Upaya dan kegiatan untuk mendrikan suatu bangunan merupakan proses yang
panjang, dimana mekanismenya tersusun serta terdiri dari banyak sekali
kegaiatan atau pekerjaan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan gabungan dari
berbagai kepentingan dan tanggung jawab yang saling terkait dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pembangunan dan sesuai dengan kepentingan dan tanggung
jawab individual tersebut direncanakan sebuah sistem. Sistem yang dimaksudkan adalah
kumpulan komponen-komponen kegiatan yang saling berhubungan dan tergantung yang
harus dikoordinasikan dan dikendalikan sedemikian rupa sehingga mejadi kesatuan
yang menyeluruh. Pendekatan sistem tersebut tidaklah memperlakukan
bagian-bagian organisasi secara terpisah-pisah akan tetapi menjadi
keseluruhannya sebgai kesatuan koordinasi yang terpadu dan terintegrasi
(Paulson Jr et al, 1987)
Banyak hal harus dipertimbangkan untuk membuat sistem proyek kontruksi termasuk
diantaranya adalah mengkombinasikan dan mengkomposisikan hal-hal menyangkut
unsur-unsur mutu atau kualitas, biaya dan waktu pelaksanaan. Perubahan dari
unsur-unsur tersebut akan langsung berpengaruh terhadap keseluruhan
tahapan-tahapan pelaksanaan pembanguan..
Tahapan dalam kegiatan proyek kontruksi dimulai sejak dikemukakannya
prakarsa dari Pemilik atau sejak pengembangan konsep sampai dengan tahap
pengoperasian bagunan sesuai dengan tujuan fungional proyek. Walaupun setiap
pelaksaaan proyek masing-masing berbeda tetapi secara garis besar tetap
membentuk pola yang sama. Perbedaaan setiap proyek kontruksi terletak pada alokasi
rentang waktu dan penekanan untuk setiap tahapan. Hubungan antar tahapan dapat
berurutan seperti halnya yang dilaksanakan secara tradisional, tataua
bertumpang tindih sebatas yang dilakukan pada bagian-bagian tertentu demi untuk
mencapai hasil optimal. Hasil optimal sebagai tujuan akhir dari sistem pengendalian, pengawasan kualitas
berkaitan dengan pemantauan kualitas hasil pekerjaan untuk menjamin tercapainya
standar spesifikasi teknis seperti yang disepakati. Pengawasan kualitas harus
sudah dilaksanakan sejak diterimanya masukan, diteruskan selama proses produksi
dan berlangsung pada thap akhirnya. Pengawasan kualitas tidak hanya dapat
dilakukan berdasarkan pada sampel statistik seperti yang berlaku dalam industri
menufaktur pada umumnya.
Secara umum tahapan
pokok dalam proyek kontruksi sebagai berikut :
1. Tahap Pengembangan Konsep
Pada tahap
awal harus dapat mengungkapkan fakta-fakta keadaan di lokasi proyek baik berupa
faktor-faktor yang mendukung ataupun menjadi kendala, antara lain pengenalan
terhadap yuridiksi praktek kerja setempat, bersama dengan upaya untuk
mengestimasi produksitivitas serta memperhitungkan ketersediaan tenaga kerja
terampil (mendapatkan informasi standar upah/UMR), harga material utama
bangunan dan lain-lain.
Berdasarkan
mengenai keadaan di lokasi proyek maka dilakukan peninjauan tentang kriteria
konsep, sistem perencanaan serta sistem perancangan detail yang akan
diperlakukan. Penyusunan konsep dan kriteria pelaksanaan secara keseluruhan
sedini mungkin untuk menumbuhkan kerja sama tim, menyamakan persepsi untuk
mencapai tujuan dan memebentuk dasar-dasar perencanaan yang akan terus
dikembangkan. Rencana kerja proyek biasanya mencakup kegiatan menyususn
estimasi pendahuluan, rencana kerja jangka pendek, paket-paket pekerjaan, program
rekayasa nilai dan perencanaan kontruksi. Selanjutnya adalah langkah-langkah
dan jadwal rencana untuk mendasari upaya pengembangan kontruksi secara
bertahap. Di samping itu perlu melakukan peninjauan kembali mengenai
pendelegasiaan wewenang dari pemberi tugas kepada setiap unsur organisasi
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
2. Perencanaan
Keberhasilan proyek kontruksi
diawali dan sangat ditentukan dengan berhasil atau tidaknya untuk menyusun
landasannya yaitu berupa perencanaan yang lengkap dan matang sehingga dengan
sendirinya suatu perencanaan dapat mengakomodasikan seluruh kebutuhan dan
kepentingan pelaksanaan kontruksi dari perencanaan meliputi hal-hal yang
bersifat teknis, termasuk metode kerja sampai dengan dampak yang diakibatkan.
Proses perencanaan keseluruhan
secara umum dibagi menjadi empat tahapan pelaksanan, yaitu tahap tanggapan
terhadap Arahan Penugasan (TOR) atau seringkali disebut dengan tahap pengajuan
proposal kemudian tahap survai dan investigasi, tahap penyusunan pra-rencana
atau dikenal sebagai sketsa rencana, serta tahap perencanaan final atau
perancangan detail. Pelaksanaan keempat tahapan tersebut secara berurutan,
tidak bisa diubah dan kelengkapan dari masing-masing tahap sangat ditentukan
dari hasil pada tahapan sebelumnya.
3. Sketsa Rencana
Inti daripada
pra-rencna atau sketsa rencana ialah menuangkan konsep-konsep arsitektur,
evaluasi terhadap beberapa alternatif proses teknologi, penetapan dimensi serta
kapasitas ruangan-rungan dan mengetengahkan studi-studi banding ekonomi
pembangunan. Pada umunya penyusunan pra-rencana merupakan perkembangan langsung
dari tahapan pengembangan konsep. Dalam sketsa rencna tersebut diakomodasi
segala macam peraturan yang harus diperlakukan misalnya praturan pmbagian zoning, ketentuan batas rooi dan syarat
IMB lainnya. Juga ketentuan mengenai instalasi mekanikal dan elektrikal,
standar keamanan dan sebagainya. Dengan tersusunnya para rencana yang
dilengkapi dnegan sketsa-sketsa perencanaan sudah didapatkan gambaran mengenai
ruang lingkup dan besar proyek. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dibuat
estimasi biaya proyek sementara untuk tujuan pengendalian pendahuluan.
4. Rancangan Detail
Tahapan
perancangan detail atau rancangan final mencakup kegaiatn menjabarkan seluruh
perancangan termasuk rancangan elemen bagian terkecil secara sistematis dan
berurutan. Masing-masing disertai gambar-gambar perencanaan, spesifikasi teknis
dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan Gambar-gambar detail dan spesifikasi
teknis ditujukan untuk menjelaskan pekerjaan serta dipakai sebagai pedoman atau
petunjuk agar semua pkerjaan dalam kontruksi dapat dilaksanakan dengan
stept-tepatnya. Dengan mendasarkan pada pola perancangan detail trsebut dapat
dibuatkan rencana kerja final yang memuat penegelompokan pekerjaan dan kegiatan
secara terperinci dengan tujuan membagi manjadi paket-paket jadwal yang lebih
disempurnakan berupa jadwal bagan balok dan jaringan kerja yang lebih
terperinci, kesepakatan sistem koordinasi dan pengendalian proyek yang
dilengkapi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab secara lengkap. Dengan
kesiapan rencana kerja finaltersebut berarti program rekayasa nilai sudah siap
diterapkan. Pada dasarnya penyusunan rencana kerja final ditujukan pada dua
sasaran pokok yaitu : Yang pertama sebagai pedoman pelaksaan pekerjaan maka biaya
pelaksanaan kontruksi tidak melebihi anggaran dan yang kedua pekerjaan akan
selesai dengan kualitas dan dalam rentang waktu yang direncanakan atau
ditetapkan.
5. Pelaksanaan Kontruksi
Tahap
kontruksi telah dimulai sejak ditetapkannya kontraktor serta penyerahan
lapangan dengan segala keadaannya kepada kontraktor. Selanjutnya perlu segera
mengembangkan jadwal kerja yang diajukan di dalam penawaran kontraktor menjadi
jadwal tereperinci baik berupa bagan balok maupun jaringan kerja. Jadwal kerja
disusun hanya berdasarkan asumsi yang sangat umum sehingga dapat dipastikan
bahwa semenjak berhadapan dengan lapangan langsung selalu didapati hal-hal yang
tidak tepat dengan asumsi yang dibuat sebelumnya.
Selama
pelaksanaan kontruksi berjalan juga dilakukan pengendalian dengan selalu
mengikuti laporan dan evaluasi pekerjaan termasuk jadwal rencana kerja yang
disiapkan secara teratur dalam waktu periodik harian, mingguan, dan bulanan. (Istimawan
Dipohusodo, 1996 dan Zulian, 2002).
1. Pembahasan mengenai sistem pelaksaan
kontruksi tidak terpisahkan dngan masalh-maslah yang berkaitan dengan
organisasi sebagai salah satu fungsinya. Meskipun organisasi pada dasarnya
sangat beraneka ragam bentuk dan strukturnya, pengertian secara umum dapat didefinisikan
sebagai kelompok manusia yang secara bersama-sama mebentuk struktur sistematis
yang mengatur perilaku anggotanya dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan tentang tujuannya juga sangat beraneka ragam sesuai dengan keinginan
dan cita-cita organisasi yang bersangkutan. Secara garis besar organisasi
kontruksi dapat dibagi menjadi :
1. Kelompok kebijakan dan strategi yang
ditangani oleh Tim Proyek dengan Manajer Kontruksi bertindak selaku Ahli
Kontruksi sekaligus sebagai pemimpin.
2. Kelompok konsepsi dan pengembangannya yang
ditangani oleh staf penunjang.
3. Kelompok sub sistem operasional yang
didasarkan pada tanggung jawab pekerjaan dan keahlian (Vincent, 1985)
Metode kontruksi merupakan penjabaran tata cara dan teknik pelaksanaan
pekerjaan dan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara
persyaratan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis yang ada di
lapangan dan seluruh sumber daya. Keseluruhan unsur-unsur tersebut membentuk
kombinasi dan keterkaitan kerangka gagasan dan metode optimal dalam pelaksanaan
kontruksi.
Berikut adalah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam pelaksanaan
kontruksi :
1. Penataan Lapangan
Upaya optimalisasi operasi
dengan tujuan agar dapat mencapai hasil kerja sangkil di segala bidang
pekerjaan sudah dimulai sejak awal penetapan lapangan (site plan). Kendala yang dialami adalah ketepatan dalam menyusun
rancangan tata letak pekerjaan di lapangan. Tata letak lapangan digambar dengan
skala yang menunjukkan letak kantor, gudang tertutup, peralatan, lahan untuk
fabrikasi struktur baja, tulangan baja, acuan beton merakit pekerjaan dan
lain-lain.
2. Pekerjaan Pengukuran
Masa persiapan
pelaksanaan kontruksi didahului dengan pekerjaan survei pengukuran. Secara umum
pekerjaan pengukuran dapat terdiri dari :
-
pengukuran
jaringan polygon
-
pemetaan
situasi dan kontur lahan.
-
Pengukuran
trace atau sumbu bangunan arah memenjang seperti pada pekerjaan saluran, jalan
raya, jaring transmisi dan lain sebgainya.
-
Pemantauan
ketepatan dimensi kontruksi baik ke arah tegak maupun mendatar.
Bentuk
pengukuran tidak hanya berupa gambar atau peta namun juga diwujudkan dalam
bentuk fisik berupa patok duga (bench
mark) di tempat-tempat lapangan.
3. Pekerjaan Tanah
Lingkup
pekerjaan tanah termasuk pula pembersihan lapangan, membersihkan pepohonan,
membongkar konmponen bangunan lama yang tampak di permukaan maupun yang
terpendam di dalam tanah, menggali, memecah batu, memotong tebing, menimbun dan
memadatkan tanah dan alin sebagainya. Dengan lingkup kerja tersebut maka
pekerjaan tanah juga berhubungan dngan maslah pengangkutan, pemindahan dan
enggusuran tanah. Tergantung pada intensitas volume serta cara pelaksanaan
dapat dilakukan dengan manual ataupun dengan alat-alat mekanis.
4. Pekerjaan Pondasi dan Turap
Struktur
bangunan yang secra visual dapat dibagi menjadi bangunan yang tampak di atas
permukaan (superstructure) dan yang
tidak tampak di permukaan tanah (sub
structure). Pembedaan tersebut dimaksudkan untuk membedakan anatara
struktur bangunan serta struktur pendukungnya. Fondasi sebgai struktur landasan
yang harus mendukung beban bangunan termasuk pada sub structure. Fondasi lebih ditujukan untuk menyesuaikan struktur
landasan bangunan dengan keadaan sifat-sifat tanah dan sistem struktur bangunan
yang didukungnya.
5. Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton
secara garis besar dapat dibagi enjadi beberapa elemen yaitu :
- acuan beton yang dihitung dalam meter
persegi permukaan
- perancah acuan dihitung dalam meter persegi
luas permukaan yang ditopang
- baja tulangan dihitung dalam berat baja
tulangan terpasang.
- pekerjaan beton dihitung dalam meter kubik
volume beton jadi.
6. Pekerjaan Struktur Baja
Pelaksanaan
pekerjaan struktur baja umumnya dikelompokkan menjadi empat bagian penting
yaitu ; menyiapkan matrial adsar, pekerjaan fabrikasi, pekerjaan merakit atau
memamsng di lapangan dan pelaksanaan finis pada pekerjaan terpasang.
7. Pekerjaan Struktur Kayu
Pekerjaan
struktur kayu sangat bermacam-macam yaitu meliputi awal kontruksi untuk membuat
bangunan atau struktur kasar seperti membuat gudang sementara, jembatan kerja sampai
pada pekerjaan yang bersifat kerajinan.
8. Pekerjaan Pasangan Batu dan Bata
Sesuai dengan
fungsinya secara gasris besar dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :
pasangan batu untuk keperluan struktural seperti misalnya fondasi dan pasngan
batu untuk keperluan arsitektural seperti bentuk hiasan seperti lempengan batu
rai.
9. Pekerjaan Finis dan Plesteran
Pekerjaan
finis merupakan upaya untuk mempercantik kinerja bangunaan sehingga memenuhi
syarat untuk mencapai nilai estetika yang diinginkan.
10. Pekerjaan Pelapis Bata dan Dinding
Maslah yang
harus dihadapi dalam pelapisan bata dan dinding adalh masalah material, biaya
serta nilai estetika yang diinginkan.
11. Pekerjaan Pengecatan
Pekerjaan
pengecatan dapat dibedakan menjadi beberapa faktor antara lain :
- material yang dicat seperti kayu, plat atau
gelegar baja, plesteran dan lain sebagainya.
- macam permukaannya rata, halus, atau
bergelombang.
- jenis material cat yang digunakan
- banyak lapis cat yang digunakan biasnya
tiga kali pengecatan yaitu lapis dasar, pengecatan pertama dan lapisan finis.
12. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Segi penting
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pekerjan mekanikal dan elektrikal
adalah koordinasi dengan pekerjaan sipil yaitu berkaitan dengan tahap
pelaksanaan pengukuran awal sehingga kebutuhan lubang-lubang sparing atau
konduit bagi pekerjaan mekanikal dan elektrikal sekaligus tertera dalam gambar
kerja fondasi (Istimawan, 1996 dan Peurifoy, 1988)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar