Regulasi emosi ialah kapasitas
untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat intensitas
yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi yang tepat meliputi
kemampuan untuk mengatur perasaan (regulate feeling), reaksi fisiologis (regulate
physiology), kognisi yang berhubungan dengan emosi (emotionrelated cognitions),
dan reaksi yang berhubungan dengan emosi (emotion-related behavior) (Shaffer,
2005).
Regulasi emosi diartikan sebagai
the
process of initiating, maintaining, modulating or changing the occurence,
intensity, or duration of internal feeling states and emotion-related
physiological processes, often in the service of accomplishing one’s goal (Eisenberg et
al., dalam Garnefski et al.. 2002: 404 dalam Karista, 2005).
Defenisi lainnya adalah the process of
managing responses taht ariginate within cognitive experiental,
behavioral-expressive, and physiological biochemical components (Brenner & Salovey, 1997).
Sementara itu, Gross (1999) menyatakan bahwa
regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar
untuk mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari
respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki
regulasi emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi yang dirasakannya
baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi
emosinya baik positif maupun negatif.
Sedangkan menurut Gottman dan
Katz (dalam Wilson, 1999) regulasi emosi merujuk pada kemampuan untuk
menghalangi perilaku tidak tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif atau
negatif yang dirasakan, dapat menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang
timbul akibat intensitas yang kuat dari emosi, dapat memusatkan perhatian
kembali dan mengorganisir diri sendiri untuk mengatur perilaku yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan. Walden dan Smith (dalam Eisenberg, Fabes, Reiser &
Guthrie 2000) menjelaskan bahwa regulasi emosi merupakan proses menerima,
mempertahankan dan mengendalikan suatu kejadian, intensitas dan lamanya emosi
dirasakan, proses fisiologis yang berhubungan dengan emosi, ekspresi wajah
serta perilaku yang dapat diobservasi.
Thompson (dalam Eisenberg,
Fabes, Reiser & Guthrie 2000) mengatakan bahwa regulasi emosi terdiri dari
proses intrinsik dan ekstrinsik yang bertanggung jawab untuk mengenal,
memonitor, mengevaluasi dan membatasi respon emosi khususnya intensitas dan
bentuk reaksinya untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi yang efektif
meliputi kemampuan secara fleksibel mengelola emosi sesuai dengan tuntutan
lingkungan.
Aspek penting dalam regulasi
emosi ialah kapasitas untuk memulihkan kembali keseimbangan emosi meskipun pada
awalnya seseorang kehilangan kontrol atas emosi yang dirasakannya. Selain itu,
seseorang hanya dalam waktu singkat merasakan emosi yang berlebihan dan dengan
cepat menetralkan kembali pikiran, tingkah laku, respon
fisiologis dan dapat menghindari efek negatif akibat emosi
yang berlebihan (Sukhodolsky, Golub & Cromwell dalam Gratz & Roemer,
2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar