Rabu, 28 Agustus 2019

Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw terhadap Efikasi Diri Akademik (skripsi dan tesis)

Perkembangan seorang siswa dilalui dengan menghabiskan separuh harinya menempuh pendidikan di sekolah, dimana siswa tersebut lebih banyak melakukan interaksi dengan warga di lingkungan sekolah. Ketika berada di lingkungan sekolah, remaja sebagai siswa ditantang untuk mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai peserta didik. Di dalam sekolah inilah nantinya siswa akan mengembangkan segala potensi dalam dirinya, yang juga meningkatkan keyakinan dirinya. Terlepas dari pentingnya peran sekolah, penerapan metode pembelajaran juga sepantasnya diperhatikan untuk menumbuhkan karakter siswa. Menurut Bandura ( Dwitantyanov, Hayati & Sawitri, 2010) efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan manusia akan kemampuan dirinya untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian di lingkungannya. Kim dan Park (Dwitantyanov, Hayati & Sawitri, 2010) mengemukakan bahwa efikasi diri sangat penting bagi pelajar untuk mengontrol motivasi mencapai harapan-harapan akademik. Sementara itu, pembelajaran kooperatif menurut Sunal dan Hans (Isjoni, 2009) merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Sunal dan Hans (Isjoni, 2009) juga menambahkan teknik pembelajaran ini mampu meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. Menurut Sahin (2010) pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan efek positif terhadap prestasi belajar dan akan meningkat jika diaplikasikan secara terus-menerus. Pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajri banyak hal satu sama lain, sebagaimana dapat mendorong mereka untuk mendiskusikan sebuah topik dan membuat hasil evaluasi dari topik tersebut. Metode pembelajaran Jigsaw menurut uraian Slavin (1988) memiliki dua aspek yaitu pencapaian kelompok pada setiap siswa dan akuntabilitas individu. Pada aspek pertama, pencapaian kelompok dalam menjadikan siswa menargetkan dirinya untuk mencapai kesuksesan. Siswa yang menanamkan pencapaian kelompok di dalam dirinya secara tidak langsung akan mengabaikan tingkat kesulitan dari sebuah tugas. Selain itu, siswa akan termotivasi untuk berkomitmen penuh dengan tugas yang diembannya.
 Namun sebaliknya, jika tidak ada 26 pencapaian kelompok akan besar kemungkinan siswa tersebut menjadi kurang bertanggung jawab dengan tugasnya. Kemudian aspek yang kedua yaitu akuntabilitas individu. Dampak akuntabilitas individu itu sendiri terhadap siswa akan memunculkan persepsi dalam diri siswa. Menurut Lucas (Sahin, 2010) metode pembelajaran Jigsaw membantu siswa untuk turut aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Secara tidak langsung penggunaan metode ini, menjadikan mereka lebih nyaman terhadap pembagian perannya masing-masing dan juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap performanya dalam kelompok. Keadaan tersebut membuat siswa lebih ulet untuk meningkatkan usahanya. O’Donnel dan O’Kelly (Slavin, 2009) menambahkan bahwa tanpa adanya akuntabilitas ini beberapa siswa mungkin akan terhambat saat terjadi interaksi kelompok, karena mereka dianggap tidak berperan banyak dalam kelompoknya. Hal tersebut mengilhami setiap anggota kelompok untuk melakukan tugas mereka dengan baik, ini disebabkan karena kualitas setiap individu bergantung pada informasi yang diberikan kepada setiap anggota kelompok. Jika metode pembelajaran tradisional yang pasif, guru menjadi sarana pengetahuan sedangkan murid hanya menerima dari apa yang dijelaskan guru dikelas, lain halnya dengan metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif ini bersifat interaktif dalam proses belajar-mengajar dikelas. Guru sebagai pembelajar senior menjadi pembimbing siswa agar mereka  memperolah berbagai kompetensi yang lebih baik dari waktu ke waktu (Sumekto, 2011). Dengan metode pembelajaran ini dapat mengukur kondisi efikasi diri akademik siswa. Dari aktivitas di dalam kelas ini kita akan lebih mudah mengenali siswa yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi maupun yang rendah. Salah satu studi yang dilakukan Darnon, Buchs, dan Desbar (2012) menemukan bahwa metode pembelajaran Jigsaw mampu meningkatan persepsi efikasi diri siswa di dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Perancis. Perubahan tersebut ditandai dengan bertambahnya tingkat efikasi diri pada 33 siswa setelah 4 minggu pemberian perlakuan metode belajar Jigsaw di ruang kelas

Tidak ada komentar: