Menurut
Herzberg ada dua kelompok factor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang
dalam organisasi, yaitu pemuas kerja (job satisfiers) yang berkaitan dengan isi
pekerjaan dan penyebab ketidakpuasan kerja ( job disatisfiers) yang
bersangkutan dengan suasana pekerjaan “ Satisfiers “ disebut dengan istilah
motivator dan “ dissatisfiers “ disebut factor-faktor hihienis (hygiene
factors).
Faktor-faktor
higienis adalah bersifat preventif dan merupakan factor lingkungan.
Faktor-faktor ini bukan sebagai sumber kepuasan kerja tetapi justru sebaliknya sebagai
sumber ketidakpuasan kerja, tetapi tidak akan menimbulkan dorongan dan kepuasan
kerja. Faktor higienis sendiri tidak menimbulkan motivasi, tetapi diperlukan
agar motivasi tidak berfungsi atau dengan kata lain berperan sebagai suatu
landasan bagi motivasi kerja. Sedangkan kelompok lainnya yaitu motivator
dibuktikan sebagai factor-faktor sumber kepuasan kerja yang dapat memotivasi
manusia pada pekerjaan mereka.
Menurut
Herzberg, seorang karyawan harus mempunyai pekerjaan yang lebih menantang,
lebih banyak tuntutan, kesempatan untuk
menjadi ahli dan mengembangkan kemampuan agar dia dapat termotivasi. Sebagai
faktor-faktor sumber kepuasan kerja, motivators dapat berbentuk prestasi,
promosi atau kenaikan pangkat, penghargaan.
Jadi
secara singkat bahwa factor higienis mempengaruhi ketidakpuasan kerja. Faktor
higienis membantu individu untuk menghilangkan ketidaksenangan, sedangkan motivasi
membuat individu senang dengan pekerjaannya.
2. Menurut
Heiddjrachman dan Suad Husnan membagi teori motivasi menjadi 3 (tiga) yaitu : (
Heidjrachman dan Suad Husnan, 1990 : 198 -206 ).
a.
Content
Theory.
Teori ini, menekankan arti
pentingnya pemahaman factor-faktor yang ada di dalam individu yang menyebabkan
mereka bertingkah laku tertentu. Teori ini mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti : Kebutuhan apa yang di coba dipuaskan oleh
seseorang ? Apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu ? Dalam pandangan
ini, setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam yang menyebabkan
mereka di dorong, ditekan atau dimotivisir untuk memenuhinya. Kebutuhan
tertentu yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan.
Yaitu para individu akan bertindak untuk memuaskan kebutuhan mereka.
Sebagai misal seseorang
yang saqngat kuat kebutuhan akan prestasi, mungkin mendorong untuk bekerja
lembur hanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sulit tepat pada waktunya.
Mereka yang kuat akan keutuhan self esteem mungkin terdorong untuk bekerja
sangat hati-hati untuk bias menghasilkan produk dengan kualitas istimewa.
Sehingga disini yang
diperlukan manajemen adalah bagaimana menebak klebutuhan para karyawan, dengan
mengamati perilaku mereka dan kemudian memilih cara apa yang biasa digunakan
mereka mau bertindak sesuai dengan keinginan manajemen.
Proses
Theory
Teori ini menekankan pada
bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivisir. Dalam pandangan
ini kebutuhan hanyalah salah satu elemen dalam suatu proses tentang bagaimana
cara individu bertngkah laku. Sebagai misal seseorang mungkin melihat adanya
kemungkinan yang besar untuk menerima suatu imbalan ( kenaikan gaji ) apabila
mereka bertindak tertentu ( bekerja keras ). Imbalan ini menjadi sebuah
perangsang atau motif untuk perilaku mereka. Dasar dari teori proses tentang
motivasi ini adalah adanya Expectanty (Pengharapan) yaitu apa yang dipercayai
oleh individu akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka. Sebagai missal,
apabila seseorng percaya bahwa bekerja dan mampu mencapai dead line akan
memperoleh pujian, tetapi kalau tidak bisa selesai pada deat line tersebut akan
memperoleh teguran, dan ia lebih suka untuk memperoleh pujian, maka ia akan
bekerja untuk bias selesai sebelum deat line. Sebaliknya apabila selesai
terlambatpun tidak akan diapa-apakan, sebagaimana selesai tepat waktunya juga
tidak akan memperoleh apa-apa. Maka ia mungkin tidak akan terdorong untuk
menyelesaikan tepat waktunya.
b.
Reinforcement
Theeory
Teori menjelaskan bagaimana
konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimana yang akan
datang dalam suatu siklus proses
belajar. Dalam pandangan teori ini individu bertingkah laku tertentu karena
dimasa yang lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu akan
berhubungan dengan hasil
yang menyenangkan dan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat
yang tidak menyenangkan. Karena umurnya individu lebih besar suka akibat yang
menyenangkan mereka umumnya akan mengurangi perilaku yang akan mengakibatkan
kosekuensi yang menyenangkan. Sebagai missal, individu akan lebih mentaati
hokum, karena dengan patuh pada hokum itu akan menghasilkan pujian dan
pelanggaran akan menghasilkan hukuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar