Jumat, 12 Januari 2018

Asas Dalam Penelitian Tindakan Kelas (skripsi dan tesis)




a.    Asas kritik dialektis
Metode posivitis menyarankan agar kita mengamati gejala secara menyeluruh dan membatasinya secara pasti agar dapat mengidentifikasi sebab dan akibatnya yang khusus. Pendekatan dialektis menuntut peneliti untuk melakukan kritik terhadap gejala yang ditelitinya (winter, 1989).
b.    Asas sumber daya kolaboratif
Untuk memahami asas ini pernyataan-pernyataan berikut perlu direnungkan (winter, 1989): apa peran saya sebagai peneliti? Hubungan macam apa yang harus saya, dengan murid/bawahan saya , dengan teman sejawat yang tertarik, dan diatas segalanya, dengan mereka yang akan menjadi sumber data? Khususnya, bagaimana saya berusaha agar “objektif”? kolaborasi yang dimaksud disini adalah bahwa sudut pandang setiap orang akan dianggap memberikan andil pada pemahaman ; tidak ada sudut pandang seseorang yang akan dipakai sebagai pemahaman tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut-sudut pandang lainnya. Untuk menjamin adanya kolaborasi peneliti tindakan hendaknya memulai pekerjaannya dengan mengumpulkan sejumlah sudut pandang, dan sederet sudut pandang inilah yang memberikan struktur dan makna awal pada situasi yang diteliti. Namun perlu diingt bahwa bekerja secara kolaboratif tidak berarti memadukan semua sudut pandang ini untuk mencapai kesepakatan melalui evaluasi. Sebaliknya, ragam perbedaan sudut pndang itulah menjadikan sumber daya yang kaya, dan dengan menggunakan sumber daya inilah analisis peneliti dapat mulai bergeser keluar dari titik awal pribadi yang tak terhindarkan menuju gagasan-gagasan yang secara antar pribadi telah dinegosiasikan.
c.     Asas resiko
Asas resiko berarti bahwa pemrekarsa penelitian harus berani mengambil resiko melalui proses penelitiannya. Salah satu resikonya adalah melesetnya hipotesis. Jadi melalui keterlibatannya dalam proses penelitian, peneliti mungkin berubah pandangan karena dapat melihat sendiri pertentangan dan kemungkinan untuk berubah dalam pandangannya.
d.    Asas struktur majemuk
Struktur majemuk ini berhubungan dengan gagasan bahwa gejala yang diteliti harus mencakup semua unsure pokok agar menyeluruh.. misalnya bila situasi pengajaran yang diteliti, situasinya harus mencakup (paling tidak) guru, siswa, tujuan pendidikan, interaksi pembelajaran, dan keluaran.
Struktur majemuk ini memungkinkan pelapor untuk memenuhi kebutuhan berbagai kelompok pembaca
e.    Asas teori, praktik, dan transformasi
Teori dan praktik bukanlah dua dunia yang berbeda, melainkan dua tahap yang berbeda yang saling bergantung dan mendukung proses perubahan. Jadi pertama-tama, peteori-peneliti terlibat dalam serentetan kegiatan praktis, mengadakan kontak, mengatur pertemuan, mengumpulkan dan memilah-milah materi dengan cara yang meyakinkan orang lain tentang kegunaannya. Sebaliknya pelaku praktis melakukan kegiatan mereka dengan banyak dibantu oleh pemahaman teoritis yang mencakup pengetahuan professional bidang spesialisasinya dan konsepsi akal sehat, kategori dan aturan engenai apa yang normal dan apa yang membentuk rintangan kemungkinan yang dapat dilihat sebelumnya. Jadi teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berbeda yang bertentangan satu sama lain yang melintasi jurang yang tak terjembatani: teori mengandung unsure-unsur praktik begitu juga sebaliknya. Berdasarkan argument tersebut dapat dikatakan bahwa teori dan praktik saling membutuhkan, dan oleh karena itu mencakup tahap-tahap yang saling tak terhindarkan dari proses perubahan yang menyatu, yang mengajukan masalah terkuat untuk penelitian tindakan praktisi sebagai kegiatan yang mewakili bentuk penyelidika social yang kuat.[6]

Tidak ada komentar: