Kecerdasan
spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun
2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah
landasan untuk membangun IQ dan EQ. Spiritual berasal dari bahasa Latin
spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan,
spiritual dalam SQ berasal dari bahasa Latin sapientia (sophia) dalam bahasa
Yunani yang berati ’kearifan’ (Zohar dan Marshall, 2001).
Zohar dan Ian
Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain. Selanjutnya, kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Zohar
dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan
dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau
atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Asumsinya adalah jika seseorang
hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama
manusiapun akan baik pula (Iman, 2004).
Wahab dan
Umiarso (2011), mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual
yang tinggi akan mampu mengambil dan menjadi inspirasi bagi orang lain serta
dapat mengambil makna dari berbagai permasalahan hidup yang dialaminya. Kecerdasan
spiritual ialah suatu kecerdasan dimana kita berusaha menempatkan
tindakan-tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan
lebih kaya, serta lebih bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan dasar yang
perlu untuk mendorong berfungsinya secara lebih efektif, baik Intelligence Quotient (IQ) maupun Emotional Intelligence (EI). Jadi,
kecerdasan spiritual berkaitan dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional (Gunawan, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar