Selasa, 27 Agustus 2019

Dimensi Kesejahteraan Psikologis (skripsi dan tesis)


 Konsep kesejahteraan psikologis memiliki enam dimensi pendukung. Dimensi kesejahteraan tersebut mengacu pada teori kesejahteraan psikologis dari Ryff (Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995 dan Keyes, Shmotkin & Ryff, 2002). Enam dimensi tersebut adalah:
 a. Penerimaan diri
Konsep integritas ego diperkenalkan oleh Erikson (1959) yang menunjukkan bahwa orang-orang pernah mendapatkan kegagalan dan keberhasilan di dalam hidupnya, tetapi mereka tetap menerima kegagalan dan keberhasilan tersebut. Ciri ini merupakan ciri utama dari kesehatan  mental dan juga sebagai karakteristik utama dalam aktualisasi diri berfungsi optimal. Penerimaan diri adalah keadaan individu yang memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, mampu dan mau untuk hidup dalam keadaan tersebut. Penerimaan diri merupakan tingkat kemampuan individu dalam bersikap terhadap dirinya sendiri, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, berani mengakui kesalahan dan introspeksi diri. Seorang individu dikatakan memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri apabila ia memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, menghargai dan menerima berbagai aspek yang ada pada dirinya, baik kualitas diri yang baik maupun yang buruk. Sebaliknya, seseorang dikatakan memiliki nilai yang rendah dalam dimensi ini apabila merasa kurang puas terhadap dirinya sendiri, memiliki masalah dengan kualitas tertentu dari dirinya, dan berharap untuk menjadi orang yang berbeda dari dirinya sendiri (Ryff, 1995).
Sedangkan Matthews (1993) menjelaskan bahwa indivdu yang menerima dirinya merasa aman akan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianutnya tanpa terpengaruh oleh kelompok, dapat mengekspresikan pendapat pribadinya tanpa ada rasa bersalah dan dapat menerima perbedaan pendapat, tidak merasa cemas akan hari kemarin ataupun esok. Kemudian individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi semua masalah.
b. Hubungan positif dengan orang lain
 Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa memiliki kebutuhan  dasar untuk mengembangkan hubungan yang hangat dengan orang lain (Baron & Byrne, 2003). Pada dimensi ini terkait dengan hubungan saling percaya dan hangat dengan orang lain. Dimensi ini juga menekankan suatu kemampuan yang penting dalam kesehatan mental yaitu kemampuan untuk mencintai orang lain. Hubungan hangat dengan orang lain merupakan kriteria kedewasaan. Dalam perkembangan orang dewasa, hal ini digambarkan dalam kemampuan berhubungan dekat dengan orang lain (intimacy) dan memberi arahan kepada orang lain (generativity). Seseorang yang memiliki hubungan positif dengan orang lain mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain. Selain itu, individu tersebut memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi dan intimitas serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antar pribadi. Sebaliknya, seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini ditandai dengan tingkah laku yang tertutup dalam berhubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, peduli dan terbuka dengan orang lain, terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain (Ryff, 1995). c. Otonomi
 Otonomi merupakan kemampuan individu menentukan nasib sendiri, kebebasan, pengendalian internal, individual, dan pengaturan perilaku internal. Atribut ini merupakan dasar kepercayaan bahwa pikiran  dan tindakan seseorang berasal dari dirinya sendiri dan tidak ditentukan oleh kendali orang lain. Individu yang mampu melakukan aktualisasi diri dan berfungsi penuh memiliki keyakinan dan kemandirian sehingga dapat mencapai prestasi yang memuaskan. Ciri utama dari seorang individu yang memiliki otonomi yang baik antara lain dapat menentukan segala sesuatu seorang diri, dan mandiri. Ia mampu mengambil keputusan tanpa tekanan dan campur tangan orang lain, memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan sosial dan dapat mengatur tingkah laku dari dalam diri. Sebaliknya, seseorang yang kurang otonomi akan sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain dan berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting (Ryff, 1995).
 d. Penguasaan lingkungan
 Penguasaan lingkungan menjadi sumber daya psikologis yang penting (Knight, 2011). Kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya dapat didefenisikan sebagai salah satu karakteristik kesehatan mental. Penguasaan lingkungan yang baik dapat dilihat dari sejauh mana individu dapat mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada di lingkungan. Individu yang memiliki tingkatan yang baik pada dimensi ini ditandai dengan kemampuannya memilih atau menciptakan sebuah lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadinya dan  memanfaatkan secara maksimal sumber-sumber peluang yang ada di lingkungan. Individu juga mampu mengembangkan dirinya secara kreatif melalui aktivitas fisik maupun mental. Sebaliknya, individu yang kurang dapat menguasai lingkungannya mengalami kesulitan mengatur kegiatan sehari-hari dan merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan apa yang ada di luar dirinya (Ryff, 1995). Perron (2006) mengatakan bahwa penurunan penguasaan lingkungan bisa menyebabkan seseorang merasa tidak berdaya, tidak berguna dan tidak terlibat dalam keputusan tentang kehidupan mereka sendiri
. e. Tujuan hidup
Dimensi ini menggambarkan tentang kesehatan mental karena di dalamnya terdapat keyakinan individu mengenai tujuan dan makna hidupnya akan membawa kepada kesehatan mental. Tujuan hidup mencakup apa yang akan kita capai dalam menjalani hidup, sehingga membuat hidup lebih bersemangat. Pemahaman yang jelas mengenai tujuan hidup, pendirian terhadap tujuan, dan tujuan yang telah direncanakan adalah bagian penting dari pencapaian tujuan hidup. Cara lain untuk mencapai tujuan hidup adalah dengan cara lebih mengenal diri sendiri, yaitu apakah kekuatan-kekuatan diri dan apakah kelemahan-kelemahan diri. Dengan demikian menyadari ‘siapa saya’ dan ‘saya ingin menjadi siapa’, merupakan dasar berpijak dalam menghadapi masalah yang kompleks. Namun demikian, tidak semua orang dapat menilai dirinya sendiri dengan tepat dan bahkan ada kecenderungan lebih  mudah untuk selalu menilai orang lain atau mengalami self-serving bias. Tanpa tujuan hidup yang jelas, individu akan mengalami kesulitan- kesulitan dalam mengarungi kehidupan ini (Handayani, 1998). Seseorang yang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi tujuan hidup memiliki rasa keterarahan dalam hidup, mampu merasakan arti dari masa kini, memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup, serta memiliki tujuan dan target yang ingin dicapai dalam hidup. Sebaliknya, seseorang yang kurang memiliki tujuan hidup, kehilangan rasa keterarahan dalam hidup, kehilangan keyakinan yang memberikan tujuan hidup serta tidak melihat makna yang berkembang untuk hidupnya dari kejadian di Masa lalu (Ryff, 1995).
 f. Pertumbuhan pribadi
Dimensi pertumbuhan pribadi menjelaskan mengenai kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Pertumbuhan pribadi merupakan tingkat kemampuan individu dalam mengembangkan potensinya secara terus menerus, menumbuhkan dan memperluas diri sebagai individu. Kemampuan ini merupakan gagasan dari individu untuk terus memperkuat kondisi internal alamiahnya. Seseorang yang memiliki pertumbuhan diri yang tinggi akan menunjukkan kesehatan mental yang lebih baik dibandingkan orang yang memiliki pertumbuhan pribadi yang rendah (Feigelman, 2009). Seseorang yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan diri yang berkesinambungan, memandang diri sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu, serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan yang bertambah. Sebaliknya, individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang kurang baik akan merasa dirinya stagnasi, tidak melihat peningkatan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangan sikap dan tingkah laku yang lebih baik (Ryff, 1995). Berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologi dari Ryff di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek yang terdapat dalam kesejahteraan psikologis adalah memiliki sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, penerimaan diri, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi

Tidak ada komentar: