Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan ASI antara lain:
- Perubahan sosial budaya.
- Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.
- Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah membawa dampak menurutnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat baik dan cocok untuk bayi. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu meniru orang lain, atau hanya untuk prestise.
- Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.
- Faktor psikologis.
- Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi akan mengalami perubahan payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui.
- Tekanan batin.
Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.
- Faktor fisik ibu.
Alasan yang cukup sering diungkapkan ibu untuk menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui. Dan jauh lebih berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.
- Kurangnya andil petugas kesehatan.
Dalam memberikan manajemen laktasi sebagai dasar pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan ASI eksklusif, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat dan pemberian ASI.
- Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan menurunnya kesediaan dan lamanya menyusui baik di desa maupun perkotaan. Distribusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan bahkan meningkat bukan hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia (Siregar, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar