Lumpkin dan Dess (1996) menyebutkan bahwa orientasi kewirausahaan berkaitan dengan proses, praktik dan kegiatan pengambilan keputusan yang digunakan oleh wirausahawan yang berujung pada pendirian perusahaan. Mereka telah mengidentifikasi lima dimensi orientasi kewirausahaan, yakni
autonomy, innovativeness, risk-taking, proactiveness, dan
competitive aggressiveness. Namun, dalam penelitian ini, dimensi
proactiveness tidak digunakan, karena dimensi ini mempunyai kemiripan dengan dimensi
competitive aggressiveness (Lumpkin dan Dess, 2001).
- kemandirian untuk memulai sebuah usaha (autonomy),
- keinginan untuk menjadi wirausaha yang berorientasi kepada pencapaian dan berani menghadapi pesaing atau berani meningkatkan posisi usaha agar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain (competitive aggressiveness),
- keberanian untuk mengambil risiko dari ketidakpastian iklim usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan (risk taking),
- keinginan untuk memperbaharui kualitas layanan maupun produk yang ditawarkan (innovativeness)
Sedangkan menurut Lee dan Tsang (2001), untuk mengukur orientasi kewirausahaan (
entrepreneurial orientation) dapat digunakan dimensi sebagai berikut:
- Need for Achievment, indikator nya adalah :
- Tidak puas bila yang diinginkan belum diperoleh
- Terus berusaha meskipun orang lain mengatakan tidak mungkin
- Terus bekerja sampai mencapai tujuan yang diinginkan
- Locus of Control, indikatornya adalah :
- Apa yang dicapai adalah hasil kerja keras (Internal Locus of Control)
- Untung atau ruginya usaha ditentukan oleh diri sendiri (Internal Locus of Control)
- Mampu menguasai diri (Internal Locus of Control)
- Self Reliance, indikatornya adalah :
- Orang lain banyak yang dapat bekerja sebaik saya
- Suka mengambil keputusan sendiri
- Saya lebih suka melibatkan teman
- Extroversion, indikatornya adalah :
- Suka berjumpa dengan orang baru
- Berinisiatif untuk memluai pembicaraan
- Menyukai banyak kesibukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar