Arab Saudi adalah salah satu negara yang mempunyai
pengaruh yang besar di Timur Tengah. Negara dengan mayoritas penduduknya yang
bergolongan Sunni, dan salah satu negara yang mempunyai sistem pemerintahan
monarki, yang mana berbeda dengan sistem pemerintahan monarki lainnya, karena
sistem penerus kepemimpnanya tidak berdasarkan garis keturunan, melainkan
berdasarkan kemampuan.
Negara pertama yang menjalin hubungan diplomatik
penuh dengan Hijaz (nama negara Saudi sampai 1932) adalah Uni Soviet. Namun,
hubungan didinginkan kemudian hari, dengan Arab Saudi menutup mereka kedutaan
di Moskow pada tahun 1938 dan menolak untuk membuka kembali hubungan . Hubungan
diplomatik hanya membangun kembali setelah pembubaran Uni Soviet dan
pembentukan Federasi Rusia . Meskipun kurangnya hubungan, sekitar 20 Muslim
Soviet diizinkan untuk setiap membuat Haji dari tahun 1946 sampai 1990 ketika
liberalisasi diperbolehkan ribuan Soviet Muslim untuk menghadiri. Hubungan yang
tegang pada tahun 1980 oleh dukungan Saudi bagi Mujahidin selama perang Soviet
di Afghanistan dan aliansi yang erat dengan Amerika Serikat .[1]
Presiden Vladimir Putin bertemu Raja Abdullah di
Riyadh selama kunjungan delegasi tingkat tinggi pada 11-12 Februari 2007
menandai kunjungan resmi pertama untuk seorang pemimpin Rusia untuk Kerajaan.
Kunjungan ini merupakan kesempatan bagi Moskow untuk lebih hubungan dengan
Riyadh dalam berbagai bidang termasuk masalah keamanan regional, energi,
perdagangan, transportasi, kerjasama ilmiah dan pertukaran. Kunjungan Raja
Abdullah ke Rusia pada tahun 2003, sebagai Putra Mahkota, menandai pembukaan
dalam kontak tingkat tinggi antara negara-negara yang tidak memiliki hubungan
diplomatik dari 1938 sampai 1990. Presiden Putin meninggalkan Arab Saudi nanti
untuk kunjungan ke Qatar dan Yordania . Setelah krisis 2008 Georgia-Rusia, Raja
Abdullah mengatakan bahwa ia memiliki pemahaman penuh dari pihak Rusia pada
kemerdekaan Abkhazia dan Ossetia Selatan.[2]
Arab Saudi juga menilai bahwa Rusia merupakan
kekuatan baru yang sedang tumbuh. Rusia yang dulunya merupakan bagian dari Uni
Soviet yang merupakan pusat kekuatan dan kekuasaan Komunisme, sekarang berubah
menjadi kekuatan baru, yang mengikuti sistem kapitalisme yang mengikuti ekonomi
pasar, dan mulai melakukan perubahan yang radikal sistem ekonomi mereka.
Langkah-langkah pemerintah Rusia yang sekarang ini menjadi salah kekuatan
ekonomi, terus bergerak menuju ke arah ekonomi global. Rusia diharapkan mampu
menjadi counterbalance terhadap pengaruh Amerika Serikat, sebagai satu-satunya
superpower yang cenderung melakukan tindakan unilateralisme bilamana
kepentingan dalam negerinya terganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar