Menurut
Ramakrishnan, 2001 faktor-faktor yang menyebabkan anemia gizi adalah sebagai
berikut :
a. Defisiensi
besi
Defiensi besi
disebabkan karena kebutuhan akan besi meningkat seperti pada saat pertumbuhan,
menstruasi dan kehamilan. Pada proses kehamilan Kebutuhan besi meningkat dari
1,25 mg /hari pada saat tidak hamil menjadi 6 mg /hari selama kehamilan yang
disebabkan karena besi digunakan dalam pembentukan janin dan cadangan dalam
plasenta serta untuk sintesis Hb ibu hamil.
b. Asupan
dan ketersediaan dalam tubuh yang rendah
Sumber bahan
makanan yang tinggi zat besi adalah makanan yang berasal dari hewan seperti
daging, ikan dan telur yang sering disebut zat besi heme mempunyai
bioavailabilitas tinggi dibanding zat besi dalam bentuk non heme. Makanan yang dapat
menghambat absorbsi zat besi adalah tanin (pada teh), polifenol (vegetarian),
oksalat, fosfat dan fitat (serealia), albumin pada telur dan yolk,
kacang-kacangan, kalsium pada susu dan hasil olahannya, serta mineral lain
seperti Cu,Mn, Cd dan Co (Lestari, 2004). Teh yang diminum bersama-sama dengan
hidangan lain ketika makan akan menghambat penyerapan besi non hem sampai 50 %
(Muchtadi et al, 1993).
Berdasarkan
penelitian Raharjo, 2003 diketahui bahwa risiko responden dengan asupan zat
besi tidak mencukupi sesuai AKG (Angka Kecukupan Gizi) adalah sebesar 7 kali
lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan dengan responden yang asupan
zat besinya sesuai AKG (CI= 1,44-36,02).
c. Infeksi
dan Parasit
Infeksi dan
parasit yang berkontribusi dalam peningkatan anemia adalah malaria, infeksi
HIV, dan infeksi cacing. Di daerah tropis, infeksi parasit terutama cacing
tambang dapat menyebabkan kehilangan darah yang banyak, karena cacing tambang
menghisap darah. Menurut hasil INACG (2002) disamping defisiensi zat gizi
spesifik seperti vitamin A, B6, B12, riboflavin dan asam folat, penyakit
infeksi umum dan kronis termasuk HIV/AID juga dapat menyebabkan anemia. Malaria
khususnya Plasmodium falciparum juga dapat menyebabkan pecahnya sel darah
merah. Cacing seperti jenis Trichuris trichiura dan Schistosoma haematobium
dapat menyebabkan kehilangan darah.
d. Anemia
defisiensi mikronutrien lain
Anemia defisiensi besi
sangat berhubungan dengan defisiensi mikronutrien lain seperti vitamin A,
riboflavin, asam folat dan vitamin B12. Infeksi parasit pada usus dapat
menyebabkan malabsorbsi zat gizi seperti vitamin A, asam folat dan vitamin B12
antara lain infestasi cacing tambang.
1)
Defisiensi Vitamin A
Suplementasi vitamin A pada individu
yang defisiensi vitamin A akan meningkatkan kadar Hb kira-kira 10 gr/l. Pada
beberapa hasil penelitian penambahan vitamin A akan meningkatkan respon Hb pada
suplementasi Fe. Suplementasi per minggu dengan 23.000 IU vitamin A sebagai
retinol atau beta karoten akan menurunkan prevalensi anemia sampai 45 % pada
wanita.
2)
Defisiensi Riboflavin
Asupan riboflavin dan penyerapan Fe
umumnya rendah jika mengkonsumsi produk hewani termasuk susu dalam jumlah
terbatas. Defisiensi riboflavin membuat defisiensi besi tambah buruk dengan
meningkatnya kehilangan besi, menurunnya absorbsi besi, perusakan besi
interseluler, dan meningkatnya proliferasi crypt cell.
3)
Defisiensi asam folat
Pemberian Asam folat berhubungan dengan
penurunan 40 % risiko anemia pada wanita hamil dan 35 % menurunkan risiko
anemia megaloblastis. Defisiensi asam folat terutama menyebabkan gangguan
metabolisme DNA, akibatnya terjadi perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel
yang sangat cepat membelah seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel
epitel lambung dan usus, vagina dan serviks. Kekurangan asam folat menghambat
pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah lainnya,
peradangan lidah (glositis) dan gangguan saluran cerna (Almatsier, 2001).
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan
neural tube defect. (Arisman, 2004). Defisiensi folat juga diduga berhubungan
dengan perkembangan beberapa kanker khususnya kanker kolon. Defisiensi folat
dalam sel dan jaringan potensial meningkatkan perubahan neoplastik di sel
normal pada tahap awal kanker (Groff, 2005)
4)
Defisiensi vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 hampir sama
dengan asam folat yaitun menyebabkan anemia makrositik. Manifestasi defisiensi
vitamin B12 terjadi pada tahap awal dengan konsentrasi serum yang rendah
kemudian ada indikasi transcobalamin II yang rendah, pada tahap berikutnya
konsentrasi vitamin dalam sel yang rendah dan selanjutnya defisiensi secara biokimia
dengan terjadinya penurunan sintesis DNA. (Groff, et al, 2005). Anemia
pernisiosa yang disertai rasa letih yang parah merupakan akibat dari defisiensi
vitamin B12. Vitamin B12 ini sangat penting dalam pembentukan RBC (Red Blood
Cell). Di negara berkembang prevalensi defisiensi vitamin B12 ditemukan pada
semua umur. Hal ini disebabkan intake makanan yang rendah (Ramakrishnan, 2001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar