Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatuyang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata denganmengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Materialismeadalah salah satu trait kepribadian yang berkaitan dengan kepemilikan barangatau materi (Richin dan Dawson, 1992).Peneliti melihat perbedaan individu berkaitan dengan bagaimanakonsumen menilai kepemilikan mereka. Tendensi untuk mencapai kebahagiaanmelalui kepemilikan benda tertentu disebut materialisme (Mowen dan Minor,2002). Sifat materialistis cenderung menyebabkan individu untuk berusahamemperkaya diri dengan terus menerus menumpuk kekayaan (Richins & Dawson,1992). Menurut Richins dan Dawson (1992) dalam Schiffman dan Kanuk, 2007,materialisme dibagi menjadi tiga dimensi yaitu: (1) dimensi kepemilikan dan hartabenda merupakan sumber kebahagian (acquisition as the pursuit of happiness)untuk mengukur keyakinan apakah seseorang memandang kepemilikan dan hartamerupakan hal yang penting untuk kesejahteraan dan kebahagiaan dalamhidup.(2) dimensi pentingnya harta dalam hidup seseorang (acquisitioncentrallity) bertujuan untuk mengukur derajat keyakinan seseorang yangmenganggap bahwa harta dan kepemilikan sangat penting dalam kehidupanseseorang, sedangkan (3) dimensi kepemilikian merupakan ukuran kesuksesanhidup (possession defined success) untuk mengukur keyakinan seseorang tentangkesuksesan berdasarkan pada jumlah dan kualitas kepemilikanya.
Menurut studi Dittmar (2005) menunjukkan bahwa, nilai materialismeyang dimiliki oleh individu menyebabkan seseorang memiliki kecenderunganuntuk melakukan pembelian secara kompulsif. Sebagai tambahan, para penelitijuga menemukan bahwa seseorang yang materialis memiliki keterlibatan yangtinggi pada produk pakaian (Browne dan Kaldenberg, 1997; Yurchisin danJohnson, 2004 dalam Johnson dan Attman, 2009). Oleh karenanya, sangatlahberalasan bahwa seseorang dengan nilai materialistik yang tinggi akan memilikitingkat pembelian kompulsif pakaian yang tinggi.Konsumen dengan tendensi materialistik yang kuat akan menggunakanfashion untuk membuat suatu kesan, hal ini akan lebih mengarah pada keterlibatanyang lebih tinggi. Semakin seseorang menganggap suatu kepemilikan sebagaisuatu yang berharga maka orang tersebut semakin materialistik, demikian jugasebaliknya (Browne dan Kaldenberg, 1997 dalam O’Cass, 2004). Individu dengannilai materialisme yang kuat menganggap bahwa dengan melakukan pembelianbarang dengan segera akan memuaskan hidupnya. Kepemilikan terhadap bendamenjadi sesuatu yang dipuja. Nilai materialisme yang kuat menyebabkan individumerasakan tidak berarti bila tidak memiliki suatu barang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar