a.
Asas kritik dialektis
Metode posivitis menyarankan agar kita mengamati gejala secara
menyeluruh dan membatasinya secara pasti agar dapat mengidentifikasi sebab dan
akibatnya yang khusus. Pendekatan dialektis menuntut peneliti untuk melakukan
kritik terhadap gejala yang ditelitinya (winter, 1989).
b.
Asas sumber daya kolaboratif
Untuk memahami asas ini pernyataan-pernyataan berikut perlu
direnungkan (winter, 1989): apa peran saya sebagai peneliti? Hubungan macam apa
yang harus saya, dengan murid/bawahan saya , dengan teman sejawat yang
tertarik, dan diatas segalanya, dengan mereka yang akan menjadi sumber data?
Khususnya, bagaimana saya berusaha agar “objektif”? kolaborasi yang dimaksud
disini adalah bahwa sudut pandang setiap orang akan dianggap memberikan andil
pada pemahaman ; tidak ada sudut pandang seseorang yang akan dipakai sebagai
pemahaman tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut-sudut pandang lainnya.
Untuk menjamin adanya kolaborasi peneliti tindakan hendaknya memulai
pekerjaannya dengan mengumpulkan sejumlah sudut pandang, dan sederet sudut
pandang inilah yang memberikan struktur dan makna awal pada situasi yang
diteliti. Namun perlu diingt bahwa bekerja secara kolaboratif tidak berarti
memadukan semua sudut pandang ini untuk mencapai kesepakatan melalui evaluasi.
Sebaliknya, ragam perbedaan sudut pndang itulah menjadikan sumber daya yang
kaya, dan dengan menggunakan sumber daya inilah analisis peneliti dapat mulai
bergeser keluar dari titik awal pribadi yang tak terhindarkan menuju
gagasan-gagasan yang secara antar pribadi telah dinegosiasikan.
c.
Asas resiko
Asas resiko berarti bahwa pemrekarsa penelitian harus berani mengambil
resiko melalui proses penelitiannya. Salah satu resikonya adalah melesetnya
hipotesis. Jadi melalui keterlibatannya dalam proses penelitian, peneliti
mungkin berubah pandangan karena dapat melihat sendiri pertentangan dan
kemungkinan untuk berubah dalam pandangannya.
d.
Asas struktur majemuk
Struktur majemuk ini berhubungan dengan gagasan bahwa gejala yang
diteliti harus mencakup semua unsure pokok agar menyeluruh.. misalnya bila
situasi pengajaran yang diteliti, situasinya harus mencakup (paling tidak)
guru, siswa, tujuan pendidikan, interaksi pembelajaran, dan keluaran.
Struktur majemuk ini memungkinkan pelapor untuk memenuhi kebutuhan
berbagai kelompok pembaca
e.
Asas teori, praktik, dan transformasi
Teori dan praktik bukanlah dua dunia yang berbeda, melainkan dua tahap
yang berbeda yang saling bergantung dan mendukung proses perubahan. Jadi
pertama-tama, peteori-peneliti terlibat dalam serentetan kegiatan praktis,
mengadakan kontak, mengatur pertemuan, mengumpulkan dan memilah-milah materi
dengan cara yang meyakinkan orang lain tentang kegunaannya. Sebaliknya pelaku
praktis melakukan kegiatan mereka dengan banyak dibantu oleh pemahaman teoritis
yang mencakup pengetahuan professional bidang spesialisasinya dan konsepsi akal
sehat, kategori dan aturan engenai apa yang normal dan apa yang membentuk
rintangan kemungkinan yang dapat dilihat sebelumnya. Jadi teori dan praktik
bukan merupakan dua dunia yang berbeda yang bertentangan satu sama lain yang
melintasi jurang yang tak terjembatani: teori mengandung unsure-unsur praktik
begitu juga sebaliknya. Berdasarkan argument tersebut dapat dikatakan bahwa
teori dan praktik saling membutuhkan, dan oleh karena itu mencakup tahap-tahap
yang saling tak terhindarkan dari proses perubahan yang menyatu, yang
mengajukan masalah terkuat untuk penelitian tindakan praktisi sebagai kegiatan
yang mewakili bentuk penyelidika social yang kuat.[6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar