. Park dan Burns (2005) menyatakanbahwa, “beberapa di antara mereka/konsumen menunjukkan pembelian secaraekstrim atau yang disebut juga pembelian kompulsif (compulsive buying)”.Konsumen yang kompulsif adalah konsumen yang merasa ketagihan, dalambeberapa kondisi mereka berlaku diluar kontrol dan sikap mereka dapatberdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Pembelian kompulsifadalah konsumen yang cenderung suka membelanjakan uang untuk membelibarang meskipun barang tersebut tidak mereka butuhkan.Seseorang yang kompulsif adalah seorang yang pemboros yang dicirikansebagai seseorang yang menghabiskan uang dengan cepat, dan merekamembentuk citra diri bahwa orang lain harus mengagumi mereka dengan segalayang dimilikinya. 
Untuk beberapa pelaku kompulsif, uang dan harta benda telahmenggantikan keberadaan teman, keluarga bahkan tempat ibadah. Pusatperbelanjaan telah menjadi pengganti tempat ibadah dan berbelanja menjadiritualnya (Boundy, 2000 dalam Yang, 2006). Menurut Ditmar, 2000 dalam Yang menemukan bahwa konsumen yang kompulsif berbelanja diatas bataskemampuan yang termotivasi oleh tingginya keinginan mereka untuk memilikiharta benda dan menganggap bahwa kepemilikan harta benda merupakan tolakukur identitas diri, keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup.Kajian-kajian terdahulu sudah menunjukkan bahwa, dibanding dengankonsumen lain, para pembeli kompulsif cenderung memiliki tingkat harga diriyang lebih rendah, tingkat tendensi berkhayal yang lebih tinggi (O’Guinn danFaber 1989) dan tingkat depresi, kecemasan dan obsesi yang lebih tinggi(Scherhorn et al 1990). Faber (1992) menyatakan bahwa perilaku pembeliankompulsif dialami oleh individual yang mempunyai rasa ketidakcukupan danharga diri yang rendah. Christenson (1996) juga mengemukakan bahwa jikadibandingkan dengan konsumen normal, konsumen dengan perilaku pembeliankompulsif lebih emosional, lebih dapat mengalami mood yang negatif sepertikebosanan, sedih dan kegelisahan sebelum keputusan untuk melakukanpembelian. Individu yang memiliki perilaku addictive cenderung mempunyai rasapercaya diri yang rendah sebagai anak-anak maupun remaja (Faber, 1992). Rasapercaya diri yang rendah ini sering dijumpai pada individu yang memiliki perilakucompulsive buying (Scherhorn, 1990), dan mereka akan merasa lebih nyamandengan membeli sesuatu yang dapat meningkatkan identitas diri mereka

Tidak ada komentar: