Selasa, 27 Agustus 2019

Aspek Resiliensi (skripsi dan tesis)


Kumpfer (1999) merumuskan aspek resiliensi dalam diri individu, diataranya:
a. Spiritual
Spiritual dalam karakteristik resiliensi adalah kepercayaan utama yang menjadi motivasi individu dan berperan menunjukkan arah untuk kesuksesan. Kesuksesan yang didasari pada arah tujuan atau fokus, seperti mimpi dan tujuan. Mimpi dan tujuan adalah satu hal yang sangat penting dalam karakteristik resiliensi pada anak yang tinggal dalam lingkungan beresiko. Anak-anak akan menciptakan fantasi sehingga kemudian akan terbentuk sebuah misi dalam masa depan.
b. Kompetensi kognitif
Kompetensi kognitif merupakan salah satu dimensi resiliensi, dimana akan membantu individu untuk mencapai tujuan. Kompetensi kognitif adalah inteligensi yang merupakan faktor protektif utama dalam individu resilien. Individu yang resilien secara umum memiliki tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada yang memiliki tingkat resiliensi rendah.
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial hampir serupa dengan kompetensi kognitif, namun kompetensi sosial berbeda karena kompetensi sosial bukan hanya sekedar pikiran tetapi juga mencakup aksi. Kompetensi sosial termasuk juga kemampuan menyelesaikan masalah. Kemampuan untuk menyelesaikan  masalah adalah kemampuan individu untuk lebih percaya diri dalam membuat rencana atau tujuan.
 d. Kestabilan emosi
Karakteristik individu yang resilien dapat diukur dari kebahagiaan dan, kemampuan manajemen emosi. Individu yang resilien memiliki karakteristik bahagia, maksudnya adalah tidak menganggap realita buruk dengan negatif. Kemampuan yang menonjol adalah penuh harapan dan optimis. Kemampuan manajemen emosi ditunjukkan dengan karakter yang optimis dan positif terhadap masa depan. Individu yang resilien mengenali emosi sendiri, dan mampu mengontrol perasaan yang tidak dinginkan seperti rasa takut, marah dan depresi.
e. Physical well being
Physical well being yaitu memiliki kesehatan yang baik dan memiliki perkembangan kesehatan yang baik. Individu yang memiliki physical well being dapat diprediksi dengan sedikit memiliki permasalahan fisik, memiliki pola waktu tidur, mempunyai kekuatan fisik yang kuat. Connor dan Davidson (2003) mengemukakan resiliensi dalam lima aspek diantaranya:
 a. Kompetensi personal, standar yang tinggi dan sikap gigih Kompetensi personal ini ialah kompetensi individu dalam menetapkan standar tujuan dan bersedia melakukan hal yang diperlukan untuk mencapai standar tersebut. Kompetensi ini menggambarkan sikap individu yang akan  bersikap gigih untuk mencapai tujuan walaupun berada dalam situasi yang tertekan.
b. Percaya diri dan toleransi terhadap emosi negatif serta kuat menghadapi stres Percaya pada diri sendiri, artinya meyakini perasaan dan insting yang dirasakan oleh diri sendiri. Percaya terhadap insting yang dirasakan juga disertai dengan toleransi adanya emosi negatif sehingga mampu menghadapi stres dengan tegar.
c. Reaksi positif dalam menghadapi perubahan dan memiliki hubungan yang aman dengan orang lain Aspek ini menggambarkan individu resilien adalah yang mampu memberikan respon positif dalam menghadapi perubahan-perubahan, artinya adalah orang yang mampu beradaptasi secara cepat pada perubahan. Selain beradaptasi dari perubahan, individu mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
d. Kontrol diri Individu yang resilien adalah individu yang mampu mengontrol emosi dan perilaku dengan baik. Kemampuan ini berkaitan dengan pengaturan perilaku maupun perasaan ketika menghadapi masalah maupun dalam situasi yang tertekan.
e. Spiritualitas Aspek spiritualitas merupakan keyakinan akan adanya Tuhan dan mampu mengambil hikmah dari kejadian-kejadian yang dialami.
 Aspek-aspek resiliensi yang telah dijabarkan oleh Connor dan Davidson (2003) kemudian dimodifikasi oleh Yu dan Zhang (2007) yang diujikan terhadap warga Cina dan menghasilkan tiga aspek resiliensi, di antaranya yaitu:
a. Tenacity (Kegigihan)
Aspek ini menggambarkan perilaku yang memiliki penguasaan kontrol diri, ketepatan waktu, dan penyelesaian masalah yang baik ketika seseorang menghadapi situasi yang penuh tantangan dan frustasi.
b. Strength (Kekuatan)
 Aspek ini menunjukkan perilaku seorang yang selalu menganggap perubahan sebagai bagian dari kehidupan normal, bukan memandang perubahan sebagai sebuah ancaman dalam kehidupan. Kekuatan ini menunjukkan tidak hanya kemampuan untuk bangkit kembali dari keadaan sebelumnya, namun mampu meraih sebuah pencapaian dan berkembang lebih positif setelah berjuang melawan pengalaman yang buruk.
c. Optimism (Optimisme)
Aspek ini mewakili perilaku seseorang yang secara umum bersikap ke arah positif dan memiliki keyakinan kuat untuk melewati situasi yang buruk dan peristiwa yang penuh resiko. 

Tidak ada komentar: